Hari berikutnya seperti biasa, Adam selalu melewati Reva tanpa melihat nya saat membukakan pintu masuk untuknya. Reva hanya diam lalu menutup pintunya dengan dongkol.
Malam ini pun Adam pulang terlambat, bahkan Reva dapat melihat ada bekas lipstik di leher Adam. Reva tersenyum kecut. Tak di pungkiri lagi hatinya sakit, tapi ia tak berani mengatakan apapun, memilih untuk diam saja.
Setelah berganti pakaian Adam langsung menuju ruang makan, memperhatikan beberapa piring yang masih utuh dengan makanan.
"aku pesan dari luar. aku tahu mas tak pernah mau makan masakan ku. jadi aku pesan delivery food." Ujar Reva membuat Adam langsung duduk di kursi nya.
"ikut dengan ku besok. ada yang ingin aku kenalkan padamu?"
Reva menghentikan aktivitas nya mencuci piring, lalu berbalik melihat adam.
"seorang pria?" Tanya Reva. Adam menghentikan suapannya kemulut lalu meminum airnya.
"apa kau tak mau jika dia seorang gadis?" Adam balik bertanya.
Ternyata Reva begitu mengharapkan di kenalkan dengan seorang lelaki, sungguh wanita yang murahan. Itulah yang selalu Adam pikir kan tentang Reva.
"baiklah, kapan?"
"besok sore, aku tunggu kau di cafe racer."
"kau tak mau menjemput ku?"
Adam terkekeh."kau punya kaki kan, pergi sendiri"
"mm..." Reva membuka celemek nya lalu pergi meninggalkan Adam yang masih menikmati makanan nya.
Adam memperhatikan punggung Reva dengan yang sulit di artikan. Menghela napas dalam saat ingat jika dulu mereka begitu dekat layaknya saudara.
Andai saja pernikahan ini tak pernah terjadi mungkin sekarang mereka masih berteman baik. Adam pun tak akan bersikap sedingin padanya.
💋💋💋
Paginya Reva bangun dengan cepat seperti biasanya, memesan beberapa makanan untuk sarapan Adam. Setelah membersihkan diri Reva langsung turun, menunggu si pengirim pesanan di depan rumah.
Adam sudah rapi dengan jas kerjanya. Dia menuruni tangga dengan cepat, menuju meja makan.
"mana sarapannya?" Teriak Adam, membuat Reva segera lari kedalam setelah membayar semuanya.
"sebentar." Reva langsung mengeluarkan semua nya dan memberikannya pada Adam.
Adam langsung memakannya sampai habis.
"ingat sore ini jangan sampai terlambat."
"iya..mas."
Tanpa berkata lagi Adam langsung berangkat kerja.
Reva merapikan meja makan, lalu bersiap untuk pergi keluar. Dia sudah memutuskan mulai hari ini tidak akan menggantungkan hidupnya lagi pada Adam, dia akan mencari pekerjaan. Meskipun sulit tapi dia harus mencoba nya.
Reva mencari pekerjaan sepanjang hari ini, berharap ada lowongan kerja yang cocok dengan ke ahliannya. Dia adalah lulusan tata boga, hobinya memasak membuat Reva mengambil jurusan itu. Tapi rasanya sulit sekali mencari pekerjaan dengan ke ahliannya itu.
Kemudian Reva mendapati ponselnya berdering, ibunya Adam menelpon.
"ada apa Bu?"
"Reva,, kau mau mencari kerja seperti katamu malam itu"
"iya. aku sedang mencari nya sekarang. tapi rasanya sangat sulit."
Reva memang pernah menceritakan ke inginannya ini pada Venty saat menginap malam itu dan Venty sangat mendukung nya.
"bekerja lah di cafe paman Adam."
"benar kah Bu?"
"mm.. besok kau bawa lamaran mu ke rumah. ibu akan mempertemukan mu dengannya."
"iya Bu."
"ya sudah. kau pulanglah sekarang. jangan mencari kerja lagi. ibu tutup ya telponnya."
"iya Bu."
Reva pun kembali memutuskan untuk pulang. Tapi niat nya terhenti saat melihat jam di pergelangan tangan nya menunjukan pukul 5 sore. Hampir saja dia lupa dengan janjinya.
Cepat-cepat Reva mencari taksi. Jangan sampai terlambat datang, jika tidak Adam pasti akan memarahinya lagi.
"dimana istrimu?" Tanya Calvin.
"jangan menyebutnya seperti itu. dia hanya gadis penggoda." Jessy tak suka dengan sebutan yang di berikan Calvin pada reva.
Baru saja di bahas, Reva tiba. Adam mendengus saat melihat penampilan Reva yang begitu kusut. Muka yang lusuh dan rambut yang sedikit berantakan.
"maaf.. aku telat mas." Reva menunjukan wajah menyesal.
"ih.. jelek sekali penampilan mu." Sindir Jessy.
Reva menelan ludahnya, dia tak sempat merapikan penampilan nya karena takut terlambat. Tapi, rupanya malah mendapat pandangan jijik dari Adam. Reva tak berani duduk sebelum Adam menyuruh nya.
"duduklah." Calvin menarik kursi untuk Reva, "ayo...kau tak akan berdiri terus kan?"
Akhirnya Reva pun duduk di sebelah Calvin dengan ragu. Matanya melirik Jessy yang begitu lengket pada Adam. Wanita itu dengan tak tahu malunya bergelayut di lengan Adam didepan istrinya, Adam pun terlihat biasa saja merasa tak terganggu.
Hati Reva berdenyut sakit, saat tangan Adam sesekali mengelus rambut Jessy dengan penuh kelembutan. Reva mati-matian menahan airmatanya, dia tak mau terlihat menyedihkan hanya karena hal ini. Bibir nya terus tersenyum saat Calvin atau pun Jessy bicara padanya.
"sayang, kau mau makan apa?" Tanya Adam pada Jessy membuat Reva dan Calvin melihat ke arahnya.
Kemudian Calvin melihat Reva yang kini menunduk. Dia tahu wanita ini pasti sedang menahan tangisnya. Calvin ingin sekali memaki sahabatnya itu tapi dia tak berhak ikut campur dalam urusan rumah tangga oranglain bukan.
"a..aku..mau ke toilet sebentar." Reva langsung kabur, dia tak mau lebih lama lagi duduk di sini hanya untuk menyaksikan kemesraan Adam dengan Jessy.
maksud mas memperkenalkan itu.. apa hanya alasan supaya aku melihat betapa tak penting nya aku di hati mu mas. rintih Reva.
Reva memandang dirinya di cermin, memang dia tak secantik Jessy. Bahkan cara berpakaiannya saja jauh berbeda. Jessy mempunyai selera fashion yang bagus, sementara dirinya hanya memakai kaos oblong yang di padukan dengan celana jeans. wajah pun tanpa polesan make up sedikit pun.
Cukup lama Reva diam melamun di dalam toilet hingga sebuah suara menyadarkan nya.
"nyonya, kau didalam?"
"i..iya.."
Reva segera keluar setelah mencuci wajahnya.
"kau menangis nyonya?" Tanya Calvin saat melihat mata Reva yang merah dan sembab.
"tidak. kata siapa aku menangis." Kilah Reva.
Calvin tahu wanita ini tengah berpura-pura kuat. Adam sudah keterlaluan hari ini. Bahkan dia pergi tanpa menunggu Reva kembali dari toilet.
"Adam sudah pulang.. dan.."
"aku tahu. dia menyuruhmu untuk mengantarkan ku kan?" Reva sudah bisa menebak nya. "ya sudah, ayo kita pulang."
Calvin pun mengikuti Reva dari belakang. Melihat sikap Reva yang seperti ini membuat Calvin ragu untuk menjalankan taruhannya dengan Adam. Wanita sebaik ini tak pantas mendapatkan penghinaan dalam hidupnya.
"jangan panggil aku nyonya. aku risih mendengar nya." Ucap Reva saat masuk ke dalam mobil Calvin.
"oke. Reva.. bagaimana?"
"itu lebih baik." Reva tersenyum.
"kenapa kau tak berdandan tadi, apa kau sengaja berpenampilan buruk untuk mempermalukan suamimu.?"
"aku punya alasan untuk ini. apa maksud mu mempermalukan?" Tanya Reva tak terima.
"iya, untuk menunjukan kalau Adam tak pernah memperhatikan mu."
"hhaaaa.. kau berpikir terlalu jauh." Calvin melirik Reva sekilas, wajah itu sangat tenang."untuk apa aku melakukan itu. justru itu hanya akan membuat orang tahu kalau aku hanya lah istri yang tak di anggap."
Ada rasa sesak di hatinya saat mengatakan itu. Calvin menghentikan mobilnya saat sampai di depan gerbang rumah Adam.
"makasih.. dan ahh.. kau mau mampir?" Tawar Reva membuat Calvin berkesempatan untuk mengenalinya lebih jauh lagi.
"mm.. Baiklah." Mereka pun turun dan segera masuk kedalam.
Calvin duduk di ruang tamu sementara Reva masuk kedapur mengambil minum dan beberapa cemilan yang sempat dia buat pagi tadi.
"ini, maaf hanya ada ini saja." Reva menyerahkan secangkir kopi pada Calvin, lalu menyimpan piring berisi cemilan di atas meja depan sofa.
"ga papa. ini kue buatan mu?" Tanya Calvin.
"ya, coba saja."
Calvin mengambil satu kue kering keju lalu memakannya. Lagi, lidahnya terbuai oleh rasa asing yang begitu lezat. Calvin menyukainya.
"kau pintar membuat kue, masakan mu waktu itu juga enak." Puji Calvin.
"mmm. karena aku suka memasak mungkin. jadi rasanya enak..."
Tanpa mereka sadari Adam kini telah pulang, dan berdiri di ambang pintu memperhatikan kedekatan Calvin dan Reva. Pandangan Adam terhadap Reva semakin buruk saja karena dengan mudahnya akrab terhadap pria yang baru di kenalnya.
Dari dalam lubuk hati terdalamnya dia tak suka melihat senyum lebar Reva yang ditujukan pada pria lain.
"eehmm.." Deheman Adam membuat Calvin dan Reva terkejut.
"kau sudah pulang,mas.."
"mm.. seperti nya aku mengganggu kalian." Sinis Adam.
Calvin langsung berdiri dan berjalan mendekati Adam.
"bukankah ini yang kau harapkan?" bisik Calvin, Adam menatapnya tajam. Entah kenapa dia tak suka.
"Reva, aku pulang dulu."
Adam terdiam. Kenapa rasanya dia tak suka saat melihat mereka begitu dekat. Apalagi saat mendengar Calvin menyebut namanya dengan sangat akrab.
"mas..."
"sudahlah. jangan pedulikan aku." Adam menepis tangan Reva yang akan mengambil tas kerjanya.
Reva menarik napas dalam. Sikap Adam memang tak bisa di maafkan tapi perasaan cintanya membuat Reva memaklumi semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 355 Episodes
Comments
Herry Handayani
cinta boleh,bodoh jangan😫😫
2021-04-19
0
Mawar Berduri
suami gak ada ahlak
2021-01-10
0
𝓗𝓲𝓫𝓲𝓼𝓬𝓾𝓼🍇
q pnh d posisi Reva n rasa y nyesek bgt
2021-01-01
1