Bab 4: Perhatian yang Berharga

Petang datang menjelang, Harun sedari tadi menemani ibu yang sedang merajutkan sweater untuknya dan mereka mengobrol di ruang tengah. Seperti biasa, sebelum keberangkatannya melanjutkan pendidikan nun jauh di sana, ia mendapatkan banyak wejangan-wejangan, tidak hanya perihal untuk dapat menyesuaikan diri di negeri orang, juga tentang norma-norma dalam kehidupan.

Bu Sariyah, Ibu Harun merupakan seorang sosialita yang banyak mengabdikan hidupnya untuk keluarga. Ia memang sejak awal memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Walau begitu, bu Sariyah tetap terlibat dalam berbagai organisasi sosial. Ia juga sering kali ikut dalam berbagai perjalanan bisnis dalam dan luar negeri untuk medampingi sang suami.

 “Ma, nasehat-nasehat yang mama berikan akan selalu Harun ingat. Terima kasih sudah selalu mendukung Harun, Harun berjanji tidak akan pernah mengecewakan mama” Ucap Harun.

“Mama tau, Anak mama anak yang hebat, anak yang beriman dan menyayangi mama sepenuh hati” Mama berkaca-kaca.

Harun memeluk erat ibunya.

Setelah saling mengusap air mata, percakapan ibu dan anak itu pun berakhir. Harun masuk ke kamarnya dan ia bergerak memasuki kamar mandi sebab keringat sudah membasahi tubuhnya. Ia teringat akan perkataan mama mengenai hubungannya yang hambar bersama Reva, mama mengatakan bahwa hubungan itu harus

dibina.

Ia harus berusaha sebisa mungkin untuk menumbuhkan rasa ketertarikan pada Reva mengingat cepat atau lambat nanti mereka akan menikah. Maka, sebelum mengguyurkan air dingin ke tubuhnya, ia memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat pada tunangannya itu.

Rev, malam ini sibuk ga? Aku ingin mengajakmu makan malam bersama di luar. Haris.

Memang sangat mendadak, namun dari pada tidak ada usaha sama sekali.

Reva masih di kantor ketika Harun melayangkan pesan ke gawai nya. Mengetahui Harun yang mengirimkan pesan, Reva buru-buru membukanya. Wajahnya yang sempat kusut oleh segudang kesibukan langsung berseri sempurna. Ia sumringah. Ketika mengetahui isi pesannya, makin bertambahlah suka citanya.

Jarang sekali Harun mau menghubungi nya terlebih dahulu seperti ini kecuali untuk urusan pekerjaan atau hal penting lainnya, kali ini tidak hanya sekedar melayangkan pesan basa basi namun Harun mengajaknya untuk makan malam bersama di luar. How Happy. Reva pun langsung membalas pesan dari Harun.

Alhamduillah kerjaan aku udah beres, sayang. Aku akan menunggu jemputanmu. Reva.

Baik. Aku akan menjemputmu setelah shalat maghrib. Kamu sekarang berada dimana?Harun.

Aku masih di kantor. Mas jemput saja aku di apartemen ya! Reva.

Okay. Harun.

Reva memeriksa jam tangannya, sudah pukul setengah 6 sedang ia masih saja di kantor, tiba-tiba rasa panik menyerangnya. Ia belum mandi apalagi berdandan. Walau Harun tidak pernah menuntutnya untuk berpenampilan yang macam-macam, namun tetap saja ia tidak ingin terlihat buruk di mata Harun.

Reva bergegas menutup laptopnya. Ia setengah berlari keluar dari ruangan kantor setelah memastikan semuanya beres. Tak lupa ia menelepon hair stylish untuk datang ke apartemen demi menyulap sedikit penampilan rambut nya. Malam ini Ia ingin membuat Harun terkesan.

Reva kembali ke apartemen nya dengan menggunakan mobil Alphard yang disopiri oleh sopir pribadinya.

