Kampus libur dua bulan. Sekarang sudah berjalan dua minggu liburan akhir semester. Seharusnya liburan kampus adalah hari yang sangat menyenangkan untuk melepas penat semasa kuliah. Tapi, itu berlaku untuk Binar, Kenzo, Anton, Nita dan Hesti.
Selama satu minggu terakhir mereka di teror oleh telepon privat dimana tidak tercantum nomor apa bila ada telepon masuk, hanya ada tulisan ‘privat number’. Mereka di telepon silih berganti bahkan saat mereka berkumpul pun ada beberapa yang mendapat teror itu.
“Hah.. siapa sih yang iseng.” Geram Binar.
Slurppp. Binar meneguk bubble tea nya.
“Kalau aku tau siapa dia? Bakal aku hajar, aku banting sekalian.” Sahut Anton geram.
“Mentang-mentang pandai karate.” Sahut Kenzo.
Mereka saling mengungkapkan kekesalan mereka terhadap teror yang mereka anggap adalah telepon iseng. Sumpah serapah mereka lontarkan begitu saja. Mereka sangat lelah dengan keadaan itu. Dimana Pun mereka berada mereka di telepon oleh orang iseng itu.
“Halah... kalian itu ya. Cuek aja kali. Tinggal HP di silent kan gampang tuh. Hidup gak usah di bikin ribet.” Jelas Hesti.
“Aku gak bisa. Kalau Hpnya di mode diam. Nanti aku gak tau kalau ada notifikasi kalau ada pertandingan karate. Aku gak mau ketinggalan satu pertandingan pun.” Ucap Nita.
Nita dan Hesti pun berdebat. Memang benar apa yang di katakan Hesti. Tapi cara itu hanya cocok di terapkan untuknya saja. Dia lah satu-satunya anak yang tidak begitu mementingkan ponsel karena dia sibuk bereksperimen di dapur. Hesti suka bereksperimen dengan makanan.
Drrtttt Drrttt Drrttt
Tiba-tiba ponsel Binar berbunyi. Dia menunjukkan kepada teman-temannya bahwa ada telepon masuk dari ‘privat number’. Binar pun mengangkat telepon itu dan menyalakan mode pengeras suara, berharap teman-temannya bisa mendengar apa yang si penelepon katakan.
Tetapi, kenyataanya mereka hanya mendengar suara angin yang kencang saat telepon itu di angkat. Dua menit berlalu, dan hanya terdengar suara angin saja. Binar yang sudah tidak penasaran dengan siapa yang iseng itu hendak mematikan teleponnya.
“Kamu akan mati.”
Tiba-tiba terdengar suara yang sangat lirih. Suara itu terdengar samar dan juga seperti bukan suara normal. Suara itu di rubah dengan alat pengubah suara.
Semua pun terkejut. Mereka merasa berdebar karena suara itu. Selama ini mereka tidak pernah mendengar suara dari telepon itu. Ternyata begitu ada suara, si penelepon langsung mengancam. Binar ketakutan dan buru-buru mematikan teleponnya.
“Gak waras nih orang.” Umpat Binar ketakutan.
“Aduh... nih orang semakin ngeri gais.” Ucap Kenzo.
“Halah, lembek banget jadi cowok. Kalau ketauan siapa pelakunya. Huuhh habis dia di tanganku.” Sahut Anton semakin geram.
“Jangan-jangan itu Erina?” Ucap Kenzo.
“Bisa jadi tuh.” Sahut lainnya.
“Udah udah. Namanya telepon iseng. Gak usah di ladenin.” Ucap Hesti.
“Iya tuh. Pulang yuk. Udah sore menjelang malam nih. Mana suasananya mendung gini. Makanya bikin tambah ngeri.” Ucap Nita.
Mereka pun memutuskan untuk pulang karena memang langit mulai gelap pertanda akan hujan.
Sampai di rumah Binar.
Binar kehujanan karena dia tidak memakai mantel. Dia memilih menerobos gerimis dari pada berhenti memakai mantel. Dia pikir tidak akan terlalu basah kuyup karena jarak ke rumahnya sudah dekat. Ternyata, hujan deras turun tiba-tiba dan membuatnya basah kuyup.
“Dih! Basah kuyup nih!”
Mood Binar saat ini buruk karena hujan. Dia menyalahkan hujan yang membuatnya basah kuyup. Akhirnya dia masuk lewat pintu belakang untuk sekalian mandi. Betapa apesnya Binar ternyata listrik padam sehingga dapur rumahnya gelap.
“Sial banget sih!” Kesal Binar.
“Mama, mama dimana?” Teriak Binar.
Hujan sangat deras sehingga teriakannya kalah dengan suara hujan. Dia tidak tau mamanya ada dimana? Padahal dia ingin meminta tolong untuk di temani di dapur karena dapur gelap.
Binar tidak kehilangan akal. Dia menyalakan senter ponselnya dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Dia menaruh ponselnya di tempat kering yang tidak terjangkau oleh cipratan air nanti.
Binar pun mulai mandi. Di tengah-tengah, saat Binar membilas rambutnya. Ponselnya bergetar pertanda ada telepon masuk. Karena terus bergetar ponsel itu akhirnya jatuh.
Brak!
“WAA!” Teriak Binar terkejut.
Binar buru-buru membilas rambutnya dan membersihkan mukanya dari sabun. Kemudian, dia mulai membuka matanya dan dia terkejut karena cahaya dari ponselnya tidak mengarah ke arah tadi. Sebelah sisi menjadi remang. Binar ketakutan. Dia panik dan langsung mencari keberadaan ponselnya.
“Itu dia.” Ucapnya bergetar.
Binar langsung berjalan menuju ponselnya. Lagi-lagi dia di kejutkan dengan getaran ponselnya. Binar hanya bisa menatap ponselnya karena tangannya masih basah.
“Lagi mandi juga di ganggu.” Geram Binar.
Lalu Binar kembali ke aktifitasnya semula. Tidak lama, ponselnya bergetar lagi. Dengan kesal Binar mengambil ponselnya dengan tangannya yang masih basah. Terlihat tulisan ‘privat number’ di layarnya.
“Hergh!” Binar geram.
Binar mengabaikan telepon itu. Dia meletakkan ponselnya kembali dan mandi. Ponselnya bergetar berkali-kali bergetar tapi Binar mengabaikannya. Hingga akhirnya dia selesai mandi dan ponselnya masih bergetar. Dengan kesal Binar mengangkat teleponnya.
“Heh! Udah gak usah telepon telepon. Udah pura-puranya. Ini aku udah di rumah. Nanti sisanya aku bayar udah. Jangan rewel. Nanti kalau aku butuh aku hubungi lagi.” Ucap Binar kesal.
Ternyata Binar membayar orang lain untuk meneror teman-temannya. Itu dia gunakan sebagai topeng agar semua temannya semakin membenci Erina. Tapi, si penelepon hanya diam saja. Malah hanya terdengar suara kresek kresek saja.
“Hih! Gak guna.” Ucap Binar kesal.
“Apa kabar?” Terdengar suara tidak asing. Suara samaran yang biasa di perdengarkan di televisi seperti suara robot.
“Heh! Gila ya? Yang bener aja dong! Udah iya iya, nanti aku bayar sisanya.”
“Binar.”
Deg!
Jantung Binar langsung berdetak kencang. Karena, dia menyewa orang untuk melakukan telepon privat dengan nama samaran. Tapi orang ini mengetahui nama Binar? Siapa dia? Binar jadi takut karena itu.
Tok tok tok.
Belum selesai berdamai dengan rasa takutnya. Binar sudah di kejutkan lagi dengan suara ketukan pintu kamar mandi. Dia menatap pintu itu, menunggu suara seseorang dari balik pintu.
Tok tok tok.
“Bin... Binar. Kamu di dalam?”
Akhirnya muncul juga suara mama Binar. Tanpa berpikir lagi, dia langsung menuju pintu itu dan membukanya sedikit kemudian kepalanya melongok keluar sambil menangis.
“Mama...” Ucap Binar di barengi suara tangis.
“Kenapa?” Tanya mama Binar panik.
“Takut ma.” Jawab Binar masih sambil menangis.
Mama Binar menyuruh anaknya untuk segera membilas badannya. Dia sengaja tidak menutup pintu kamar mandinya. Dia memegang gagang pintunya dan membelakanginya menunggu anaknya selesai mandi.
Binar pun tidak menyia-nyiakannya. Dia buru-buru membilas badannya dan mengambil handuk, melilitkan ke badannya dan mengambil ponselnya. Setelah itu dia buru-buru keluar dari sana. Begitu keluar dia langsung memeluk mamanya erat.
“Kamu kenapa sih Bin?” Tanya mamanya terheran-heran.
Binar hanya menggeleng dan meminta mamanya menemaninya sampai ke kamar. Bahkan dia meminta mamanya juga menemaninya ganti baju di sana. Binar dan mamanya berjalan menuju kamarnya menggunakan ponsel Binar sebagai sumber cahaya.
Sampai di kamar, Binar langsung ganti baju sambil sesekali melirik ke arah mamanya. Setelah melirik mamanya, dia melirik ponselnya. Dia masih penasaran siapa yang meneleponnya tadi. Sedangkan mamanya hanya memperhatikan tingkah laku aneh anaknya itu.
Setelah selesai berdandan. Binar kembali ke pelukan mamanya dengan rambut yang masih sedikit basah. Dia memeluk mamanya erat. Mamanya juga membalas pelukannya.
“Kamu kenapa sih?” Tanya mama Binar khawatir.
Mamanya pun menuntun anaknya untuk tidur di ranjangnya. Meski rambut Binar masih basah. Mamanya membiarkannya, asal Binar tenang. Dia memeluk anaknya erat-erat.
“Kamu kenapa? Coba cerita ke mama.” Ucap mamanya lembut.
“Aku ngantuk ma. Mama temenin aku tidur ya. Aku takut.” Jawab Binar lemah.
Binar masih belum mau membahas kejadian itu kepada orang tuanya. Dia takut jika itu hanyalah telepon dari anak iseng. Dia gengsi jika tidak bisa mengatasi masalah kecil ini.
~ Terima kasih, sudah mampir baca ~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments