Petang datang menjelang, Harun sedari tadi menemani ibu yang sedang merajutkan sweater untuknya dan mereka mengobrol di ruang tengah. Seperti biasa, sebelum keberangkatannya melanjutkan pendidikan nun jauh di sana, ia mendapatkan banyak wejangan-wejangan, tidak hanya perihal untuk dapat menyesuaikan diri di negeri orang, juga tentang norma-norma dalam kehidupan.
Bu Sariyah, Ibu Harun merupakan seorang sosialita yang banyak mengabdikan hidupnya untuk keluarga. Ia memang sejak awal memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Walau begitu, bu Sariyah tetap terlibat dalam berbagai organisasi sosial. Ia juga sering kali ikut dalam berbagai perjalanan bisnis dalam dan luar negeri untuk medampingi sang suami.
“Ma, nasehat-nasehat yang mama berikan akan selalu Harun ingat. Terima kasih sudah selalu mendukung Harun, Harun berjanji tidak akan pernah mengecewakan mama” Ucap Harun.
“Mama tau, Anak mama anak yang hebat, anak yang beriman dan menyayangi mama sepenuh hati” Mama berkaca-kaca.
Harun memeluk erat ibunya.
Setelah saling mengusap air mata, percakapan ibu dan anak itu pun berakhir. Harun masuk ke kamarnya dan ia bergerak memasuki kamar mandi sebab keringat sudah membasahi tubuhnya. Ia teringat akan perkataan mama mengenai hubungannya yang hambar bersama Reva, mama mengatakan bahwa hubungan itu harus
dibina.
Ia harus berusaha sebisa mungkin untuk menumbuhkan rasa ketertarikan pada Reva mengingat cepat atau lambat nanti mereka akan menikah. Maka, sebelum mengguyurkan air dingin ke tubuhnya, ia memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat pada tunangannya itu.
Rev, malam ini sibuk ga? Aku ingin mengajakmu makan malam bersama di luar. Haris.
Memang sangat mendadak, namun dari pada tidak ada usaha sama sekali.
Reva masih di kantor ketika Harun melayangkan pesan ke gawai nya. Mengetahui Harun yang mengirimkan pesan, Reva buru-buru membukanya. Wajahnya yang sempat kusut oleh segudang kesibukan langsung berseri sempurna. Ia sumringah. Ketika mengetahui isi pesannya, makin bertambahlah suka citanya.
Jarang sekali Harun mau menghubungi nya terlebih dahulu seperti ini kecuali untuk urusan pekerjaan atau hal penting lainnya, kali ini tidak hanya sekedar melayangkan pesan basa basi namun Harun mengajaknya untuk makan malam bersama di luar. How Happy. Reva pun langsung membalas pesan dari Harun.
Alhamduillah kerjaan aku udah beres, sayang. Aku akan menunggu jemputanmu. Reva.
Baik. Aku akan menjemputmu setelah shalat maghrib. Kamu sekarang berada dimana?Harun.
Aku masih di kantor. Mas jemput saja aku di apartemen ya! Reva.
Okay. Harun.
Reva memeriksa jam tangannya, sudah pukul setengah 6 sedang ia masih saja di kantor, tiba-tiba rasa panik menyerangnya. Ia belum mandi apalagi berdandan. Walau Harun tidak pernah menuntutnya untuk berpenampilan yang macam-macam, namun tetap saja ia tidak ingin terlihat buruk di mata Harun.
Reva bergegas menutup laptopnya. Ia setengah berlari keluar dari ruangan kantor setelah memastikan semuanya beres. Tak lupa ia menelepon hair stylish untuk datang ke apartemen demi menyulap sedikit penampilan rambut nya. Malam ini Ia ingin membuat Harun terkesan.
Reva kembali ke apartemen nya dengan menggunakan mobil Alphard yang disopiri oleh sopir pribadinya.
“Pak, tolong kecepatan mobilnya dipercepat sedikit ya! Saya sedang buru-buru!” Pinta Reva kepada pak Arman
sang sopir.
“Baik Nona” Pria paruh baya itu pun menambahkan kecepatan mobil yang tengah dikendarainya.
Reva sampai di apartemen tepat pukul 18.15 wib. Masih ada sedikit waktu tersisa. Reva langsung masuk ke kamar mandi menyalakan shower air hangat dan langsung mengguyurkan air tersebut ke tubuhnya setelah sebelumnya
menanggalkan pakaian kantornya. Setelah selesai melakukan ritual mandi, ia pun mengenakan pakaian handuk dan melesat ke ruang ganti pakaian untuk memilih gaun atau dress apa yang akan ia kenakan malam ini.
Ketika tengah memilih pakaian di ruang ganti, hair stylish pun tiba dengan membawa box berisi sejumlah peralatan. Reva mengajaknya ke ruang ganti untuk membantu memilihkan pakaian mana yang cocok untuk ia kenakan.
“Bagaimana mbak? Bagus?” Reva menunjukkan mini dress berwarna salmon mewah.
“Bagus nona, tapi menurut saya agak terlalu terbuka” Pendapat Hair Stylish.
“Bagaimana dengan yang ini?”
…….
“Kalau ini?”
……..
“Yang ini?”