“Pak, tolong kecepatan mobilnya dipercepat sedikit ya! Saya sedang buru-buru!” Pinta Reva kepada pak Arman

sang sopir.

“Baik Nona” Pria paruh baya itu pun menambahkan kecepatan mobil yang tengah dikendarainya.

Reva sampai di apartemen tepat pukul 18.15 wib. Masih ada sedikit waktu tersisa. Reva langsung masuk ke kamar mandi menyalakan shower air hangat dan langsung mengguyurkan air tersebut ke tubuhnya setelah sebelumnya

menanggalkan pakaian kantornya. Setelah selesai melakukan ritual mandi, ia pun mengenakan pakaian handuk dan melesat ke ruang ganti pakaian untuk memilih gaun atau dress apa yang akan ia kenakan malam ini.

Ketika tengah memilih pakaian di ruang ganti, hair stylish pun tiba dengan membawa box berisi sejumlah peralatan. Reva mengajaknya ke ruang ganti untuk membantu memilihkan pakaian mana yang cocok untuk ia kenakan.

“Bagaimana mbak? Bagus?” Reva menunjukkan mini dress berwarna salmon mewah.

“Bagus nona, tapi menurut saya agak terlalu terbuka” Pendapat Hair Stylish.

“Bagaimana dengan yang ini?”

…….

“Kalau ini?”

……..

“Yang ini?”

“Nah, gaun ini sangat pas dan bagus di tubuh nona” Hair stylish tersenyum melihat begitu cocoknya Reva mengenakan gaun yang ia kenakan sekarang, gaun berwarna maroon sangat pas di kulit nya yang berwarna putih itu. Pada dasarnya Reva memang gadis yang cantik.

“Benarkah?”

“Tentu saja nona, nona tampak elegan dan anggun” sahut hair stylish sambil mulai menata rambut pelanggannya itu.

Reva melihat pantulan diri di cermin, ia merasa sangat puas dengan kerja hair stylishnya. Rambutnya sendiri memang sudah curly bergelombang. Hair stylish hanya lebih menata dan mengatur rambutnya agar lebih terlihat rapi, indah dan lebih bervolume.

“Apa aku terlihat cantik jika seperti ini, mbak? Tanya Reva sambil masih memanut diri di hadapan cermin.

“Tentu saja nona, bohong jika tunangan nona tidak terpesona”

Reva tersenyum di dalam hatinya.

 Tepat pukul 7.25 Harun menjemput Reva.

Aku sudah di basement. Harun mengirimkan pesan.

Reva pun turun setelah mengambil tas dan memakaikan heels nya.

“Maaf aku terlambat” Reva masuk ke dalam mobil merci yang Harun bawa.

Tuk sesaat Harun terpana dengan penampilan Reva. Tidak bisa dipungkiri gadis itu terlihat cantik malam ini.

“Hmh, kamu pilih restoran mana? D’Brooklyn Bar, Bistro and Steak atau Seventy Seven?”

“Aku ingin ke Imperial Shanghai Resto” Sahut Reva cepat.

“Tumben kamu mau makanan Chinese? Bukankah biasanya kamu lebih suka Western Style?”

“Mas kan mau berangkat ke China, aku ingin menikmati makanan yang akan mas makan setiap hari nantinya. Huft, nantinya Aku akan sangat merindukan mu mas” Reva menghembuskan nafasnya ke udara. Harun menoleh ke arah Reva. Gadis itu memasang wajah sendu.

Mereka menuju restoran milik keluarga Harun. Ya. Di Restoran Imperial Shanghai Resto, keluarga Harun memiliki 75 persen kepemilikan saham di sana. Sejujurnya jika boleh memilih, Harun lebih suka makan makanan biasa di

kaki lima daripada makan dalam suasana  fine dinning. Namun, ia menghormati dan menghargai selera gadis yang diajaknya untuk makan bersama itu. Ia tau persis bahwa anak gadis dari  tuan Atmaja ini sudah terbiasa dengan segala kemewahan.

