Panti asuhan mengalami kebakaran yang menyebabkan Bu Rini dan beberapa anak panti meninggal dunia.
*kring.. kring.. *
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam. Kak Avi, cepat pulang, panti kebakaran."
"Innalilahi. Iya Kakak segera pulang."
Setelah menerima telepon Avi langsung membereskan tas nya dan pulang ke panti. Sepanjang perjalanan Avi terus memikirkan kondisi Bu Rini dan adik panti lainnya.
Kaki Avi terasa lemas seakan tak bertulang saat melihat bangunan panti dan sudah ludes terbakar. Dilihatnya mobil polisi dan ambulance disana.
"Gimana kondisi Bu Rini ?" tanya Avi pada Lia.
"Bu Rini dan adik -adik yang lain sudah meninggal terbakar Kak." Lia langsung menangis dalam pelukan Avi.
"Innalilahi wa innalilahi rojiun." Avi memeluk adik - adiknya.
"Nak Avi.." panggil Pak Dadang, Rt setempat.
"Iya Pak." Avi melepaskan pelukan Lia.
"Kami turut berduka cita. Semua pemakaman Bu Rini dan Adik yang lain akan kami urus sampai selesai." kata Dadang.
"Makasih Pak. Maaf merepotkan." Avi menundukkan kepalanya masih bersedih.
"Kalian bagaimana ? Akan tinggal dimana ?" tanya Dadang.
"Kami belum tau Pak. Mungkin kami akan mencari rumah kontrakan hingga ada yang mau menampung adik - adik saya." kata Avi.
"Baiklah. Sekarang kalian ikut ke rumah Bapak ya. Kalian istirahat dulu disana." ajak Dadang.
"Makasih Pak. Maaf merepotkan keluarga Bapak." kata Avi sekali lagi.
"Tidak apa Nak. Itulah gunanya tetangga." Dadang tersenyum pada Avi dan keempat adiknya.
Avi dan adik - adiknya tinggal selama seminggu di rumah Dadang. Dari uang yang ada di atm, Avu memutuskan untuk mengontrak rumah kecil untuk mereka tinggali.
"Pak, Bu, Kami pamit dulu. Terima kasih atas kebaikan Kalian selama ini." Avi mencium tangan Dadang dan istrinya.
"Sama - sama. Kalo butuh bantuan kalian jangan sungkan hubungi kami ya." kata Pak Dadang.
"Ini ada baju yang bisa kalian pergunakan." Bu Dadang memberikan kantong berisi pakaian.
"Terimakasih Bu." jawab mereka serempak.
"Kami pamit. Assalamualaikum." Avi melangkah keluar dari rumah Pak Dadang.
"Waalaikumsalam." jawab Pak Dadang dan istrinya.
Avi mengontrak rumah kecil yang dekat dengan sekolah adik - adiknya.
"Maaf ya rumahnya kecil." kata Avi.
"Gak apa - apa Kak. Alhamdululah kita masih ada tempat berteduh." kata Lia.
"Disini ada 2 kamar. Satu kamar ditempati Bayu dan Agus dan kamar lainnya ditempati Lia dan Indah." kata Avi.
"Kakak tidur dimana ?" tanya Indah.
"Tentu aja Kakak tidur sama kalian." Avi mengacak rambut Indah.
"Kalian harus mandiri ya. Bareng - bareng bersihin rumah dan masak. Kakak akan sibuk di kampus dan pekerjaan." Avi menerangkan.
"Kakak udah dapat kerjaan ?" tanya Agus.
"Alhamdulilah. Pulang kuliah Kakak menjadi babysitter. Malam hari terkadang mengajar les." jawab Avi.
"Apa gak capek Kak ?" tanya Lia.
"Yak gak apa. Insha Allah Kakak bisa bagi waktu." Avi tersenyum pada Lia.
"Iya Kak." kata keempat adiknya serempak.
Avi pun menjalani hari - harinya dengan penuh kesibukan. Pagi kuliah, siang bekerja sebagai babysitter dan malamnya terkadang memberikan les pada muris sd. Benar - benar tak ada waktu untuk berkumpul atau nongkrong dengan temannya. Hingga akhirnya setahun kemudian, Bayu, Agus dan Lia lulus SMP.
"Kak, kami mau melanjutkan sekolah di pesantren di Jawa Timur." kata Bayu mewakili kedua saudaranya.
"Kok jauh dek ?" tanya Avi.
"Alhamdulilah kita dapat beasiswa disana. Diajakin sama Ustad Danang, yang kemarin sempat mengisi pesantren kilat di sekolah." Agus ikut membantu menjelaskan.
"Sebenarnya kita udah ditawarin sejak akhir tahun kemarin. Beliau tahu kalo kami yatim piatu dan bersedia menampung kami untuk belajar di pesantren." kata Bayu.
"Semua terserah kalian. Selama kalian mau, ya Kakak sih setuju aja." ucap Avi.
"Indah juga diajak tinggal bersama Saudaranya Pak Dadang. Beliau ingin ngangkat Indah jadi anak nya." kata Indah.
