Sebuah ruang kedap suara menyembunyikan nada lagu instrumen gitar dan drum. Nathan menoleh ke arah Milly dan memanggilnya setelah menyelesaikan permainan gitarnya. Semua jemari Nathan sudah terasa panas dan pegal menjalar dari lengan sampai ke bahu.
Milly mengangguk setelah dipanggil. Kedua tangan dan bahunya juga sudah pegal karena terus memukul drum. Kemudian tubuh kecil Milly meninggalkan bangku dan langsung menyampir sebuah tas ransel. Memasukan dua stik drum kesayangannya ke dalam tas kemudian ia tengger di bahu kanan. Kemudian berjalan menyusul Nathan yang sudah keluar dari ruangan.
Tibalah mereka di kantin. Nathan membeli dan memberikan sebuah botol minuman dingin kepada Milly, tanpa berpikir panjang Milly meraihnya.
Nathan mendudukan badannya bersebelahan dengan Milly, mereka sibuk meneguk air minum itu agar rasa lelah dan haus mereka mereda. Meski mereka sedang di kantin namun suasana disana cukup sepi. Semua murid khursus sudah pulang dari satu jam yang lalu. Namun karena Milly merindukan bermain drum di tempat khursus jadi Nathan memutuskan untuk menemani Milly bermain sebentar disana.
"nanti aku anterin pulang yah," tawar Nathan tulus. Dibalas anggukan oleh Milly yang masih sibuk meminum air botolnya sampai habis.
"kamu udah kasih tau kak Adit kalau kamu pulang telat ?" tanya Nathan. Ia masih memandangi Milly meremas botol kemasan itu kemudian dibuang ke tempat sampah.
Milly berfikir sejenak. Sepertinya ia lupa mengabari Adit. Milly menatap Nathan.
"kayaknya aku lupa kabarin," jawab Milly polos. Nathan tak kuat untuk tidak tersenyum. Wajah polos Milly terlihat menggemaskan.
Hari mulai menampaki gelapnya, memaksakan mereka untuk segera pulang ke rumah masing-masing.
Nathan mengantar Milly sampai depan rumahnya. Tak lupa Milly mengucapkan terima kasih pada Nathan.
Setelah mobil Nathan pergi, Milly melihat ada 2 mobil terparkir di halaman rumahnya. Salah satu mobil tersebut begitu familiar di mata gadis berusia 17 tahun itu, jantungnya seketika berdegup kencang saat wajah si sang pemilik mobil terbayang di dalam pikirannya. Bahkan Milly sudah sangat hapal dengan plat nomor hingga tanggal masa berlaku.
Milly juga menduga bila teman-teman Adit sedang berada didalam rumahnya, sehingga ia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang. Saat ini Milly belum siap berpapasan dengan mereka karena ia sedang mengenakan crop tee longgar berwarna putih dengan celana legging hitam. Rambutnya digulung asal ke atas kepala seperti dicepol. Alasan khususnya Milly malu menampakkan diri di depan sang pangeran hati dengan penampilannya seperti ini.
Merasa kumal dan kusam.
Milly berjalan sedikit mengendap-ngendap menuju pintu belakang. Kemudian ia membuka pagar dan menutupinya lagi. Beberapa langkah Milly berjalan melewati jalan setapak menuju taman belakang.
Lalu Milly membuka pintu pagar yang lain lalu segera menutupnya perlahan.
"Milly,"
Tiba-tiba Milly terlonjak kaget dan berbalik, melihat Adit sudah berdiri di belakangnya. Lalu pandangannya menangkap sosok 2 pria berdiri tengah halaman, yang Milly kenal dengan nama Wahyu dan Edwin. Teman kerja Adit.
Lalu Milly juga melihat sosok wanita cantik yang sedang duduk di bangku taman sembari tersenyum kearah Milly, namanya Karmila. Cantiknya pake sopan banget, anggun dan lembut.
