Sebulan sudah semenjak kepulanganku dari Rumah Sakit, kondisiku perlahan mulai membaik walaupun kondisi Psikis ku masih sangat tidak stabil.
Selama aku menjalani proses penyembuhan, ibu yang selalu datang setiap hari membantuku. Tak bosannya membawakanku makanan rumah yang sangat enak.
Terkadang ayah, Takeru dan Ben bergantian mengunjungiku. Aku bersyukur masih memiliki mereka yang tiada henti menyayangiku.
*Kring
Kring
Kring*
"Hallo..."
"Bagaimana kabarmu nak ?" sahut suara telepon yang ternyata dari Ibu Mertuaku
"Baik ma, Harumi sekarang sudah perlahan lahan bisa beraktivitas sendiri di rumah" jawabku menahan sedih yang tak ingin kutampakkan kepada ibu mertuaku
"Jangan khawatir anakku, kehilangan calon bayimu akan digantikan Tuhan secepatnya. Jangan putus asa, kalian akan bisa memiliki kesempatan itu lagi suatu hari nanti"
Aku tak tahan mendengar perkataan ibu mertuaku Ellena, Wanita paruh baya yang sangat baik dan selalu perhatian kepadaku. Walaupun aku jarang bertemu dengannya, tapi ia selalu menelpon menanyakan kabarku.
Mama Ellena sangat mengharapkan cucu dari Anak Lelakinya itu. Ia ingin Anton memiliki keturunan yang bisa meneruskan Generasi keluarganya.
Jika Mama tau kondisiku yang sangat kecil kesempatan hamil lagi, ia pasti akan kecewa dan bertambah sedih. Aku tidak ingin itu terjadi. Aku berusaha menutupi semua kondisi burukku, termasuk hubunganku dengan Anton yang semakin renggang.
"Mah jangan lupa jaga kesehatan ya, jika Harumi sudah sehat lagi, kami akan mengunjungi Mamah di sana" jawabku dengan terus merasakan sesak didadaku menahan tangis
"salam buat Anton dan keluarga di sana ya nak, mamah selalu berdoa semoga Tuhan selalu memberkati kalian, dan semoga Harumi bisa segera menjadi Ibu" doa mamah Ellena yang mengakhiri percakapan singkat kami
Setelah kepulanganku dari Rumah Sakit, Anton jarang di rumah, setiap hari ia pergi pagi sekali ke kantor dan pulang larut malam.
Bahkan kami jarang mengobrol banyak di rumah, hanya sekedar menanyakan kabar dan ia berlalu pergi keluar. Seolah olah waktunya hanya untuk berkerja dan keluar rumah. Aku seperti tinggal dengan orang asing.
Memang sebelum menikah aku mengenal Anton singkat, sekitar 5bulan. Setelah itu kami segera memutuskan untuk menikah. Aku tidak mengetahui sifat dan kepribadiannya terlalu dalam, aku hanya tau ia sangat baik dan perhatian padaku. Anton Mudah akrab dengan orang lain dan memiliki pergaulan yang luas. Berbeda halnya denganku yang agak tertutup.
Tiap hari, ia bangun sangat awal jam 6 pagi, bersiap dan pergi ke kantor. Ia sudah tidak pernah sarapan lagi denganku selama sebulan. Ia habiskan waktunya bekerja dan pulang larut malam hingga jam 2 dini hari, begitu seterusnya.
Alasannya selalu itu itu saja, sedang mengerjakan banyak Proyek besar, mengatur perusahaan dan merekrut beberapa Karyawan untuk persiapan Projeknya yang baru.
Aku yang masih duduk di kursi roda, mulai berusaha melatih tiap gerakan ku setiap hari seorang diri. Terkadang ibu membantuku, datang pagi dan pulang saat siang. Aku tau ibu mengerti kondisiku dan Anton, tapi ia tidak pernah menanyakannya terlalu dalam kepadaku.
Ia sadar bahwa kondisi anaknya yang terpenting adalah harus segera Sehat lagi dan bisa bahagia beraktivitas seperti biasanya.
Hotel Hampton, Bristol
Pukul 8.30 pm
Kami sempat terdiam dan merasakan kesunyian di kamar itu, kamar yang seharusnya menjadi tempat paling romantis bagi pasangan yang akan memadu kasih, harus terasa sangat menyedihkan.
Kulihat Anton berdiri di balkon kamar hotel, sudah mengenakan pakaiannya dan menghisap sebatang rokok yang sering ia lakukan selama 3tahun pernikahan kami. Rokok dan minuman keras seperti sahabat baiknya sekarang ini.
