Enam bulan pertama pernikahan kami semua berjalan begitu indah selayaknya pengantin baru yg masih penuh kehangatan.
Bahkan karir Anton pun semakin meningkat, dan dipercaya menjabat sebagai Direktur Utama Perusahaan Seymour Group Architects di cabang baru di Bristol.
Kami bahkan sudah memiliki rumah sendiri yang sangat nyaman di kota kelahiranku.
Tapi....
Kenyataannya semua keindahan itu tidak berlangsung lama.
Hotel Hampton, Bristol
Pukul 7.30 pm
"Tidak ada yang bisa kita harapkan dari pernikahan ini Anton" tegasku
"aku tidak akan pernah menceraikanmu, sampai kau meminta maaf Rumi" jawab Anton penuh kekesalan yang mencengkram keras lengan kananku dan matanya tak berhenti menatap tajam kepadaku
Suasana kamar itu sangat tidak nyaman, dan terasa begitu sesak buatku walaupun hanya kami berdua disana.
"aku tidak bisa memberimu keturunan Anton !!" teriak ku yang berusaha melepaskan semua kekesalan dan rasa sesak didadaku selama ini.
Anton suamiku sangat paham situasi yang kualami. Aku tau sifat dan keinginan besar suamiku, Anton memang berharap besar bisa memiliki keturunan dari pernikahan kami.
Setahun pernikahanku dengan Anton, aku pernah mengandung. Kehamilanku disambut sangat antusias oleh suamiku dan seluruh keluarga besar kami.
Usia kehamilanku 5 minggu ketika aku pertama kali cek ke Dokter.
Aku paham waktu itu, Anton sangat sibuk sekali karena posisi pekerjaannya dan banyak Proyek proyek besar yang di tangani nya, apalagi ia sangat berharap besar akan Cabang Baru Perusahaan ini bisa berkembang pesat dibandingkan cabang lainnya.
Tapi dari situlah masalah demi masalah mulai datang.
Puncaknya ketika Malam itu, saat hujan deras menyelimuti kota, jalan raya mulai tampak sangat sunyi.
Aku keluar rumah dengan tergesa gesa menuju Apotik membeli beberapa vitamin dan obat lainnya untuk kehamilanku yg sudah di resepkan Dokter tadi siang.
Suamiku belum juga pulang dari tempatnya bekerja, padahal waktu sudah menunjukkan jam 8 malam.
Apotik itu memang tidak jauh dari rumahku hanya melewati 2 blok, aku berjalan membawa payung dan mengenakan mantel berwarna merah.
Jalanan tampak sangat sunyi dan hanya terdengar suara hujan, Blok pertama sudah kulewati berjalan kaki dengan langkah cepat dan aku mulai merasa tidak nyaman karena seperti ada seseorang yang membuntuti ku dari belakang. Kucoba berbalik, tak ada seorang pun disana.
Sampai akhirnya aku mulai mempercepat langkahku, hampir melewati Blok kedua, seseorang dibelakang menarikku kencang hingga menjatuhkanku ditepi jalan. Payung yang kupegang erat terlepas, aku terhempas dibawah guyur hujan malam itu, kulihat samar samar ada dua orang pria yang berdiri tegap dan berbadan besar dihadapanku.
Mereka mulai menyeretku, menarik kerah mantelku menuju ke dalam blok yang remang, Aku berusaha berteriak kencang tapi pria yang satunya menutup erat mulutku hingga membuatku kesulitan bersuara.
Aku berusaha memberontak, tapi mereka terlalu kuat bagiku yang hanya seorang perempuan hamil tak berdaya melawan mereka.
Mereka ingin merampokku, kulihat pria bertopi hitam sedang mengambil dompet dan berusaha mencabut cincin pernikahanku.
Aku tidak ingin lemah dan pasrah begitu saja, sekuat kuat nya terus memberontak, hingga kugigit tangan pria yang menutup mulutku. Pria itu berteriak dengan refleks melepaskan tangannya yg menutupi mulutku dan lenganku.
Aku berhasil kabur, berlari tak berhenti dan tidak akan menoleh walau apapun yang terjadi.
Aku berteriak meminta tolong sekencang kencangnya. Tapi karena suara hujan menggaung begitu deras, tidak akan mungkin suaraku terdengar orang lain.