“Nah, gaun ini sangat pas dan bagus di tubuh nona” Hair stylish tersenyum melihat begitu cocoknya Reva mengenakan gaun yang ia kenakan sekarang, gaun berwarna maroon sangat pas di kulit nya yang berwarna putih itu. Pada dasarnya Reva memang gadis yang cantik.
“Benarkah?”
“Tentu saja nona, nona tampak elegan dan anggun” sahut hair stylish sambil mulai menata rambut pelanggannya itu.
Reva melihat pantulan diri di cermin, ia merasa sangat puas dengan kerja hair stylishnya. Rambutnya sendiri memang sudah curly bergelombang. Hair stylish hanya lebih menata dan mengatur rambutnya agar lebih terlihat rapi, indah dan lebih bervolume.
“Apa aku terlihat cantik jika seperti ini, mbak? Tanya Reva sambil masih memanut diri di hadapan cermin.
“Tentu saja nona, bohong jika tunangan nona tidak terpesona”
Reva tersenyum di dalam hatinya.
Tepat pukul 7.25 Harun menjemput Reva.
Aku sudah di basement. Harun mengirimkan pesan.
Reva pun turun setelah mengambil tas dan memakaikan heels nya.
“Maaf aku terlambat” Reva masuk ke dalam mobil merci yang Harun bawa.
Tuk sesaat Harun terpana dengan penampilan Reva. Tidak bisa dipungkiri gadis itu terlihat cantik malam ini.
“Hmh, kamu pilih restoran mana? D’Brooklyn Bar, Bistro and Steak atau Seventy Seven?”
“Aku ingin ke Imperial Shanghai Resto” Sahut Reva cepat.
“Tumben kamu mau makanan Chinese? Bukankah biasanya kamu lebih suka Western Style?”
“Mas kan mau berangkat ke China, aku ingin menikmati makanan yang akan mas makan setiap hari nantinya. Huft, nantinya Aku akan sangat merindukan mu mas” Reva menghembuskan nafasnya ke udara. Harun menoleh ke arah Reva. Gadis itu memasang wajah sendu.
Mereka menuju restoran milik keluarga Harun. Ya. Di Restoran Imperial Shanghai Resto, keluarga Harun memiliki 75 persen kepemilikan saham di sana. Sejujurnya jika boleh memilih, Harun lebih suka makan makanan biasa di
kaki lima daripada makan dalam suasana fine dinning. Namun, ia menghormati dan menghargai selera gadis yang diajaknya untuk makan bersama itu. Ia tau persis bahwa anak gadis dari tuan Atmaja ini sudah terbiasa dengan segala kemewahan.
Mereka disajikan oleh banyak jenis makanan, mulai dari jenis mie-mie-an, makanan berkuah, berbagai jenis dumpling dan lain sebagainya. Walau di restoran ini para pekerja menservice semua pelanggan yang berkunjung dengan baik. Namun, mengetahui Harun yang notabene nya merupakan anak dari tuan Rasyidi hadir di tengah-tengah mereka, maka para pekerja pun sangat bahagia dan menghormati keberadaan Harun dan
tunangannya. Mereka memberikan service khusus dengan sebaik mungkin. Harun dan Reva duduk dalam ruang VIP. Suasana romantis menemani makan malam mereka.
“Kamu terlihat berbeda malam ini” ucap Harun sambil melihat penampilan Reva.
“Benarkah? Mungkin hanya perasaan mas saja” Reva tersipu.
“Aku punya sesuatu untukmu” Harun menyerahkan sebuah box kecil yang telah di bungkus rapi dengan pita kecil yang mengiasinya. Sungguh Harun tidak pandai bersikap romantis.
“Apa ini mas?”
“Bukalah”
Reva membuka box nya dan melihat sebuah gelang emas putih yangmemiliki mainan huruf kecil berinisial H.
“Ini bagus sekali, sayang!” Reva berkaca-kaca.
“Dengan Hadiah yang tidak mewah ini, Semoga kamu akan selalu mengingatku” Ucap Harun sambil memasang senyumnya.
Hadiah simple nan elegan dari Harun itu sukses menambah kebahagiaan berkali lipat di hati Reva. Hadiah ini seperti symbol keseriusan Harun terhadapnya. Kini ia tenang. Ia tidak lagi meragukan hubungannya dan Harun.
Sebenarnya Harun tidak mempersiapkan hadiah khusus untuk Reva, mengingat ia juga mengajak makan malam dalam keadaan mendadak. Pemuda itu ingin mencoba membina hubungan yang masih dirasakan hambar setelah sekian lama mereka bertunangan, ia ingin mengikuti saran ibu agar kelak tidak ada yang tersakiti.
Tadi ketika di toko perhiasan gelang serupa hanya memiliki 2 model dengan jenis yang sama dan hanya punya 2 inisial huruf H juga Q yang tertinggal. Maka, Harun pikir huruf H lebih baik untuk ia pilih. Laki-laki muda ini tidak menyangka respon Reva akan sedemikian bahagianya.
“Perhatianmu lebih berharga dari semua kemewahan, mas” Ucap Reva yang tengah berbunga-bunga
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
Sebisa mungkin tepati janji yang sudah kamu buat pada ibumu Harun!
2021-09-29
1
lastri mia
lanjutkan
2021-08-01
0
Andita sari
Cantik rambutnya
2021-07-29
0