Bab 5: Petualangan di Mulai

Harun melangkahkan kaki ke bandara di temani oleh keluarga besar termasuk tunangannya, Reva. Hari ini adalah hari keberangkatan nya guna menimba ilmu. Bercampur aduk perasaannya kini. Ia tak henti memperhatikan wajah ibu yang sedari di rumah tadi sudah berkaca-kaca.

Reva ikut merasakan kesedihan, hanya saja ia berusaha memahami calon suami yang sangat gemar mengambil tantangan itu. Ia sendiri merupakan sarjana lulusan Institut Teknologi Bandung dan tahun depan berencana akan mengambil gelar Master nya di Belanda.

"Nak, jaga diri mu baik-baik, ya! " Ucap Ibu seraya memeluk Harun, air mata pun berlinang linang mengalir di pipi wanita paruh baya itu.

Harun mengusap air mata tersebut dengan punggung telapak tangannya, dengan penuh kelembutan ia mengecup puncak kepala ibu seraya berkata,

"Harun berjanji akan sering menghubungi Mama, jangan terlalu sering merajut dan bergadang, Ma. Please jaga kesehatan mama" Ibu mengangguk. Harun beralih ke Ayahnya.

"Harun berangkat, Pa! " Sang Ayah juga mengangguk sambil menepuk-nepuk pundak sang anak.

Terakhir Harun berpamitan dengan Reva, gadis ini sudah menahan agar air mata nya agar tidak mengalir namun ia gagal.

"Aku pamit untuk sementara waktu ya " Ucap Harun kepada Reva. Gadis itu sesegukan. Ia menyerahkan sebuah bolpoin berukiran namanya dan nama Harun sebagai simbol kenang-kenangan.

"Jangan pernah melupakan aku, aku menunggumu, jangan pernah berubah kecuali berubah untuk lebih mencintaiku" ucap Reva. Harun mengangguk.

"Jaga diri dan kesehatanmu, hm! "

Setelah berpamitan, Harun pun melesat masuk ke ruang tunggu sambil memainkan Ipad nya, beberapa saat lagi ia akan memulai kehidupan baru, kehidupan sebagai mahasiswa biasa yang memenangkan beasiswa.

***

Wuhan, China

Pertengahan Agustus, musim panas tengah berada di puncaknya. suhu udara sekitar 37-41 derajat celcius, panas nya begitu menyengat serasa membakar di kulit.

Pesawat Harun baru saja landing di bandara Tianhe, Wuhan. Ia menurunkan ranselnya yang terletak di bagian kabin, kemudian dengan gerak cepat ia bergegas menuju bagian imigrasi dan mengambil kopernya.

Harun benar-benar ingin berpetualang, ia hanya sendirian dan tidak mengikut sertakan seorang asisten pun bersamanya.

Tak lupa Ia membuka wifi bandara dan mengabarkan pada ibu bahwa ia sudah menapakkan kaki di Wuhan. Ibu menyuruhnya untuk tidak lupa pula mengabarkan pada Reva.

Setelah beberapa saat ibu dan anak tersebut saling berbicara melepas rindu, Harun langsung menghubungi Reva,

"Rev, aku sudah tiba di Wuhan"

"Alhamdulillah mas, aku senang mendengarnya, aku merindukanmu"

" Hmh, kalau begitu Aku menuju ke asrama dulu ya"

"Baik, jangan lupa makan ya, mas"

"Insya Allah. Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

Panggilan telepon berakhir. Haris pun bergabung ke dalam barisan mahasiswa internasional. Di China, semua media sosial kepunyaan asing diblokir oleh pemerintah, termasuk wattsapp, google dan youtube, beruntung Harun sudah duluan mengetahui hal ini dan ia memiliki aplikasi Vpn untuk dapat kembali mengakses halaman media sosialnya.

Setelah semua dianggap beres dan tidak ada yang tertinggal, Harun mulai menunggu bus jemputan dari para mahasiswa senior yang bergabung dalam organisasi mahasiswa internasional. Ia dan mahasiswa lainnya sudah mengkonfirmasi melalui email untuk diarahkan menuju ke asrama mahasiswa.

"Maaf, Abang orang Indonesia? " tiba-tiba saja ada seorang pemuda menyapanya.

"Iya, saya orang Indonesia. Kamu sedang menunggu bus jemputan juga kah? " Harun membalas ramah.

"Iya bang, perkenalkan saya Teuku Irwan berasal dari Provinsi Aceh" Mereka pun menjabat tangan.

"Saya Harun Rasyidi dari Jakarta"

" Alhamdulillah, akhirnya saya bertemu dengan sesama orang Indonesia"

Harun tersenyum.

"Kamu berada di sini mengambil program apa? " Tanya Harun.

"Saya baru tamat SMA bang, ini lagi lanjut mengambil Bachelor Program"

Harun melihat semangat yang brapi-api yang terdapat dalam diri remaja dihadapannya ini. Ia berharap mereka bisa berteman baik nantinya.

"Ini email saya, nanti kalau sudah punya Chinese kartu seluler kabarkan ke saya" ucap Harun ketika melihat bus yang akan mereka tumpangi sudah tiba.

Tak menunggu lama, Mereka pun di absen untuk menaiki bus, setelah semua terkumpul, mobil tersebut melaju dengan kecepatan konstan melewati kota Wuhan untuk menuju ke kampus mereka masing-masing.

Alam China memang indah, banyak pepohonan hijau yang berada di pinggiran jalan dekat trotoar, danau dan bukit kecil mengelilingi kota menambah kesan asri, taman-taman mini hampir terlihat di berbagai sudut.

Ini memang bukan pertama kali nya Harun berada di negeri Tiongkok, ia sudah beberapa kali liburan bersama keluarga ke Beijing dan Hongkong, namun untuk kota Wuhan sendiri, ini pertama kalinya ia mendaratkan kaki di kota ini.

Bus melaju menaiki jembatan panjang membelah sungai Yangztse, sungai yang begitu luas namun bersih, sejauh mata memandang tiada satu sampah plastik pun yang terlihat.

Harun begitu menikmati pemandangan yang disuguhkan melalui kaca bening bus yang ia tumpangi, beruntung ia duduk di lantai dua dekat supir, jadi memang memperjelas pemandangan yang ingin dilihatnya.

Satu jam setengah menaiki bus, ia pun tiba di komplek gerbang kampus, yang mana asrama mahasiswa juga berada didalamnya. Ia memilih kampus Huazhong University of Science and Technology (HUST) sebagai kampus yang memberikan fasilitas untuknya menuntut ilmu, kampus ini dijuluki kampus hutan karena keasrian dan begitu banyaknya pohon yang terdapat didalamnya.

"Hi Guys, Welcome to HUST" ucap salah seorang mahasiswi senior, dari perawakan dan logat bicara sepertinya beliau orang dari negara Jerman.

"Kalian sudah bisa bersiap-siap, kita akan ke gedung administrasi dulu, mengantri, melapor dan kemudian mendaftar untuk mendapatkan kamar di asrama" Ucap nya lagi dalam bahasa Inggris.

Ternyata kuliah melalui jalur umum memang tidak semudah yang ia bayangkan, ia harus mengantri, menunggu, membereskan segala macam pengurusan sendirian, tanpa dibantu oleh asisten.

Suasana yang benar-benar berbeda dari saat ia mengambil program sarjana dulu di Brunei, semua pengurusan di bereskan oleh asisten dan ayahnya pun mengeluarkan dana yang tidak sedikit demi menyelesaikan waktu empat tahun kuliahnya selesai.

Walau demikian, Harun tampak begitu menikmati nya. Ia mengikuti semua proses dengan penuh kesabaran, ini adalah pilihannya. Ini semua juga masih di awal-awal, untuk ke depan pasti tantangan akan semakin sulit dengan jalan yang semakin terjal.

Di kampus, terdapat 3 asrama yang menyerupai apartemen untuk mahasiswa Internasional. Harun ditempatkan pada salah satu asrama yang bernama Baijingge. Asrama ini terdapat 18 lantai dengan ratusan kamar tidur di dalam nya. Masing-masing mahasiswa internasional di seluruh belahan dunia yang menerima beasiswa di tempat kan dalam kamar dengan roommate yang telah dipilihkan, tentunya teman sekamar ini juga mahasiswa asing yang berasal dari berbagai negara.

Takdir menempatkan Harun pada lantai 17 dengan teman sekamar yang berasal dari negara Rusia.

"Hi, Saya Harun dari Indonesia" Harun menyapa teman sekamarnya dengan bahasa Inggris yang fasih. Teman sekamar nya tampak cuek dan acuh. Ia hanya menoleh kemudian sedikit menganggukkan kepala tanpa menjawab apapun.

"Maaf, nama kamu siapa? " Tanya Harun lagi

"Aku Evgen, , untuk kedepan tolong jaga privasi masing-masing dari kita. Aku tidak suka diganggu" Ketus teman sekamar Harun yang diketahui bernama Evgen tersebut.

***

Terpopuler

Comments

Ria Diana Santi

Ria Diana Santi

Wah, Asyik belajar di negeri tirai bambu nih! Semangat Harun!

2021-09-29

3

lastri mia

lastri mia

penasaran

2021-08-01

0

Andita sari

Andita sari

Smngt up nya

2021-07-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab I: Kabar dari Tiongkok
2 Bab 2: Status Kita Hanyalah Tunangan
3 Bab 3: Kekhawatiran Ibu
4 Bab 4: Perhatian yang Berharga
5 Bab 5: Petualangan di Mulai
6 Bab 6: Bertemu Nona Wang
7 Bab 7: Kelas Pertama
8 Bab 8: Panggil Aku, Aisyah!
9 Bab 9: Asisten Kiriman Tuan Rasyidi
10 Bab 10: Bersama di Danau Selatan
11 Bab 11: Menyelamatkan Aisyah
12 Bab 12: Pesona yang Membuat Orang Nyaman
13 Bab 13: Pikiran yang Terusik
14 Bab 14: Sekelumit Kisah Cinta
15 Bab 15: Ruang Party
16 Bab 16: Menceritakan Keluh Kesah
17 Bab 17: Harun memiliki Tunangan
18 Bab 18: Mendarat di Hongkong
19 Bab 19: Tsim Tsa Tsui
20 Bab 20: Peristiwa Dini Hari
21 Bab 21: Menuntut Kesucian
22 Bab 22: Mari Kita Bicara!
23 Bab 23: Cerita Hujan
24 Bab 24: Hati Yang Berkabut
25 Bab 25: Karya Tulis Yang Mendunia
26 Bab 26: Di Tepi Sungai Yangtze
27 Bab 27: Bermalam Bersama
28 Bab 28: Aku akan menikahimu!
29 Bab 29: Ancaman Tuan Rasyidi
30 Bab 30: Jodoh Sampai Surga
31 Bab 31: Calon Menantu Dadakan
32 Bab 32: Ijab Qabul
33 Bab 33: Kamar Pengantin
34 Bab 34: Pernikahan Bukan Sebuah Permainan
35 Bab 35: Tatapan Mengintimidasi
36 Bab 36: Menangis Dalam Diam
37 Bab 37: Kembali ke Apartement
38 Bab 38: Alur Permainan Aisyah
39 Bab 39: Cinta Berkali Lipat
40 Bab 40: Menyusul Aisyah
41 Bab 41: Telepon Dari Sariyyah
42 Bab 42: Senyum Terpaksa
43 Bab 43: Mata Yang Membola Sempurna
44 Bab 44: Hati Yang Porak Poranda
45 Bab 45: Menangislah!
46 Bab 46: Hati Yang Tersakiti
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab I: Kabar dari Tiongkok
2
Bab 2: Status Kita Hanyalah Tunangan
3
Bab 3: Kekhawatiran Ibu
4
Bab 4: Perhatian yang Berharga
5
Bab 5: Petualangan di Mulai
6
Bab 6: Bertemu Nona Wang
7
Bab 7: Kelas Pertama
8
Bab 8: Panggil Aku, Aisyah!
9
Bab 9: Asisten Kiriman Tuan Rasyidi
10
Bab 10: Bersama di Danau Selatan
11
Bab 11: Menyelamatkan Aisyah
12
Bab 12: Pesona yang Membuat Orang Nyaman
13
Bab 13: Pikiran yang Terusik
14
Bab 14: Sekelumit Kisah Cinta
15
Bab 15: Ruang Party
16
Bab 16: Menceritakan Keluh Kesah
17
Bab 17: Harun memiliki Tunangan
18
Bab 18: Mendarat di Hongkong
19
Bab 19: Tsim Tsa Tsui
20
Bab 20: Peristiwa Dini Hari
21
Bab 21: Menuntut Kesucian
22
Bab 22: Mari Kita Bicara!
23
Bab 23: Cerita Hujan
24
Bab 24: Hati Yang Berkabut
25
Bab 25: Karya Tulis Yang Mendunia
26
Bab 26: Di Tepi Sungai Yangtze
27
Bab 27: Bermalam Bersama
28
Bab 28: Aku akan menikahimu!
29
Bab 29: Ancaman Tuan Rasyidi
30
Bab 30: Jodoh Sampai Surga
31
Bab 31: Calon Menantu Dadakan
32
Bab 32: Ijab Qabul
33
Bab 33: Kamar Pengantin
34
Bab 34: Pernikahan Bukan Sebuah Permainan
35
Bab 35: Tatapan Mengintimidasi
36
Bab 36: Menangis Dalam Diam
37
Bab 37: Kembali ke Apartement
38
Bab 38: Alur Permainan Aisyah
39
Bab 39: Cinta Berkali Lipat
40
Bab 40: Menyusul Aisyah
41
Bab 41: Telepon Dari Sariyyah
42
Bab 42: Senyum Terpaksa
43
Bab 43: Mata Yang Membola Sempurna
44
Bab 44: Hati Yang Porak Poranda
45
Bab 45: Menangislah!
46
Bab 46: Hati Yang Tersakiti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!