Teman Kakak Ku

Teman Kakak Ku

00. Prolog - Perasaan Milly

Milly menguap di depan Lemari Es. Lalu membuka pintu dibagian atas mengeluarkan sebuah botol plastik berembun. Tangannya yang lemas meraih gelas dan menuangkan isi botol di sana, kemudian meletakkan botol itu lagi ke dalam lemari es dan menutupnya dengan siku.

Milly menikmati air dingin mengalir melalui tenggorokannya yang terasa kering. Kemudian mendesah lega. Mulutnya kembali terbuka lebar mengeluarkan udara kosong tanda ia masih mengantuk. 2 jam telah ia pakai untuk tidur sore terasa kurang. Rasa segar setelah minum air dingin hanya menyegarkan tubuhnya sesaat, tak lama lemas kembali menghinggap dan mendamba sentuhan kasur yang lembut dan empuk.

Memenuhi jadwal kelas sampai jam 5 sore berhasil menggerogoti energi Milly. Sesampai di rumah langsung bergegas mandi dan menempelkan badannya ke tempat tidur. Sehingga Milly baru bangun jam 8 malam. Harusnya tadi bukan disebut tidur sore. Entahlah, Milly sendiri juga bingung.

Menjelang ujian akhir sekolah sungguh menyita waktu Milly. Waktu yang harusnya ia pakai untuk bermain telah terganti dengan jam pelajaran tambahan. Belum lagi jika pihak guru memberi tugas dan PR demi meningkatkan nilai para siswa-siswi. Bisa dibilang waktu Milly hampir penuh akan belajar dan berlatih menjawab soal. Dan Milly juga harus mengorbankan waktu menonton drakor demi angka cantik di buku rapor dan selembar ijazahnya nanti.

Saat ini Milly hanya bersabar. Menunggu waktu demi menjalankan kewajibannya sebagai seorang siswi kelas 3 SMA di sekolah negeri terbaik. Bahkan Milly sudah berjanji pada dirinya, setelah ia melewati semua ujian dan praktek Milly akan men-download semua drakor terpopuler dan akan ditonton secara maraton. Rela begadang demi melihat oppa Lee Min Ho, Yoo Seung Ho dan Park Seo Joon.

Mengingatnya lagi Milly mengelus dada untuk menahan diri. Milly pasti bisa, sepuasnya bisa nonton oppa setelah ujian. Semangat 45 berkobar di dalam hati.

Kedua tangan Milly menyatukan helaian rambut panjang sebahu. Lalu digulung dan diikat ke belakang kepala. Melirik jam dinding di ruang tengah menunjukan pukul 9 malam, Milly mulai bersiap menghangatkan makanan yang sudah disimpan oleh Bi Ana di dalam lemari. Sebentar lagi Adit - kakak nya akan pulang ke rumah. Pasti Adit belum makan malam, karena Adit tidak ada memberikan kabar kalau sudah makan diluar. Bergegas Milly meraih penggorengan lalu menyalakan kompor gas.

Beberapa menit kemudian pintu rumah terbuka, menampilkan sosok pria berpakaian kemeja lecek masuk ke dalam rumah. Milly melihat Adit sudah pulang dengan wajah suntuk, terlihat begitu lelah. Seutas dasi sudah digenggaman pria berumur 25 tahun itu, kemudian dibuang asal ke arah sofa dan berjalan menuju meja makan.

Kemudian Milly terpaku sejenak, di belakang Adit ada seorang pria mengikuti langkah Adit dari belakang. Wajah pria itu juga terlihat lelah, pakaiannya juga sama leceknya, dasi longgar bertengger di leher yang kokoh, kedua lengan kemeja digulung sampai siku menampilkan guratan disana, dan rambut yang belum dipotong rapih terlihat berantakan.

Namun bagi pandangan Milly, penampilan pria itu terkesan seksi. Ayam bakar diatas meja makan saja mengalahkan apa yang Milly lihat. Pria itu jauh lebih menggugah selera.

"dek, aku baru pulang."

Milly langsung menghampiri Adit setelah lamunannya buyar. Dengan piawai Milly meletakkan piring bersih diatas meja Adit dan meja pria itu. Seolah sudah menjadi kebiasaan, Milly menyiapkan peralatan makan kedua pria itu lalu menyendokan nasi ke piring mereka.

Lalu kegiatan Milly terhenti ketika pria itu menunjukan telapak tangan nya, mengisyaratkan bila Milly tidak perlu menyendokan nasi ke atas piringnya.

Mengerti akan keinginannya Milly hanya mengganguk sekilas dan kembali menaru sendok nasi ditempat. Membiarkan pria itu melakukannya sendiri. Milly memperhatikan kegiatan pria itu, lalu pandangannya berpindah ke Adit yang sudah menyantap makanannya hingga sudah setengah piring ia habiskan.