Mereka disajikan oleh banyak jenis makanan, mulai dari jenis mie-mie-an, makanan berkuah, berbagai jenis dumpling dan lain sebagainya.  Walau di restoran ini para pekerja menservice semua pelanggan yang berkunjung dengan baik. Namun, mengetahui Harun yang notabene nya merupakan anak dari tuan Rasyidi hadir di tengah-tengah mereka, maka para pekerja pun sangat bahagia dan menghormati keberadaan Harun dan

tunangannya. Mereka  memberikan service khusus dengan sebaik mungkin. Harun dan Reva duduk dalam ruang VIP. Suasana romantis menemani makan malam mereka.

“Kamu terlihat berbeda malam ini” ucap Harun sambil melihat penampilan Reva.

“Benarkah? Mungkin hanya perasaan mas saja” Reva tersipu.

“Aku punya sesuatu untukmu” Harun menyerahkan sebuah box kecil yang telah di bungkus rapi dengan pita kecil yang mengiasinya. Sungguh Harun tidak pandai bersikap romantis.

“Apa ini mas?”

“Bukalah”

Reva membuka box nya dan melihat sebuah gelang emas putih yangmemiliki mainan huruf kecil berinisial H.

“Ini bagus sekali, sayang!” Reva berkaca-kaca.

“Dengan Hadiah yang tidak mewah ini, Semoga kamu akan selalu mengingatku” Ucap Harun sambil memasang senyumnya.

Hadiah simple nan elegan dari Harun itu sukses menambah kebahagiaan berkali lipat di hati Reva. Hadiah ini seperti symbol keseriusan Harun terhadapnya. Kini ia tenang. Ia tidak lagi meragukan hubungannya dan Harun.

Sebenarnya Harun tidak mempersiapkan hadiah khusus untuk Reva, mengingat ia juga mengajak makan malam dalam keadaan mendadak. Pemuda itu ingin mencoba membina hubungan yang masih dirasakan hambar setelah sekian lama mereka bertunangan, ia ingin mengikuti saran ibu agar kelak tidak ada yang tersakiti.

Tadi ketika di toko perhiasan gelang serupa hanya memiliki 2 model dengan jenis yang sama dan hanya punya 2 inisial huruf H juga Q yang tertinggal. Maka, Harun pikir huruf H lebih baik untuk ia pilih. Laki-laki muda ini tidak menyangka respon Reva akan sedemikian bahagianya.

“Perhatianmu lebih berharga dari semua kemewahan, mas” Ucap Reva yang tengah berbunga-bunga

***

Terpopuler

Comments

Ria Diana Santi

Ria Diana Santi

Sebisa mungkin tepati janji yang sudah kamu buat pada ibumu Harun!