Dan pria yang duduk bersebelahan dengan Karmila, menghiraukan semua orang yang berada di sekitarnya.
El.
"kok kamu masuk lewat pintu belakang ?"
Milly menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sudut bibir kanannya ditarik ke dalam, Milly menjadi tergagap menjawab pertanyaan Adit yang masih memandanginya curiga.
"ehmm itu.. Ehmmm.. Aku.."
"yaudah lah Dit," timpal Karmila yang telah mendekati Milly dan menyentuh bahunya.
"ini Milly udah keliatan capek butuh istirahat. Kamu ngga kasian liat adik kamu apa ?" bela Karmila. Karmila tahu jika Milly malu jika berpapasan dengan teman-teman kakaknya, oleh sebab itu dia masuk melalui pintu belakang. Senyum cantiknya Karmila tak memudar sedikitpun pada Milly, membuat Milly yang berada di dekatnya jadi canggung.
Adit melirik ke arah Karmila lalu berpindah ke arah Milly. Kemudian Adit berkacak pinggang.
"jadi, kamu habis dari mana ? Kenapa kamu ngga kabari kakak kalau kamu pulang jam segini ? Kakak juga telepon kamu tapi hp mu ngga aktif," selidik Adit dengan menyipitkan matanya. Adit tipikal kakak posesif, harus tau apapun yang Milly lakukan.
"kamu habis jalan yah sama Nathan ? Apa jangan-jangan kalian udah resmi pacaran ?!"
"ngga kak. Jangan nuduh aku yang aneh-aneh deh," kesal Milly sambil menggeleng keras atas tuduhan Adit. Milly merengut karena Adit menyebut nama Nathan di dekat El.
Meski El terlihat tidak peduli.
Sebenarnya Adit sudah tahu jika Milly ke tempat khursus bersama Nathan. Diam-diam Nathan memberikan kabar pada Adit jika mereka diminta guru khursus mereka untuk bantu mengajari anak baru disana. Nathan sudah mengira bahwa Milly lupa mengabari Adit, oleh karena itu Nathan berinisiatif memberi kabar melalui chat pada Adit.
Tapi sebagai seorang kakak, Adit lebih ingin Milly yang langsung memberinya kabar. Bukan orang lain.
"Milly ke tempat khursus kak. Diminta bantu ajarin murid baru disana. Baterai Hp Milly habis, lupa bawa powerbank." jelasnya singkat. Sesuai apa yang disampaikan Nathan pada Adit.
"maaf ya kak, aku-"
"Dit,"
Semua orang menoleh ke sumber suara. Melihat El sedang duduk santai di bangku taman. Posisi duduknya ia ditegakan ke senderan bangku, lalu memandangi wajah Adit dengan tatapan datar.
"jadi pergi gak lo ? Gue udah laper ini," keluh El jujur. Sudah setengah jam El menahan diri dari kicauan perutnya. Sudah tidak kuat.
Adit berdecak kesal pada El, "iya bawel, bentar."
Adit kembali menatap Milly. Kemudian menghela nafasnya, "yaudah kamu masuk gih. Kakak mau beli pizza dulu, ada promo. Kamu mau ngga ?"
Milly menggeleng. Sebelum pulang ke rumah ia sudah makan di luar bersama Nathan. Perutnya masih kenyang.
Wahyu dan Edwin langsung dipanggil oleh Adit untuk ikut pergi ke restoran Pizza. Meninggalkan El dan Karmila di taman belakang.
Sesekali Milly melirik El yang sedang memetik senar gitar, tanpa melihat Milly yang sedang berjalan melewatinya.
Sejenak Milly mengatur nafas. Ia tersipu malu melihat penampilan El yang selalu terlihat tampan. Hanya dengan mengenakan kaos hitam dengan celana jeans membungkus kaki jenjangnya. Tatapannya berfokus memainkan gitar. Seperti seorang pemain musik yang handal.
Milly menaiki tangga memasuki kamar dan segera membersihkan diri.
********************************
Milly menyiapkan beberapa piring, sendok dan garpu. Disusun rapih di atas nampan untuk dia bawa ke taman belakang.
Sebelumnya Karmila memaksa Milly agar ia berisitirahat saja sambil menunggu Adit dan teman-temannya datang membawakan pizza. Dan membiarkan Karmila yang menyiapkan alat makan tersebut.
Namun Milly tidak mendengar ucapan Karmila, dengan semangat penuh tubuh kecilnya sigap membuka laci dan mengambil piring untuk dipakai saat makanan datang.
Dan juga sebagai alasan Milly supaya bisa melihat El dari dekat.
Milly meminta Karmila menunggu di taman saja. Nampan sudah terisi oleh peralatan makan dan tambahan minuman sebagai pelengkap. Lalu ia angkat dan membawanya menuju taman.
"gue suka lo Mil,"
Langkah Milly terhenti ditempat. Degup jantungnya berdetak cepat ketika namanya seperti disebut dari arah taman. Milly mengendap mendekati pintu kaca dan mengumpat dibalik tirai, perlahan melihat El dan Karmila sedang duduk bersebelahan di bangku taman.
Jarak mereka sangat dekat. Terlihat posisi duduk Karmila menghadap El, membelakangi Milly yang mengintip obrolan mereka disana. El hanya berkutat memainkan ponselnya, sibuk bermain games.
"lo itu pria atau es batu sih, dingin banget cara nembak lo. Ngga romantis lo," sudut Karmila kesal. Gadis berambut panjang itu menggeleng pelan akan cara nembak El padanya tapi mata dan tangannya masih sibuk bermain games di ponselnya.
Tak terima dengan ucapan Karmila, El meletakkan ponselnya diatas meja lalu memandangi wajah Karmila yang berubah canggung setelah ditatap oleh El. Wajah El berubah menjadi serius, namun sedikit terkesan datar.
"Mil, gue suka sama lo,"
Mereka berdua terdiam sejenak, memberi jeda.
"udah ?"
"udah."
Karmila jengah dengan El, terlihat ia memutarkan matanya setelah melihat El kembali berkutat dengan ponselnya. Melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.
Di satu sisi tempat Milly mematung. Pikirannya melayang mencerna ucapan El pada Karmila.
"Mil, gue suka sama lo,"
"Mil.. Gue suka sama lo,"
Dengan tertatih langkah kakinya memundurkan tubuhnya perlahan dengan nafas yang tercekat. Milly bergegas menuju meja makan untuk meletakkan nampan yang ia bawa sebelumnya. Sekujur tubuh Milly terasa lemas dan sangat sesak dibagian dada, seolah ia mendapat kabar berita duka.
Ya, hati Milly berduka.
Milly tidak menyangka bahwa selama ini pria yang ia sukai selama 1 tahun ini ternyata menyukai Karmila. Dan barusan pria itu mengutarakan perasaannya pada gadis cantik itu di taman belakang di rumah Milly sendiri.
Hanya mereka berdua di taman belakang, dan Milly menjadi saksi meski secara tak sengaja ia mendengar ungkapan perasaan itu.
Mata Milly memanas, mulai nampak cairan bening yang akan mau pecah disana. Milly langsung berlari menuju kamar nya lalu mengunci pintu rapat-rapat.
Badannya dibanting ke atas kasur dan menenggelamkan wajahnya dibalik bantal kesayangannya. Kenyataan bahwa El menyukai wanita lain berhasil menghujam hatinya.
Milly hanya bisa meluapkan kesedihannya di dalam kamarnya, membiarkan rasa pilu ini menemaninya sepanjang malam.
***********************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
May Keisya
kaku amat🤣🤣🤣
2023-11-08
0
May Keisya
si kulkas LG latihan nembak... sama2 ada milnya..dikira LG nembak Karmila😂😂
2023-11-08
0
Revanda Pramesthi Utomo
bisa ala Milly, bisa juga karmila
2023-05-09
0