BAB 4

Flashback

“Kamu lihat itu Ra!” Bapak menunjuk hamparan teh yang membentang seluas mata memandang, aku merentangkan kedua tanganku, menarik napas dalam, menghirup udara sejuk sebanyak mungkin, lalu mengeluarkannya dengan senyuman yang tidak pudar dari bibirku. Udara pagi ini begitu menggodaku untuk terus menikmatinya, mentari yang baru muncul dari ufuk barat terlihat begitu cerah dan ceria, seceria hatiku.

“Nanti, kalau kamu sudah dewasa dan sudah mapan, kamu harus bisa melestarikan keindahan Desa ini, jangan biarkan semuanya cepat sirna” ucap Bapak sambil memotong reruputan hijau di antara teh yang menghampar, hijau bak permadani.

“Sekarang Rara sudah dewasa Pak” aku mengerucutkan bibirku sambil menatap Bapak yang tengah berjongkok memunguti helai demi helai rumput, untuk makan sapi betina kesayangan Bapak.

“Iya, Rara anak Bapak sudah dewasa, cantik lagi” Bapak terkekeh.

Hari ini, hari minggu aku libur sekolah, dan Bapak libur bekerja, seringkali, ketika kami libur, aku ikut Bapak mencari rumput yang tidak jauh dari rumah, atau sekedar menemani Ibu pergi ke ladang, untuk memanen sayuran.

Bapak sebetulnya adalah pria yang begitu tampan, tubuhnya tinggi, tegap, hidungnya mancung, rahangnya tegas, namun kulit Bapak sedikit hitam mungkin karena selama ini, pekerjaan Bapak mengharuskan Bapak untuk terus terbakar triknya matahari, jadi ketampanan Bapak tertutupi oleh kerasnya kehidupan yang harus Bapak jalani. Dan aku mewarisi bentuk fisik dari Bapak, hidung mancung, tubuh tinggi.

“Pak, Bapak bahagia tinggal di Desa ini??” tanyaku kala kami menuju arah jalan pulang, sesekali tanganku menggapai bunga teh yang berwarna putih itu, begitu cantik juga wangi.

“Tentu saja, Bapak tidak ingin meninggalkan tempat ini, malah Bapak ingin memajukan Desa ini, karena sekarang Bapak tidak mampu melakukannya, Bapak harap kamu yang bisa melakukannya, anak Bapak” ucapnya tersenyum bangga, sementara itu, panggulan rumput sudah ada di pundaknya, kami berjalan beriringan.

“Kenapa Bapak begitu mencintai Desa ini? Padahal Desa ini begitu terbelakang, adat dan budayanya saja terasa memberatkan, beda dengan yang sering Rara lihat di kota, mereka hidup dengan bebas, tanpa peraturan budaya yang aneh” ungkapku, tanganku menyentuh daun teh yang masih memiliki tetesan air embun.

“Di Desa ini, terlalu banyak kenangan antara Bapak dan Ibu, Desa ini tempat Bapak dan Ibu pertama kali bertemu, menikah, lalu memiliki kamu dan adik-adik kamu, Bapak tidak akan mungkin melupakan semuanya” Bapak tersenyum lembut, mengenang masa lalunya, sementara itu, peluh sudah bercucuran dari dahinya.

“Oooohhh ... Bapak sangat mencintai Ibu??” pertanyaan itu terlontar begitu saja.

“Lah ... iya, jika tidak cinta, bagaimana mungkin bisa ada kamu dan kelima adikmu” Bapak terkekeh.

Sepanjang perjalanan pulang, aku dan Bapak saling bercengkrama, sebagai anak pertama tentu saja aku begitu dekat dengan kedua orantuaku, tidak segan pula, mereka menaruh harapan besar di pundakku. Mereka berharap, aku bisa menjadi manusia yang memiliki kehidupan jauh lebih baik lagi dari mereka.

Bahkan, Bapak begitu bekerja keras, hanya karena ingin aku bisa belajar, bersekolah, dan bahkan Bapak rela melakukan banyak pekerjaan serabutan lainnya, hanya karena ingin membelikan aku baju yang layak dengan teman-temanku di kota.

Aku sangat menyayangi Bapak dan Ibu, ku balas seluruh kerja keras mereka dengan segenap prestasiku, aku menjadi salah satu murid terpandai di sekolahku. Mendapatkan beasiswa sekolah, selalu menjadi juara ketika mengikuti perlombaan apapun itu, dan semua itu seolah membakar semangat Bapak dan Ibu untuk bekerja lebih keras lagi, agar aku mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

“Minum susu, dan satu telur rebus ayam kampung, biar kamu kuat dan cerdas” itu yang selalu Bapak katakan di setiap paginya, kala aku akan berangkat sekolah.

Tidak ada hal lain dalam kepalaku saat itu, selain berusaha untuk mewujudkan keinginan kedua orangtuaku.

Flashback end

***

“Ra ... ini hadiah untukmu” lagi-lagi pria itu memberikan sebuah papper bag ke dalam genggaman tanganku.

“Ha hadiah??” tanyaku, menatap papper bag yang kini sudah berada di tanganku.

“Iya, coba lihat, kamu suka??” tanyanya, lalu berjalan duduk di tepi ranjang.

Aku mulai membuka bungkusan tersebut, dan ternyata isinya seperti yang sudah-sudah, sebuah dress indah, dengan merek yang ternama, aku sungguh tidak membutuhkan semua ini. Sungguh.

“Kamu suka??” terdengar lagi pertanyaannya, padahal dia tahu persis kata apa yang akan aku lontarkan.

Aku mengangguk “Suka” jawabku apa adanya.

“Di cobain dong” Dia sudah mulai tersenyum, senyum yang selalu membuatku muak ketika menatapnya.

“I iya” aku mengangguk, lalu berjalan menuju kamar mandi, berniat mencoba pakaianku di dalam sana.

“Sayang ... kenapa ke sana??” aku menghentikan langkahku, kala suara itu terdengar kembali.

“Emmmhhh ... aku mau ganti baju” aku mengerutkan keningku, bukankah tadi dia yang memintaku untuk mencoba pakaian hadiahnya?.

“Kenapa harus di kamar mandi sih?? Di sini kan bisa” dia berjalan menghampiriku, tersenyum menyeringai.

Aku baru menyadari, ternyata ini tujuannya memberiku hadiah sebuah dress, harusnya aku sudah faham akan setiap gerakannya.

“Emmhh ... a aku ... a akuuu ...” gugup, lidahku kelu, ingin memaki tapi aku tidak bisa melakukannya, ingin menolak?? Apalagi. Akhirnya aku hanya mampu terdiam, kala tangannya sudah mulai mengelus bahuku.

Hhhuuppptttt ...

Sekali lagi, aku hanya akan menjadi santapan makan malamnya lagi, tergolek lemah di ranjang setelah memuaskan nafsunya.

Miris.

Terpopuler

Comments

Meny Djaulu

Meny Djaulu

hidup sdah melarat anaknya bejibun.mmg anak adalh berkat namun jika kita tidak bisa memberi apa yg menjadi hak anak2 itu sama sja dengan neraka dunia,makanya tanteku selalu ngomong lebih baik satu anak tp kehidupanya tercukupi daripada banyak anak namun melarat.

2024-10-12

0

𝐙⃝🦜尺o

𝐙⃝🦜尺o

hanya karna dipaksa atau karna ada sebab lainnya?? koq bisa sebegitu muaknya sama suami padahal kelihatannya baik,,, apa karna belum dewasa dan masih ingin bebas???

2022-12-23

0

Risfa

Risfa

rara kenapa segitu gak sukanya sm suami

2021-12-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!