2021-09-29

1

lastri mia

lastri mia

lanjutkan

2021-08-01

0

Andita sari

Andita sari

Cantik rambutnya

2021-07-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab I: Kabar dari Tiongkok
2 Bab 2: Status Kita Hanyalah Tunangan
3 Bab 3: Kekhawatiran Ibu
4 Bab 4: Perhatian yang Berharga
5 Bab 5: Petualangan di Mulai
6 Bab 6: Bertemu Nona Wang
7 Bab 7: Kelas Pertama
8 Bab 8: Panggil Aku, Aisyah!
9 Bab 9: Asisten Kiriman Tuan Rasyidi
10 Bab 10: Bersama di Danau Selatan
11 Bab 11: Menyelamatkan Aisyah
12 Bab 12: Pesona yang Membuat Orang Nyaman
13 Bab 13: Pikiran yang Terusik
14 Bab 14: Sekelumit Kisah Cinta
15 Bab 15: Ruang Party
16 Bab 16: Menceritakan Keluh Kesah
17 Bab 17: Harun memiliki Tunangan
18 Bab 18: Mendarat di Hongkong
19 Bab 19: Tsim Tsa Tsui
20 Bab 20: Peristiwa Dini Hari
21 Bab 21: Menuntut Kesucian
22 Bab 22: Mari Kita Bicara!
23 Bab 23: Cerita Hujan
24 Bab 24: Hati Yang Berkabut
25 Bab 25: Karya Tulis Yang Mendunia
26 Bab 26: Di Tepi Sungai Yangtze
27 Bab 27: Bermalam Bersama
28 Bab 28: Aku akan menikahimu!
29 Bab 29: Ancaman Tuan Rasyidi
30 Bab 30: Jodoh Sampai Surga
31 Bab 31: Calon Menantu Dadakan
32 Bab 32: Ijab Qabul
33 Bab 33: Kamar Pengantin
34 Bab 34: Pernikahan Bukan Sebuah Permainan
35 Bab 35: Tatapan Mengintimidasi
36 Bab 36: Menangis Dalam Diam
37 Bab 37: Kembali ke Apartement
38 Bab 38: Alur Permainan Aisyah
39 Bab 39: Cinta Berkali Lipat
40 Bab 40: Menyusul Aisyah
41 Bab 41: Telepon Dari Sariyyah
42 Bab 42: Senyum Terpaksa
43 Bab 43: Mata Yang Membola Sempurna
44 Bab 44: Hati Yang Porak Poranda
45 Bab 45: Menangislah!
46 Bab 46: Hati Yang Tersakiti
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab I: Kabar dari Tiongkok
2
Bab 2: Status Kita Hanyalah Tunangan
3
Bab 3: Kekhawatiran Ibu
4
Bab 4: Perhatian yang Berharga
5
Bab 5: Petualangan di Mulai
6
Bab 6: Bertemu Nona Wang
7
Bab 7: Kelas Pertama
8
Bab 8: Panggil Aku, Aisyah!
9
Bab 9: Asisten Kiriman Tuan Rasyidi
10
Bab 10: Bersama di Danau Selatan
11
Bab 11: Menyelamatkan Aisyah
12
Bab 12: Pesona yang Membuat Orang Nyaman
13
Bab 13: Pikiran yang Terusik
14
Bab 14: Sekelumit Kisah Cinta
15
Bab 15: Ruang Party
16
Bab 16: Menceritakan Keluh Kesah
17
Bab 17: Harun memiliki Tunangan
18
Bab 18: Mendarat di Hongkong
19
Bab 19: Tsim Tsa Tsui
20
Bab 20: Peristiwa Dini Hari
21
Bab 21: Menuntut Kesucian
22
Bab 22: Mari Kita Bicara!
23
Bab 23: Cerita Hujan
24
Bab 24: Hati Yang Berkabut
25
Bab 25: Karya Tulis Yang Mendunia
26
Bab 26: Di Tepi Sungai Yangtze
27
Bab 27: Bermalam Bersama
28
Bab 28: Aku akan menikahimu!
29
Bab 29: Ancaman Tuan Rasyidi
30
Bab 30: Jodoh Sampai Surga
31
Bab 31: Calon Menantu Dadakan
32
Bab 32: Ijab Qabul
33
Bab 33: Kamar Pengantin
34
Bab 34: Pernikahan Bukan Sebuah Permainan
35
Bab 35: Tatapan Mengintimidasi
36
Bab 36: Menangis Dalam Diam
37
Bab 37: Kembali ke Apartement
38
Bab 38: Alur Permainan Aisyah
39
Bab 39: Cinta Berkali Lipat
40
Bab 40: Menyusul Aisyah
41
Bab 41: Telepon Dari Sariyyah
42
Bab 42: Senyum Terpaksa
43
Bab 43: Mata Yang Membola Sempurna
44
Bab 44: Hati Yang Porak Poranda
45
Bab 45: Menangislah!
46
Bab 46: Hati Yang Tersakiti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!