Aku yang masih duduk di tepi tempat tidur, hanya bisa menatap kosong punggung suamiku yg berdiri membelakangiku.
Anton memang sangat berubah, bahkan terlalu banyak mengalami perubahan.
Ia lebih cuek, sering pulang kerja dalam keadaan bau minuman keras dan rokok.
Lebih parahnya, jika ia ingin menyalurkan hasratnya ia meminum minuman keras dulu hingga ia mabuk lalu memaksaku melayaninya.
Bahkan terkadang saat ia ingin berhubungan denganku, ia mengikat kedua tanganku. Dan tak membolehkanku menyentuhnya.
Aku seperti perempuan yang tidak berharga di mata suamiku sendiri. Ketika aku ingin melawan, ia semakin menjadi hingga terkadang menutup mulutku dengan tangannya, seolah ia tak peduli dengan kondisiku.
Ia memang tidak pernah memukulku atau berkata kasar kepadaku, ia tau batasan nya. Tapi paling menyakitkan untukku kenapa ia berubah disaat aku membutuhkannya.
Tidak mudah bagi seorang istri yang di vonis seperti aku ini untuk bertahan dalam lingkup dunia sosial. Aku inginkan hanya suamiku yang kucintai, pelukan hangatnya, kata kata manisnya yang bisa membuatku lebih kuat.
Hanya 1 tahun aku merasakan manisnya pernikahan, sisanya aku seperti menumpang hidup dengan orang lain. Suamiku yang seharusnya menyayangiku, kini hanya datang jika ia menginginkan sesuatu.
Tetiba Anton berbalik setelah ia menghabiskan batang rokoknya. Membuyarkan lamunanku.
"ayo kita pulang, aku tidak peduli dengan keinginanmu untuk bercerai. Setidaknya kau harus bertanggung jawab mendampingiku seumur hidupmu karena tidak bisa memberiku keturunan, sayang" ancam Anton yg berjalan mendekatiku mengangkat daguku hingga menghadap wajahnya.
"untuk apa pernikahan ni, kau hanya menyiksa batinku, kau bebankan semua kesalahan itu padaku. Jika kau tidak terlalu sibuk mementingkan pekerjaanmu, mungkin malam itu takkan pernah terjadi. Aku pasti sudah membesarkan anak kita sekarang"
"Cukuuuuppp Rumiiii, mulai sekarang kau hanya sebagai istriku, melayaniku, tidak menuntut apapun, walaupun kau tidak bisa memberikan yang kuinginkan setidaknya buatlah dirimu berguna" jawab keras Anton menatapku dengan penuh amarah di matanya.
"kenapa kau sangat berbeda dengan dirimu yang dulu suamiku ?, terkadang kau perhatian penuh kasih sayang, tapi dengan sekejap kau berubah menjadi seseorang yang sangat ambisius, egois dan tak berperasaan seperti ini" balasku begitu pelan dengannya, aku tidak ingin membuatnya semakin marah
"sudah cukup pembicaraan ni Rumi, urungkan niatmu untuk berpisah, jalani hidupmu sebagai istriku. Jangan berharap kau bisa lolos dariku, kejadian malam itu karena kelalaian mu, kau pergi di kondisi seperti itu tanpa seizinku, lihatlah apa yang terjadi pada mu. Aku tidak suka perempuan yang ceroboh dan lalai apalagi sampai menghilangkan nyawa calon anakku"
Anton melepaskanku, ia bergegas keluar kamar hotel, dan aku berlahan berdiri dari duduk ku. Mulai mengikutinya dari belakang, hatiku sakit sekali, kepalaku mulai terasa penuh dengan kata kata Anton yang selalu memojokkanku.
Suamiku ternyata seperti ini sifat aslinya, satu kesalahan akan kuterima akibatnya seumur hidupku. Istri yang hanya sebagai hiasan Rumah, jika dibutuhkan akan datang, tidak boleh menolak, mengeluh apalagi sampai bertindak kesalahan sedikitpun.
3 tahun aku hidup seperti di Asingkan, tidak dianggap sebagai perempuan yang pernh di sayanginya dulu, dan kini Rahasia Terbesarku harus kubawa terus seumur hidupku sebagai Perempuan yang Mandul dan menjalani rumah Tangga yang sudah tampak tak bernyawa lagi ini.
Harumi Nayaka
#jangan lupa vote ya
Dukung Author ya dengan like, Vote dan koment
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Nai Christian Kolb
menarik.. lanjut
2021-12-05
1