Mereka asik mengobrol, walau sudah di rumah pembicaraan mereka tak luput dari bahas pekerjaan. Sekilas Milly menangkap percakapan mereka ketika Milly melanjutkan cuci piring di dapur, membahas pencapaian hasil kinerja mereka di tempat mereka bekerja. Mereka bekerja di kantor yang sama namun berbeda divisi. Milly mendengar dimana Adit memuji kinerja teman nya yang sudah berhasil memenangkan tender. Dimana produk minuman kemasan yang mereka produksi dipesan dengan jumlah besar oleh sebuah perusahaan media terkemuka di Jakarta. Produk mereka menjadi sponsor utama.

"gue akuin otak lo emang cemerlang. Ngga salah Pak Dwi cepet-cepet angkat lo jadi pimpinan."

Pria itu menaikan sudut bibir kanan nya. Sekilas terlihat sinis. Tapi bagi Milly, smirk nya berhasil mengepakkan hatinya seperti kupu-kupu mau terbang. Sampai suara piring berbentur wastafel terlepas dari tangan nya ketika sedang membilas. Milly buru-buru membalikkan badannya ke depan wastafel agar tidak tertangkao saat sedang memperhatikan mereka.

"Mil, pelan-pelan nyucinya." keluh Adit. Kepala nya celingak-celinguk melihat Adiknya bergerak kikuk di depan wastafel. Memastikan juga jika Milly baik-baik saja.

"i..iya kak. Tangan ku licin," alibi Milly.

Buru-buru gadis itu membilas semua peralatan makan dan penggorengan. Setelah selesai ia mengeringkan tangan dengan handuk kecil lalu bergegas menaiki tangga menuju kamar.

"dek,"

Milly menoleh ke belakang saat Adit memanggil namanya. Tapi arah tatapan Milly bukan pada Adit, melainkan kepada pria itu yang juga membalas tatapannya.

Sorot matanya kaya penggaris. Lurus dan sejajar.

Menggoyahkan hati Milly.

"kamu mau tidur dek ?"

Milly mengalihkan pandangannya lalu mengangguk sebanyak 2 kali.

"yasudah tidur gih. Besok pagi kamu sekolah."

"night, Mil"

Milly kembali mengangguk dan kembali menaiki sisa anak tangga kemudian memasuki kamar. Membanting badannya sedikit keras ke atas kasur hingga decitan peer kasur terdengar. 

Wajahnya dibenamkan ke bantal empuk kesayangan yang sedikit bau-bau asem. Lalu ia berteriak di dalam bantal itu dan memukul kasur dengan kedua tangan.

Kemudian Milly membalikkan badannya. Wajahnya memerah dan menghela nafas berkali-kali. Lalu menaru kedua tangan diatas dada yang berdetak kencang nggak karuan.

Mengingat tatapan datar memandangi Milly mengguncang hatinya. Dan aroma musk dari tubuhnya ketika berdekatan masih menempel di indera penciuman Milly. Memikirkan pria itu tak akan ada habisnya untuk Milly seorang.

Pria dingin sedingin gunung es Everest berhasil mencuri hati Milly. Walau pria itu hanya menatapnya saja, detak jantung Milly terus berdentum kencang seolah memohon untuk minta dikeluarkan.

Mungkin dianggap berlebihan, tapi memang begitu adanya. Berdekatan dengannya seolah dapat melelehkan tubuh Milly. Jika Milly tak memiliki urat malu, pasti Milly akan histeris. Atau mungkin akan menangis.

Kemudian Milly menghela nafas. Meredakan detak ini membutuhkan waktu yang cukup lama, mata saja masih terus melek belum ingin terpejam. Padahal sebelum mereka berdua datang Milly kembali terkantuk. Mata Milly seperti dikasih cabe, berkobar api dan panas seketika.

Tapi lagi-lagi Milly menghela nafas. Mengingat gejolak ini hanya ia rasakan sendiri. Entah tahu apa yang dirasakan pria itu ketika melihat Milly. Sikap dingin dan tak acuh menyiutkan perasaannya.

Teman Adit sedari SMA hanya menganggap Milly seperti seekor lalat. Akan dikibas jika terlalu menganggu. Bahkan Milly meringis sendiri kalau pria itu seolah tidak melihatnya seperti makhluk tak kasat mata.

Miris.

Milly memejamkan kedua mata seraya memikirkan dirinya yang diambang keraguan. Lalu sesaat mood nya langsung berubah, tiba-tiba menjadi optimis jika suatu saat perasaannya akan terbalaskan.

Kalau perlu Milly akan menunggu. Menunggu saat dimana pria itu benar-benar melihat Milly seorang.

"Suatu saat Elkana Bramawan akan membalas perasaan ku. Pasti." yakin Milly dalam hati.

**********************************

Terpopuler

Comments

Mystique

Mystique

aku mampir><
jangan lupa juga yaaa kak mampir vote dan likenya cmiww💐

2023-02-01

0

Pspta_24

Pspta_24

saran kk
utk semua kata di awal itu menggunakan huruf kapital
"I ... iya kak. Tangan ku licin," alibi Milly.

2022-10-12

0

Asma Susanty

Asma Susanty

aku baca di wp ,tapi ternyata udah end juga di sini ,jadi baca di sini aja

2022-09-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!