Bianca mengintip dan melihat sekitarnya. 2 minggu setelah kejadian itu, ia datang lagi di desa kemarin, tempat Kay dan Greda berada.
Anehnya, kenapa desa yang awalnya normal dan damai itu berubah menjadi desa yang tidak berpenghuni.
Bianca berjalan pelan sambil melihat sekelilingnya lagi. Tidak ada satupun orang yang Bianca lihat.
Dan sekarang, Bianca tiba di sebuah taman bermain, tempat dimana dirinya bertemu dengan 2 bocah itu.
Tiba-tiba ia mendengar gesekan dedaunan di sebelah kanan Bianca. Wanita itu berjalan hati-hati dan melihat langsung siapa di sana.
Kay dan Greda yang bersembunyi di balik tanaman besar terkejut dengan kehadiran Bianca. Begitupun juga dengan ratu salju itu.
"Kalian..."
"Kakak?!!"
Greda menjelaskan apa yang terjadi. Malam kemarin, tiba-tiba desanya diserang oleh sekelompok misterius menggunakan sihir hitam.
Para Penduduk di desa itu langsung tewas dan menjadi abu. Semuanya.
"Terus kalian waktu itu ada dimana?"
"Kami bersembunyi di bawah tanah rumah Kay."
Bianca berbalik badan dan memandang suasana desa yang sunyi dan tak berpenghuni itu.
Ia melirik kedua bocah yang sedang ketakutan. Merasa kasihan, akhirnya Bianca mengajak mereka jalan-jalan.
"Kakak mau kemana?" tanya Kay di tengah perjalanan.
"Aku tidak tau," jawabnya asal.
"Gimana kalau kita cek rumahku, dulu. Aku khawatir dengan orang-orang di rumahku," kata Greda memberi usul dan mereka bertiga berjalan menuju rumah Greda.
Kosong. Itulah mereka lihat saat ketiga orang itu masuk ke dalam rumah Greda.
"Tidak ada satupun orang di rumah ini," gumam Bianca melihat sekeliling.
Tiba-tiba ia tidak sengaja menginjak sebuah kertas bewarna kuning kusam. Ia mengambil kertas tersebut dan melihat beberapa huruf asing.
Ini sepertinya mantra memanggil monster.
"Apa ini punya keluargamu?" tanya Bianca kepada Greda.
Greda menggeleng tanda tidak. Berarti ini punya kelompok misterius kemarin?
Bianca langsung memasukkan kertas ke kantong jubahnya.
Kay menepuk pundak Greda. Menghibur.
Bianca yang melihat dua bocah itu merasa kasihan. Apa aku harus membawa mereka ke istana? Batin Bianca.
"Yang Mulia..." Calius tiba-tiba terkejut melihat Kay dan Greda yang sedang berdiri berlindung di belakang tubuh Bianca.
"Mereka berdua akan menetap di sini, Calius."
Kemudian, Bianca berjongkok menghadap mereka.
"Sebelum itu, nama kalian siapa?" Tentu saja Bianca tau nama mereka berdua, tetapi anggap saja dirinya tidak tau siapa nama mereka.
"Namaku Greda dan ini Kay. Nama kakak siapa?" Bianca tersenyum lembut.
"Panggil saja Bianca."
"Calius. Tolong siapkan kamar dan pakaian hangat untuk mereka berdua."
"S-siap, yang mulia."
Mau tidak mau dirinya malah membawa Kay sesuai di cerita aslinya, tetapi bedanya ada Greda di sebelahnya dan Kay tidak disihir oleh sang ratu.
Bianca meneliti kertas aneh yang ia dapat di rumah Greda.
Dari hurufnya, ini huruf Altanika. Huruf yang ada di webtoon Putri Terindah. Ia tau karena ia masih ingat dengan huruf-huruf di sana.
"Yang mulia..." tiba-tiba Calius memanggil membuat Bianca terkejut.
"Bikin kaget saja."
"Maafkan saya, yang mulia. Saya memberitahukan anda bahwa saya sudah melaksanakan perintah yang mulia."
Bianca mengangguk sekali. Oke sekarang kita cek mereka berdua.
"Kay..." tanya Greda saat mereka berdua berada dalam satu kamar yang sama.
"Aku tidak percaya kalau kakak itu adalah ratu salju yang sering nenek ceritakan."
"Emangnya kenapa?" Greda tampak ragu.
"Kata nenek, ratu salju itu jahat. Ia mengubah hati manusia menjadi beku dan jahat. Kata orang-orang juga begitu."
"Tapi kakak itu tidak kelihatan jahat," balas Kay membela.
Greda berpikir semenjak dan mengangguk setuju dengan perkataan Kay. "Benar sih... Kak Bianca memang orang yang baik."
"Gimana kamarnya? Apa nya-" Bianca membulatkan bola matanya terkejut dengan penampilan Kay dan Greda yang begitu imut.
"YA AMPUUNN KALIAN IMUT SEKALI!!" tanpa sadar, Bianca memeluk dua sahabatan itu dengan erat.