Mereka masih mengejarku, sampai akhirnya aku tidak bisa melihat jelas di sekelilingku karena hujan masih sangat deras malam itu. Langkahku mulai lelah dan ternyata aku baru menyadari posisiku berada di tengah jalan.
Bruk
Sebuah mobil abu abu menabrakku seketika, Aku langsung tersungkur di tengah jalan, aku terhempas sangat keras. Mobil itu langsung pergi meninggalkanku tanpa tanggung jawab menolongku.
Aku tidak bisa mengingat apapun, karena kejadian itu sangat cepat, yang bisa kurasakan hanya darah yang terus keluar mengalir di kedua pergelangan kakiku, dan kepalaku sangat pusing.
Dengan kecilnya kesadaranku, aku berusaha bangkit dengan kekuatan yg masih tersisa, dan tampak kabur kulihat seorang wanita menghampiriku sambil memayungkan ku berteriak meminta pertolongan.
Ia menggenggam erat tanganku, berusaha membangunkanku. Tapi aku sudah tak kuat menahan sakit hingga membuatku tak sadarkan diri.
Dari Kejadian malam itu, aku bersyukur nyawaku masih bisa di selamatkan berkat pertolongan wanita itu yang cepat membawaku ke Rumah Sakit. Aku bahkan tidak mengetahui identitas wanita itu, karena ujar pihak Rumah Sakit dia pergi setelah mengantarku.
Aku mengalami keguguran akibat pendarahan yang hebat. Bahkan dokter sangat terkejut, karena aku masih bisa bertahan dengan kondisi seperti ini.
Bukan hanya hal itu saja, berita yang lebih menyakitkan adalah aku divonis sulit hamil lagi, sangat kecil kesempatanku untuk mengandung kembali.
Itu adalah pukulan terberat dalam hidup ku dan memupuskan harapan Anton.
"Kenapa Anton ? aku sudah selalu meminta maaf kepadamu"
"semua tak akan bisa mengembalikan anakku yang kau sia siakan akibat kebodohanmu Rumi !!!
aku ingin kau menyesali perbuatanmu seumur hidupmu" teriak Anto hingga membuat kamar itu terasa makin sesak
Aku hanya bisa menangis, menundukkan kepalaku, tak hentinya aku terus menyalahkan diriku. Karena tidak seharusnya aku keluar malam itu.
3 Tahun lalu
Saat proses penyembuhanku di Rumah Sakit selama seminggu, aku pulang ke rumah.
Pada saat pertama kali suamiku mengetahui kejadian itu, dia sangat syok dan menemaniku selama 3hari di Rumah Sakit. Anton menjaga dengan penuh perhatian dan selalu membuat diriku merasa nyaman, walaupun aku tau dia sangat sedih.
Aku berusaha menutupi vonis Dokter mengenai kondisiku, tapi akhirnya di hari ketiga Anton mengetahuinya juga.
Ia makin syok dan sangat kecewa dengan keputusan Dokter. Kulihat sorot matanya sangat sendu, dan hanya terdiam duduk di sampingku.
Kucoba memegang tangannya dan meminta maaf, ia hanya membuang muka dan pergi meninggalkanku seorang diri di Rumah Sakit.
"Kenapa dia berubah mengacuhkanku ?" batinku sambil menahan air mataku
Di saat seperti ini, aku sangat membutuhkannya, aku sangat menginginkan perhatiannya.
Ibu menemaniku selama aku di rawat, sesekali keluarga datang menjengukku. Tapi sampai saat ini, Anton belum juga muncul menjengukku lagi. Dia beralasan pada ibuku karena banyak urusan pekerjaan yang harus segera di bereskan.
Wajahku masih pucat, tubuhku masih terasa lemah dan lelah. Untuk pergi ke kamar kecil pun, ibuku mesti harus membantuku.
Aku masih merahasiakan tentang kondisiku kepada semua keluarga, hanya Anton yang mengetahuinya. Aku tidak ingin membuat harapan semua orang yang kusayangi pupus.
Pihak kepolisian masih terus berusaha mencari pelaku tabrak lari dan kedua perampok yang sudah mencelakaiku.
Tapi yang kupentingkan sekarang adalah aku harus bisa kembali sehat, dan berusaha memperbaiki hubunganku dengan Anton.
#Jangan Lupa Vote ya
Dukung Author dengan Like, Vote dan Koment
Thank you
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments