Kejadian malam itu, akan selalu membekas seumur hidupku. Aku sudah kehilangan calon bayiku dan harapanku. Aku sudah hampir kehilangan seluruh hidupku, kini suamiku yang kucintai pun sudah tak mau menerimaku dengan layak sebagai istrinya.
Anton benar benar sangat berubah, terkadang ia baik padaku tapi dengan cepat ia bisa berubah layaknya orang asing yang sama sekali tak memperdulikanku.
Walaupun kedua pelaku perampokan pada malam itu kini sudah menerima hukumannya yang setimpal, itu semua tetap tidak bisa mengembalikan keadaanku yang sekarang.
Rumah Kami
Setelah kami sampai dirumah, Anton langsung pergi menuju Lantai atas tanpa bicara apapun, begitu pula selama di perjalanan menuju pulang.
Aku pergi menuju dapur, kulihat ada gelas pecah di lantai itu, bekas kejadian beberapa jam sebelumnya. Kami memang sudah bertengkar hebat, aku terus memaksa Suamiku untuk segera menceraikanku tapi ia selalu menolak. Hingga aku nekat keluar rumah dan tak memperdulikan kondisi cuaca pada saat itu.
*tok
tok
tok*
Seseorang datang mengunjungi rumah kami, ternyata itu adalah Andrea sahabatku.
"Ya Tuhan Harumi, ada apa ?" Andrea langsung memelukku
Aku tau ia pasti terkejut melihat kondisiku yang sudah berantakan seperti ini, wajah kusam dengan mata sembab.
"Maaf Rumi aku tidak mengangkat teleponmu tadi karena anakku rewel, aku telepon balik berkali kali kau tidak mengangkat hp mu, aku sangat mengkhawatirkannmu"
Kami langsung duduk bersama di ruang tamu, Andrea tak henti hentinya memegang tanganku dan mengusap air mataku yang akhirnya menetes juga.
"Rumi, apa Anton lagi di rumah ?" tanya Andrea dengan hati hati
"Dia di kamar"
Andrea sangat mengetahui permasalahan yang kualami beberapa tahun ini, ia adalah satu satunya sahabatku yang selalu mendengarkanku. Walaupun Andrea tidak tau tentang kondisi rahimku yang sudah sulit untuk hamil.
Aku sengaja tidak memberitahunya karena tidak ingin membuatnya semakin khawatir dan merasa kasihan kepadaku.
"Cobalah kau mulai berbaikan lagi dengan Anton, setiap pernikahan pasti ada masalah, aku pun dengan Marco begitu juga. Ayolah Rumi kau harus kuat, kalau masalahnya kalian ingin memiliki anak kan banyak cara yang bisa kalian lakukan. Mungkin dengan Bayi Tabung atau Inseminasi"
Aku tau Andrea sangat ingin membantuku menyelesaikan masalahku, tapi tidak semudah itu kalau ia tau masalah besar yang sedang kualami, mungkin ia akan mengerti betapa menderitanya aku. Ada banyak perasaan yang harus aku jaga, makanya aku merahasiakan kondisiku agar tidak menghancurkan harapan dan perasaan semua orang orang yang kusayangi.
"Andrea, aku hanya ingin kau bisa selalu mendukungku, aku sudah tidak sanggup menghadapi Anton selama hidupku, ia berubah tak seperti yang kukenal dulu. Masalah demi masalah membuat suamiku semakin menjadi orang lain, tapi aku pasti akan kuat dan bisa terus melanjutkan hidupku kembali. Memang aku sangat ingin bercerai dengannya tapi semua akan sia sia karena Suamiku tidak akan mau." jawabku yang mulai memaksakan diriku untuk tersenyum
"Aku percaya padamu, aku harap kau jangan sampai bertindak bodoh. Kau bisa selalu meminta bantuanku, ingat itu Rumi" Kata kata Andrea selalu membuatku merasa tak sendiri, ia memelukku dengan erat.
"Aku pulang ya, kau tau Abigail tak bisa melihat Mommynya keluar rumah, pasti dia sibuk mencariku. Jaga dirimu ya, besok kau harus membuka kembali Toko Bungamu yang mulai jarang kau urus lagi."
"iyaa iyaa baiklah, jangan lupa kau juga harus memulai diet mu ya, heehee" ejekku dengan tertawa lepas melihat Sahabatku yang mulai terlihat makin berisi
"Kau memamg selalu iri melihat tubuh seksiku, haahaaa. Byeeee" ia melambaikan tangannya dan langsung masuk ke Mobil
Walaupun percakapan kami sangat singkat tapi aku merasa beruntung karena memiliki sahabat baik seperti Andrea.
Aku berjalan menuju kamar, kulihat Anton terbaring di atas ranjang, sepertinya ia sudah tertidur sejak tadi. Aku heran dengan mudahnya ia tertidur dalam keadaan seperti ini, kupikir ia akan sibuk dengan laptopnya.
Setelah aku mengganti pakaianku, kuturuni anak tangga dan menuju dapur, mulai perlahan kubersihkan semua hasil pertengkaran kami tadi. Membuang sisa pecahan gelas dan meminum segelas susu panas untuk membuatku setidaknya lebih bertenaga.
Keesokan hari
Tepat jam 6 pagi, Anton sudah bangun dan bersiap diri untuk berangkat ke kantor.