"K-kak Bianca..." ucap Greda tidak nyaman.
Seketika Bianca tersadar dan menjauhi mereka. Ia berdeham dengan mode kalemnya. "Gimana kamarnya? Apa nyaman?"
Mereka berdua mengangguk mantap membuat Bianca jatuh terlena dengan pesona mereka berdua.
Ya ampun kenapa mereka imut sekali sihh??!!
"Untuk sementara waktu, kalian akan menetap di sini, oke? Kalau ada kesulitan, panggil Calius."
Mereka berdua mengangguk. Ia melihat pemandangan di jendela kamar mereka berdua. Sudah hampir malam.
Sebentar lagi makan malam.
"Gimana? Apa enak?" tanya Bianca melihat dua anak kecil yang sedang makan dengan lahap.
"Enak!!" Bianca tersenyum mendengarnya. Jadi ingat keponakannya yang selalu ia rawat sejah lahir.
"Yang mulia..." tiba-tiba Calius memanggil Bianca.
"Bisa kita bicara berdua?" mendengar kata-kata Calius, Bianca mau tidak mau harus meninggalkan mereka berdua.
"Ada apa?" tanya Bianca saat mereka berdua meninggalkan ruang makan.
"Saya sudah mengecek ketersediaan bahan kayu di berbagai toko, yang mulia."
"Lalu?"
"Karena pohon-pohon di hutan utara menipis, mereka terpaksa menjual kayu dengan harga mahal."
Bianca berdecak kesal. Kalau begini para warga akan kesulitan membeli kayu untuk dibakar.
Sementara itu, ia harus memikirkan tentang Black Hole dengan ratu salju itu.
"Apa kita akan mengimpor dari negara lain?"
Perempuan berambut putih itu menghela nafas panjang. "Berikan daftar-daftar negara-negara penghasil kayu, Calius."
Beberapa jam saat Bianca membaca dan meneliti negara mana yang berpotensi untuk menjalin kerja sama dengan kerajaan ini, membuat ratu salju itu melempar kertas dengan kuat.
"Bisa gila aku..." gumamnya sambil mengacak rambutnya dengan kasar.
Daftar negara-negara penghasil kayu terbaik yang dikasih oleh Calius tidak membuahkan hasil.
Nilai jualnya terlalu mahal. Apalagi sekelas barang impor. Kalau dalam jangka panjang, kerajaan ini akan rugi karena menanam pohon di cuaca dingin begini terlalu lama.
Bianca benar-benar frustasi!!
Tiba-tiba sebuah ketukan membuat Bianca berhenti dari aktivitasnya. "Masuk."
Ternyata Kay dan berjalan memasuki ruangan.
"Oh! Ternyata kamu, Kay. Ada apa?" tanya Bianca berusaha ramah kepadanya.
"Aku tidak bisa tidur."
Bianca melihat jam dinding di sebelah kirinya. Sudah menujukkan pukul 9 malam.
"Bagaimana dengan Greda?"
"Dia... Juga tidak bisa tidur," Bianca menghela nafas panjang.
Akhirnya wanita itu bangkit dan mengajak bocah lelaki itu kembali ke kamar.
Di sana sudah ada Greda yang sedang duduk sendirian di sisi kiri kasur mereka.
"Mau kakak ceritakan sebelum tidur?"
"Emang kakak mau cerita tentang apa?" Bianca berpikir keras.
"Gimana kalau Putri Menara dan Pangeran Burung."
"Kayaknya terlalu membosankan," balas Greda.
"Beruang Putih Mencari Keluarga?"
Kay menggeleng lemas.
"Semut dan Ular?" Mereka berdua menggeleng dengan kompak.
ADDDUUHHH APA YAA!!
"Oh! Gimana kalau Ratu Salju dan 2 Anak Pemberani."
Kay dan Greda saling pandang satu sama lain. "Kayaknya bagus ceritanya."
"Baiklah... Jadi pada suatu hari..."
"Hiduplah seorang ratu salju yang kesepian..."
Bianca menceritakan sebuah kisah bersama Kay dan Greda hingga di penghujung bagian ending.
"Mereka bertiga akhirnya hidup bahagia selamanya."
"Kak Bianca," panggil Kay tiba-tiba.
"Ya?"
"Kenapa mereka bertiga hidup bahagia? Bukankah ratu salju itu sebenarnya masih kesepian?"
"Maksudnya?"
"Betul kata Kay. Sebenarnya ratu salju masih kesepian."
"Kan masih ada 2 anak itu? Jadinya ratu salju tidak kesepian."
Kay dan Greda terdiam sejenak. " Aku tidak suka ceritanya."
"Lah kok?! Kenapa?"
"Menurutku ada yang kurang, kak."
"Apa itu?" tanya Bianca penasaran.
"Sosok ayah. 2 anak itu bukannya anak yatim piatu?"
Bianca memasang wajah kebingungan kepada 2 bocah di depannya.
Kenapa mereka berpikiran seperti itu sih?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
anca
knp ga pake sihir aja buat numbuhin pohon di hutan utara
2021-07-06
6