Ch.3

"Tapi.."

"Devian, jangan menolak keputusan ku." Duke dengan tegas bicara. Devian terdiam kesal. Dia menatapku tak senang. Aku menghela nafas tipis, berdiri dari kursi.

"Jika sudah selesai, saya undur diri. Terimakasih makanannya Tuan Duke." Aku dengan datar bicara. Tanpa hormat, pergi meninggalkan ruangan penuh ketidaknyamanan itu.

Aku keluar dari rumah induk. Di sepanjang lorong hanya ada tatapan tajam dari para pelayan. Mereka tahu majikannya yang satu ini sangat kejam, tapi masih saja berani menatapnya seperti itu.

"Menyebalkan. Ck. Aku masih lapar, mereka bahkan tidak menyajikan air minum untukku."

Aku kembali ke depan paviliun, kemudian menyadari satu hal. Ibu kota. Tempat berbagai jajanan di jual. Aku tersenyum bangga dengan diriku yang pintar ini.

"Baiklah. Mari kita berbelanja. Tapi aku malas berjalan kaki. Andai aku bisa Teleportas- !"

Tiba-tiba pandangan di depanku seperti bergerak lalu berubah. Awal sebuah paviliun yang sepi, namun sekarang sangat ramai. Entah kenapa aku sedikit pusing.

"Ha? Apa yang-"

"Hanya hari ini! Beli dua hanya satu koin Argenti!"

"Buah segar, baru saja dipetik!"

"Mama! Ayo beli itu!"

...| Skill Up |...

...Teleportation...

Aku tertawa tidak percaya. Aku baru saja berteleportasi hanya dengan memikirkannya. "Tidak bisa dipercaya ternyata ini sangat berguna."

Baik. Aku akan menikmati ini. Aku berjalan ke salah satu kedai makanan yang menarik perhatianku. Sate.

"Silakan dibeli, Nona."

Mataku berbinar melihat makanan itu. Terlihat lezat. "Bibi, tolong dua satenya." Aku memesan. Wanita paruh baya itu mengangguk, tersenyum ramah.

Aku menunggu beberapa menit. Tak lama, bibi itu memberikan ku dua tusuk sate. Aku menerimanya dengan tidak sabar. Mataku semakin berbinar. "Berapa semuanya, Bibi?" Aku bertanya, kemudian memakan satu tusuk sate.

"Sepuluh Aes, Nona." Bibi itu menjawab. Aku mengangguk, diam-diam mengeluarkan dua koin Argenti di dalam Inventory, memberikannya pada Bibi itu.

Dia terlihat terkejut. "N-nona.."

Aku yang tengah menghabiskan satu tusuk sate itu mendongak, melihat Bibi penjual itu. Aku bingung, menelan makanan ku. "Iya? Apa uangnya kurang? Maaf, sebentar-"

"Bukan Nona. Anda terlalu banyak memberikan uangnya"

Aku tersentak. Aku lupa mata uang disini sudah berbeda. "T-tidak apa-apa, Bibi. Kembaliannya untuk Bibi saja. Sate ini sangat enak! Terimakasih Bibi, sampai jumpa."

Aku berlari menjauh, melambaikan tangan pada Bibi pedagang itu. Aku lari bukan karena selesai di sana, tapi karena malu. Aku kira mata uang disini semua sama. Ternyata.

...| Information |...

...100 Aes \= 1 Argenti...

...100 Argenti \= 1 Aurum...

"Terlambat sialan! Aku sudah malu tadi!" Aku sebal karena jendela game itu baru muncul. Aku menghela nafas, mau bagaimana lagi, ini sudah terjadi. Aku memakan sisa sateku. Membuang tusuknya di tempat sampah. Aku sudah kenyang.

"Ok, sekarang apa?"

Pandanganku tertuju pada kakek tua yang menjual barang-barang antik hanya dengan beralas tikar. Orang-orang hanya melewatinya dan acuh tak acuh dengannya. Melihatnya aku jadi teringat saat reinkarnasi ku yang ke dua. "Mari kita lihat."

Aku berjalan mendekat ke penjual itu. Melihat-lihat barang yang dia jual.

...| Penjual Barang Antik |...

...Jam analog...

...Kotak musik antik...

...Vas (berusia 250 tahun)...

Entah kenapa rasanya aku tertarik. Seperti jam antik itu, atau kotak musik antik. Wah! Ada juga vas berusia ratusan tahun! Gila! Kalau ini dijual di duniaku sebelumnya, pasti aku akan langsung kaya.

"Kakek, apa yang kakek jual?" Aku bertanya polos.

"Hoho.. kakek menjual barang antik Nona. Anda tertarik?"

Aku mengangguk semangat. Kakek penjual itu tertawa khas. "Silakan dilihat-lihat Nona. Ini adalah barang-barang langka dari kerajaan seberang."

Ok. Kakek itu tidak berbohong. Aku dapat melihat sejarah barang-barang itu dari jendela game. Dan semua yang dikatakan kakek penjual itu benar-benar fakta. Aku semakin tertarik. Kemudian secara tidak sengaja melihat dua benda yang sangat menarik perhatianku.

...| 2 Aksesoris Pedang |...

...Langka...

...Meningkatkan kekuatan pedang 2x lipat dari sebelumnya jika diberi sedikit mana...

"Hm.. mungkin benda ini bisa untuk hadiah para bocil itu." Aku bicara pelan. Kakek penjual itu bingung melihatku berbicara sendiri.

"Kakek, saya akan beli dua aksesoris pedang ini. Berapa harganya?" Aku tersenyum semangat. Kakek itu tertawa khas lagi.

"Pilihan yang bagus, Nona. Itu semua dua Argenti."

Aku tercengang dengan harganya. "K-kakek, apa benar harga dua benda ini dua Argenti? Bukankah seharusnya dua Aurum? Kakek?"

Kakek itu bertanya-tanya. "Apa ada yang salah, Nona?"

Aku menepuk jidat. "Kakek, banyak yang salah. Kakek lihat, ini barang langka dari kerajaan seberang, usianya tiga puluh tahun namun kualitasnya masih sangat baik. Dua benda ini terdapat sihirnya kakek. Ya meskipun lemah tapi jika digunakan oleh orang yang berbakat maka akan sangat berguna. Apa kakek masih mau menjualnya dengan harga serendah itu?"

Aku menjelaskan panjang lebar tanpa jeda. Kakek penjual itu kembali tertawa khasnya. "Nona.. ternyata anda sangat mengenal benda itu. Benar, itu adalah benda yang mengandung sihir, namun sangat lemah. Tapi untuk penjualannya, harga itu sudah pas. Para bangsawan tidak tertarik dengan barang rosok jadi saya memberikan harga rendah." Jelas kakek penjual. Aku mendengus pelan, sebal. Entah sebal dengan para bangsawan bodoh atau dengan kakek yang menjual barang berharga ini dengan harga rendah.

"Baiklah, baiklah. Dua keping Aurum untuk dua aksesoris pedang ini." Aku mengeluarkan dua keping koin emas (Aurum) dari Inventory secara diam-diam tanpa diketahui oleh siapapun. Ku berikan pada kakek penjual itu. Kakek itu menolak.

"Tidak Nona. Ini terlalu banyak untuk orang rendah seperti saya."

Ya ampun.. kenapa di dunia ini begitu banyak sekali perbedaan kasta!? Mereka sama-sama manusia kenapa dibeda-bedakan?! Sial!

"Kakek. Tolong terima ini. Harga ini cocok untuk barang berharga ini. Jangan pedulikan bangsawan bodoh yang hanya bisa menilai buku dari sampulnya itu!" Ups, aku kelepasan, aku menoleh kesana kemari, tidak ada yang dengar kan? Jika ada mampus aku. Bisa saja aku di hukum mati sekarang. Kakek itu terdiam tercengang. Aku mengalihkan pandangan gugup.

Kakek itu tertawa. "Anda sangat baik, Nona. Baiklah kalau begitu, saya akan menerimanya tapi nona juga harus menerima pemberian saya."

Aku berkedip beberapa kali. Bingung. Kakek penjual itu menerima koin yang aku berikan lalu mengambil sesuatu di tas tuanya. Dia memberikan sesuatu di telapak tanganku. Aku menatapnya. Sebuah kalung dengan bandul pedang.

"Kakek, ini-"

...| Sword Magic |...

...| Magicae Gladio |...

...Legend...

...Level tak terbatas...

...Alirkan mana di dalamnya maka akan berubah...

"E? Eeh?! Ini kan!" Aku teriak terkejut, kemudian menoleh ke sana dan kemari, memastikan tidak ada orang yang mendengar.

"K-kakek yakin memberikan ini pada saya? Saya baru berusia lima belas tahun dan sihir saya adalah 'Hitam'." Aku memastikan, masih dengan rasa terkejutku. Kakek penjual itu tertawa khas.

"Sudah saya duga anda akan tahu apa itu, Nona. Saya sangat yakin anda bisa menggunakannya. Ah, dan saya juga merasakan kekuatan yang besar dalam diri Nona tidak hanya hitam, namun masih banyak sekali warna dalam diri Nona." Jelas kakek penjual itu tersenyum. Aku tercengang. Lucky!

Kedua mataku berbinar. "Terimakasih kakek. Saya janji akan menjaganya dengan sangat baik." Ah.. rasanya aku ingin menangis karena terlalu senang. Mendapatkan senjata dengan level tak terbatas ini sungguh Jackpot!

Kakek penjual itu mengangguk tersenyum senang padaku. Aku pamit untuk pergi, balik badan manjauh. Langkah kakiku terhenti. "Kakek, dimana rumah kakek? Eh?"

Saat aku balik badan untuk menanyakannya, kakek penjual itu tidak ada. Dia menghilang. "Sihir. Keren! Sudah aku duga kakek itu penyihir!" Aku berseru yakin.

Entah kemana perginya, tapi aku sangat berterimakasih. Aku melanjutkan ke toko gaun, membeli gaun-gaun yang sedikit sederhana untuk mengganti gaun renda itu. Aku pulang ke paviliun di jam empat sore.

^^^つづく^^^

Arigato for reading~(◕ᴗ◕✿)

Terpopuler

Comments

Frando Wijaya

Frando Wijaya

FIX! klo Tiba2 kakek td menghilang mka Dia td adalah penjualan misteri

2024-08-05

0

Frando Wijaya

Frando Wijaya

mata uang ini bkin gw bingung aja deh 🤦

2024-08-05

0

Kaisar Iblis

Kaisar Iblis

Ya Allah, Jangan lah sad end yah ceritanya, Aku tak nak menangis lagi

2023-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!