"Apa kau tidak sarapan dulu ? aku sudah membuatkan Sandwich isi tuna kesukaanmu." sapaku yang sudah bangun sejak tadi untuk menyiapkan sarapan
"Aku sarapan di kantor" jawabnya dengan nada ketus yang tidak memperdulikanku sama sekali
"Suamiku, kau bisa membawanya ke kantor. Aku sudah menyiapkan bekalmu juga. Setidaknya cobalah dulu sedikit" ajakku agar ia mau bersikap lebih lunak padaku
Aku masih sangat mencintai suamiku, aku pun tau ia masih menyayangiku karena kemarin ia mengejarku dan masih mencariku hingga mau memelukku.
"Kau makan saja" ia langsung pergi setelah mengambil tas kerjanya, berjalan ke bawah dan segera masuk ke mobil
Aku cuma bisa melihatnya berlalu pergi meninggalkan rumah. Biasanya saat kami baru menikah dulu, ia selalu memberi kecupan manis dikeningku dan mengucapkan kata kata sayang kepadaku sebelum pergi ke kantor.
Sekarang entah kapan terakhir kali ia melakukan itu, aku bahkan sampai sudah tidak mengingatnya lagi.
"Maafkan aku suamiku, aku meminta bercerai bukan ingin menyerah dengan keadaan, tapi aku ingin dirimu punya kesempatan untuk bahagia dengan wanita lain yang lebih baik, yang bisa memberimu keturunan dan bisa memberikanmu sebuah keluarga yang utuh" batinku hingga membuat mata ku kembali berderai air mata
Aku terduduk di lantai dan terus merasakan dadaku yang makin sesak dan sakit sekali,
"Tuhan kumohon biarkan suamiku bahagia." doa singkat tulus yang selalu kuucapkan setiap saat
Nami Florist Shop
Sudah seminggu aku tidak membuka Toko Bunga milikku, tidak seharusnya aku bermalas malas an seperti ini.
Memang aku sering merasa tidak bersemangat lagi untuk melanjutkan usaha yang kujalani ni, tp tidak mungkin aku tutup usahaku begitu saja karena 3tahun aku membangun usaha ini dengan hasil tabunganku sendiri.
Merangkai bunga adalah hobby kecilku sewaktu sekolah dulu, memang sebagian besar perempuan Jepang memiliki bakat dalam merangkai bunga. Bahkan ada sekolah Khusus yang mempelajari Ilmu Merangkai Bunga, di Jepang di sebut sebagai "Ikebana".
Aku memiliki seorang karyawan di Toko, namanya Beatrix seorang gadis muda yang kurekrut sejak 2tahun lalu. Ia bertugas menjaga toko ketika aku mengantar pesanan dan melayani customer yang datang ke toko.
Beatrix sangat cekatan di usia dia yang 24thn, gadis yang sangat ramah, bertubuh tinggi khas wanita Inggris, bermata biru dan berambut coklat pendek menutupi lehernya. Ia kuberi cuti selama seminggu yang lalu.
Aku mulai membuka Toko bunga ku kembali, bersama Beatrix, aku membersihkan area toko kecil ini.
Memang Nami Florist Shop memiliki area yang tidak besar dan terletak di pinggiran Kota Bristol, butuh waktu 10 menit dari Rumahku.
"Beatrix, jangan lupa periksa kembali beberapa stok bunga Daisy dan Red Rose yang masih ada, aku lihat di catatanku ada yang memesan Rangkaian besar hari ini" pintaku sambil melihat layar laptopku dan kutemukan beberapa catatan permintaan pelangganku
"Baik bu," jawab Beatrix dari balik tirai tempat bagian stok bunga bunga di Toko
Ada suara langkah kaki yang sangat jelas terdengar memasuki Toko, aku langsung berdiri dan berjalan menyambut Pelanggan pertamaku hari ini.
"Selamat Pagi, ada yang bisa saya bantu Tuan ?" sapa ku dengan sangat ramah kepadanya
Lelaki itu hanya diam dengan matanya yang melihat ke sekeliling area toko, menatap hampir setiap sudut tanpa sedikitpun yang terlepas dari pandangannya.
Ia lalu berjalan berkeliling memandangi setiap jenis bunga yang tersusun rapi di etalase toko.
"Bisakah nona membuatkan 1 buket bunga untuk malam ini ?" tiba tiba ia mengajukan pertanyaan
Aku yang hanya berdiri beberapa meter dibelakangnya, bisa melihat dengan jelas si pria seperti bukan berasal dari kota ini.
Berpakaian sangat Rapi dengan setelan jas hitam, rambut hitam yang tertata rapi, tinggi sekitar 165cm, dan kulihat wajahnya bukan usia yang terbilang muda lagi mungkin sekitar 40thn an.
"Bisa tuan, Rangkaian bunga seperti apa yang anda inginkan ?" jawabku sambil tersenyum yang kini kami saling berhadapan
"Buatkan saja rangkaian bunga yang terbaik dan paling indah, tepat jam 8 malam bunga itu harus sudah di antar ke Hotel Hampton, Presidential Room Lantai atas No 3576" jawabnya dengan tegas sambil mengeluarkan Black Card untuk pembayarannya
"Hotel Hampton ? kenapa harus ke hotel itu lagi ?" batinku
#jangan lupa vote ya
Dukung Author dengan Like, Vote dan Koment ya
Thank you
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments