Kalian

Untuk beberapa saat Erina mematung karena memang beberapa waktu lalu dia bertengkar dengan Fatma hanya karena merebutkan Kenzo. Waku itu, Erina menjauh dari Fatma karena tau jika Fatma berkencan dengan Kenzo. Padahal Fatma mengetahui jika Erina menyukai Kenzo.

Tetapi, Erina sadar begitu cepat. Dia merasa tidak sebanding dengan Kenzo yang berasal dari orang kaya dan pintar. Sedangkan dia berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai kuli bangunan serabutan dan ibunya berjualan makanan nasi padang di ruko dekat pasar. Bahkan dia juga harus berjuang mencari uang sendiri untuk kuliah.

Kenzo memang pantas dengan Fatma yang cantik, ramah, pandai bahkan dia kuliah melalui jalur beasiswa berprestasi karena nilai rapornya. Bagi Erina tidak ada gunanya menjauh dari Fatma. Lagi pula, Fatma adalah teman satu-satunya yang mau berteman dengannya meski dia jarang berkumpul dengan mahasiswa lain di kampus. Akhirnya Erina dan Fatma baikan.

“Apa?” Tanya Erina tegas.

“Fatma pernah nangis karena dia merasa udah menghianati kamu, hanya gara-gara kamu suka aku. Hah! Kamu? Hah?” Ucap Kenzo meremehkan Erina.

Erina tidak tahan jika dia di remehkan orang lain. Terlebih Kenzo, dia merasa bahwa jauh lebih baik dirinya di banding Kenzo. Karena Erina tau jika ternyata Kenzo mengkonsumsi obat yang di larang negara hanya untuk menenangkan pikirannya yang kacau.

Tangan Erina sudah bersiap untuk memukul Kenzo. Tapi, tiba-tiba Binar dan teman-temannya datang menghampiri. Mereka datang dengan wajah sombongnya. Wajah Erina yang tadinya marah berubah menjadi bingung dengan ekspresi Binar dan teman-temannya.

“Ada apa ini?” Tanya Binar.

Deg!

Jantung Kenzo langsung berdebar kencang. Kenzo saat ini sedang membelakangi Binar dan teman-temannya. Sekarang yang ada di pikiran Kenzo. Apakah Binar CS mendengar ucapannya kepada Erina? Karena selama ini Kenzo menyembunyikan hubungannya dengan Fatma.

“Erina! Ternya dia karyawan di kafe omku. Hahaha.” Ucap Hesti.

Hesti tertawa di ikuti teman-temannya yang lain. Dia baru tau jika Erina bekerja di kafe omnya karena dia melihat story di media sosial om nya hari ini. Kebetulan omnya sedang melakukan promosi kafenya sambil menunjukkan gambar kafe dan karyawan/karyawatinya yang tersenyum menghadap kamera.

“Dannn katanya, Erina itu udah bekerja selama enam bulan loh. Jadi? Dia kerja dari awal semester dua dulu dong haha.” Ucap Hesti meremehkan.

“Wah ternyata jalur beasiswa tidak mampu toh. Kirain beasiswa berprestasi.” Ucap Binar meremehkan.

Erina semakin menciut karena malu. Tapi dia juga marah karena di remehkan toh pekerjaannya juga baik. Dalam hatinya mengutuk mereka semua menjadi buron dan hidup tidak tenang. Dia berdoa semoga polisi menangkap mereka dan memasukkan mereka ke penjara karena kasus pembullian. Dia berdoa agar mereka mendapatkan balasan dari apa yang mereka lakukan ke Fatma.

Agar Erina tidak terpancing emosinya. Dia berkali-kali mengambil napas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan. Erina merasa harus pergi dari sini. Dia tidak ingin terpancing lebih, karena dia tau bagaimana sifat asli Binar dan teman-temannya yang selalu meremehkan orang.

Cekrek!

Tiba-tiba Hesti  mengambil foto Erina. Tidak hanya sekali, beberapa kali dengan angel yang berbeda beda. Erina hanya diam saja melihat tingkah laku Hesti.

“Emmm.. gimana ya kalau aku kasih tau om ku. Kalau aku berteman dengan karyawannya yang bernama Erina. Lalu aku menjelaskan bahwa Erina itu anaknya parasit yang suka nempel ke Fatma dan menyalin pekerjaan Fatma agar bisa mempertahankan beasiswa tidak mampunya. Kalian tau kan, kalau beasiswa itu nilainya gak boleh turun. Gimana ya kira-kira reaksi omku?” Tanya Hesti kepada teman-temannya.

“Dunia kerja sama dunia kuliah itu beda. Selama aku bekerja dengan baik kenapa aku harus takut.” Ucap Erina.

“Hahaha. Aku gak sebaik itu, aku bakalan tambahin bumbu penyedap juga dong. Aku bakalan bilang kalau Erina si parasit nilai Fatma itu sudah gak jujur dalam nilai akademi. Apalagi jujur dalam pekerjaan yang berhubungan dengan uang hahaha.”

Binar dan teman-temannya hanya bisa tertawa terbahak-bahak.  Mereka sangat meremehkan Erina karena mereka sudah memegang kartu AS Erina. Dan Erina tidak kalah. Dia berusaha untuk membalik keadaan dengan mengancam Binar dan teman-temannya.

Dia memberitahu keluarga Fatma jika mereka membully Fatma. Kemudian dia akan pergi ke kantor polisi untuk memberikan barang bukti kepada polisi bahwa kalian telah merisak Fatma. Erina sangat yakin kepada ucapannya. Tapi Binar dan teman-temannya hanya tersenyum sinis.

“Jika kamu melakukan itu. Kamu akan kehilangan pekerjaan, beasiswa dan hidup lebih sengsara.” Ancam Binar.

Binar benar-benar sudah tidak sabar. Dia langsung berbicara ke intinya. Dia ingin Erina tutup mulut. Jika tidak semua yang dia ucapkan di awal akan menjadi kenyataan. Itu akan benar-benar terjadi, jika Erina nekat.

Erina tidak peduli. Dalam pikirannya, dia harus mengungkapkan kebenaran. Dia langsung meninggalkan Binar dan teman-temannya. Dia pergi tanpa pamit, dan Binar hanya menatap tajam kepergian Erina.

“Eh Binar. Gimana kalau dia gak takut?” Tanya Hesti.

“Iya Bin, gimana?”

“Gampang!” Ucap Binar.

***

Erina berjalan sambil memikirkan ancaman Binar. Sebenarnya dia itu takut dengan ancaman itu. Dia harus memilih antara persahabatan atau kehidupannya. Dia sangat frustasi hingga menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. Kemudian, dia berhenti.

“Gak, masa depanku masih panjang. Aku gak boleh kecewain bunda, ayah dan adik. Hah... Kehidupan Erina sudah berakhir kan. Jadi biar itu jadi kenangan Binar dan teman-temannya. Aku gak ada urusan sama mereka.” Ucap Erina.

Kali ini Erina memilih untuk bersikap egois. Dia tidak peduli kepada Fatma. Dia pikir dengan memilih diam hidupnya akan tenang. Namun sayangnya tidak.

Sudah dua minggu berlalu.

Erina tidak bisa tidur karena selalu di hantui oleh Fatma. Dia di hantui rasa bersalah kepada Fatma karena tidak memberikan kebenaran kepada polisi. Meski tidak ada penyelidikan karena polisi mengungkapkan kematian Fatma karena bunuh diri. Tetapi, Erina merasa janggal dengan itu. Perasaanya mengatakan seperti ada yang di tutupi.

“Argh!” Teriak Erina frustasi.

Liburan kuliah kali ini benar-benar melelahkan. Bukan melelahkan secara fisik tapi melelahkan secara batin. Erina sudah muak. Dia sudah membulatkan tekat untuk lapor ke polisi. Dia mengambil ponselnya dan melihat rekaman ketika Binar membully Fatma. Binar menyuruh Fatma merapihkan makalah yang kelompoknya buat itu.

Tiba-tiba ada telepon masuk tanpa nomor, hanya ada tulisan ‘telepon privat’ di layar ponselnya. Erina yang penasaran langsung mengangkat teleponnya.

“Ha-halo.”

“Apa kabar?”

Deg!

~ Terima kasih, sudah mampir baca ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!