"Kenapa kalian semua mau meninggalkan Kakak ?" Avi mulai merasa sedih.
"Kita berpisah sementara Kak. Demi kebaikan kita semua. Kakak juga bisa fokus dengan kuliah Kakak." kata Lia sambil memeluk Kakak angkatnya itu.
"Kami tau Kakak kerepotan membagi waktu antara kuliah dan kerja. Kami tidak ingin melihat Kakak sakit karena ini." Bayu menatap lekat pada Avi.
"Kakak gak merasa direpotkan. Kalian anak - anak yang baik." Avi menatap keempat anak itu bergantian.
"Kita sudah sepakat akan hal ini Kak. Nanti kita bisa berkumpul lagi kok." kata Lia lagi
"Baiklah kalo itu keputusan kalian. Kakak dukung. Jangan pernah lupakan Kakak ya." Avi memeluk Indah dan Lia erat sedangkan Bayu dan Agus menatap mereka sambil tersenyum.
Setelah keempat adiknya pergi ke tempat mereka masing - masing, Avi memilih untuk mencari kos yang lebih kecil.
"Vi, kamu jadi mau cari kosan ?" tanya Dian, teman kampusnya.
"Iya Yan. Rumahnya terlalu besar untuk ditinggali sendiri. Mubazir." jawab Avi.
"Pekerjaan kamu gimana ?" tanya Dian lagi.
"Sekarang aku cuma ngajar les aja. Kuliah lagi padat jadi aku gak bisa bagi waktu lagi." kata Avi.
"Kamu mau gak kerja jadi babysitter di tempat sepupu aku ?" Dian menawarkan pada Avi.
"Waktunya yang gak bisa Yan." Avi menjawab lesu.
"Kamu bisa tinggal di rumah sepupu aku. Jadi gak usah ngekos lagi." kata Dian.
"Maksudnya ?" Avi gak ngerti dengan maksud Dian.
"Sepupu aku butuh orang yang bisa jagain Ibu mertuanya tapi harus nginep." Dian menjelaskan lagi. Avi hanya Dian memikirkan ucapan Dian.
"Memang sih orangnya cerewet tapi dia baik kok. Pagi kamu boleh kuliah, malam juga masih boleh ngasih les. Pas di rumah kamu bantu jagain Ibu mertuanya." kata Dian.
"Ooh.. Jadi kerjanya bisa fleksibel ya, tapi harus nginep jaga Ibunya ?" Avi mencoba mengkonfirmasi.
"Iya. Ibu mertuanya kena stroke tapi udah mulai sembuh kok. Cuma ngawasin dan nemenin aja." kata Dian.
"Boleh juga. Tapi aku mau ketemu saudara kamu dulu. Buat memastikan job desc dan waktu kerjanya." kata Avi.
"Oke siap. Nanti pulang kuliah kita kesana ya." ajak Dian.
"Oke." jawab Avi singkat.
"Assalamualaikum." Avi dan Dian memberi salam.
"Waalaikumsalam." jawab suara dari dalam rumah.
"Kak, Ini Avi teman aku yang kuceritakan tadi." Dian memperkenalkan Avi dengan saudaranya.
"Avi."
"Anita"
"Kamu bersedia bantu saya ?" tanya Nita to the point.
"Mau Kak. Asal saya masih boleh kuliah dan ngasih les di malam hari." jawab Avi.
"Boleh kok. Saya tuh lagi butuh orang buat bantuin saya jaga Ibu saya. Karena saya juga baru punya bayi jadi gak bisa menemani Ibu saya terus menerus." kata Nita.
"Iya Kak. Saya mau bantuin. Suami Kakak gak masalah kan ada saya disini ?" tanya Avi hati - hati.
"Gak. Suami saya kerja di luar kota, pulang seminggu sekali." jawab Nita.
"Iya Kak." Avi berkata singkat.
"Tapi jujur aja saya gak sanggup untuk bayar kamu sesuai umr. Mungkin hanya sanggup bayar setengah dari umr." kata Nita lagi.
"Sebenarnya saya gak dibayar juga gak apa - apa Kak. Alhamdulilah saya dapat tempat tinggal gratis." kata Avi.
"Ya teeplah akan saya bayar. Buat nambahin tabungan kamu ya." kata Nita.
"Baik Kak. Makasih." kata Avi.
"Saya yang makasih kamu mau bantu saya jaga Ibu." kata Nita sambil memeluk Avi.
"Sama - sama Kak." Avi balas memeluk Nita.
Bagi vote atau Bunga atau secangkir kopi 😁😁
Jangan lupa juga baca karya Author lainnya "Geng Pelangi" yang menceritakan kehidupan Sissy, Zizi, Yoan dan Amira sebelumnya.
Bagi yang belum baca cerita tentang kisah orangtua Ical juga bisa baca "Kisah Cinta Sang Perawan Tua" atau bisa buka di bio saya ya..
Like 👍 Komen dan Vote ✌✌
ajak juga teman lain buat ikut membaca ya..
Makasih 🙏🙏🙏
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments