BAB 5

Raihan baru saja pulang dari kantor. Ia masuk ke dalam rumah dan melihat Amira tidak menyambut kepulangannya seperti biasanya. Raihan pun berteriak memanggil - manggil nama Amira.

"Amira,"

"Sayang,"

"Amira kemana sih kok tumben banget dia gak menyambutku biasanya dia setiap kali aku pulang selalu berlari menghampiriku dan memelukku," Gumam Raihan.

"Amira sayang," Teriak Raihan kembali.

Ketika Raihan sedang berteriak memanggil Amira tiba - tiba saja kepala pelayan langsung berlari menghampiri Raihan.

"Iya, Pak Raihan,"

"Kok malah kamu sih yang datang kan yang sayang panggil itu Amira istri saya bukan kamu,"

"Memangnya kamu istri saya,"

"Iya bukan sih pak, tapi kalau bapak mau sama saya pun saya juga gak mau sama bapak soalnya saya masih normal pak,"

"Heh, sembarangan aja kamu ya kalau ngomong jadi kamu pikir saya ini gak normal gitu,"

"Iya mana tau kan, Pak,"

"Kamu ya mau saya pecat,"

"Jangan dong, Pak. Maafkan saya ya pak. Saya memang gitu pak orangnya suka latah,"

"Yauda sekarang dimana istri saya,"

"Ada di dapur pak lagi masak Bu Amira nya,"

"Lagi masak kamu bilang," Bentak Raihan.

"Iya, Pak,"

"Terus buat apa sayang mempekerjakan kamu dan para pelayan lainnya kalau masih istri saya juga yang masak makan malam,"

"Maaf pak soalnya Bu Amira maksa katanya mau masak makan malam spesial buat bapak,"

Raihan pun menghela nafasnya untuk bisa menurunkan emosinya. Setelah Emosinya sedikit mereda, Raihan pun langsung bergegas pergi menuju ke dapur.

"Aduh gawat nih kayak Pak Raihan bakalan marah besar, aku pun bodoh sekali membiarkan Nyonya Muda masak di dapur," Gumam Kepala pelayan tersebut.

...********************...

Sementara itu di dapur, Amira sedang memotong bawang dengan senyuman manis yang terus terlukis di wajahnya.

"Pasti Raihan akan senang sekali dengan masakanku hari ini,"

Amira terus memotong bawang dengan hati - hati agar tangannya tidak terluka karena teriris pisau.

"Amira," Teriak Raihan dari kejauhan.

"Raihan udah pulang ya, kok tumben sekali jam segini dia udah pulang biasanya kan agak malam dia pulangnya," Ucap Amira sambil melirik ke arah luar dapur dengan tangannya yang tetap memotong bawang dan karena Amira yang tidak fokus akhirnya jarinya pun sedikit terluka karena teriris pisau.

"Awwhhhh....," Rintih kesakitan Amira karena jarinya yang terluka.

Raihan yang baru saja masuk ke dalam dapur dan melihat Amira merintih kesakitan pun langsung berlari menghampirinya.

"Kamu kenapa sayang,"

"Tanganku teriris pisau, Raihan,"

"Ya ampun sayang kok bisa sih kan aku udah bilang kamu itu gak usah ke dapur biar pelayan - pelayan aja yang masak,"

"Kan jadinya begini,"

"Ya maaf, Raihan. Namanya aku mau buatin makanan kesukaan kamu malam ini,"

"Ya aku maafin tapi tangan kamu harus segera di obati,"

"Sebentar ya aku mau panggil Michael dulu,"

"Untuk apa, Raihan,"

"Untuk panggil dokter,"

"Buat apa dokter, Raihan. Tangan aku cuma teriris pisau sedikit aja,"

"Amira kamu jangan membantahku lagi, lihatlah akibatnya karena kamu membantah perintahku jadinya tangan kamu terluka kan sekarang,"

"Jadi Udah kamu diam aja dan jangan membantahku lagi, Amira,"

"Tapi kan Raihan,"

"Michael, Michael," Teriak Raihan.

Michael pun langsung berlari datang menghampiri Raihan dan Amira di dapur.

"Iya, Pak,"

"Kamu panggilkan dokter pribadi keluarga Mahendra sekarang juga,"

"Baik, Pak,"

Michael pun langsung pergi meninggalkan dapur.

"Raihan, kamu ngapain sih manggil dokter cuma buat ngobatin luka sekecil ini,"

"Udah pokoknya kamu nurut aja sama aku ya, Amira,"

Amira hanya bisa diam saja dan tidak berani untuk membantah perintah dari Raihan. Sementara itu, Raihan yang sudah tidak ingin melihat Amira berada di dapur lagi pun langsung menggendong Amira.

"Raihan kamu mau ngapain sih,"

"Mau bawa kamu ke kamar biar kamu gak tambah terluka lagi sama benda - benda tajam yang ada di dapur ini,"

"Raihan, turunin aku gak,"

"Gak,"

"Ih, Raihan Nyebelin deh,"

"Biarin aja nyebelin yang penting kan aku sayang sama kamu,"

Raihan pun terus berjalan sambil menggendong Amira. Bahkan Raihan masih tetap menggendong Amira ketika menaiki tangga menuju ke lantai atas.

"Raihan, bukannya rumah ini punya lift ya terus kenapa kamu harus capek - capek menaiki tangga seperti ini sih Raihan sambil menggendong aku lagi nanti kalau jatuh bagaimana,"

"Gak akan jatuh Amira, kamu meragukan kekuatan dari suami kamu ini ya,"

"Raihan, udah kita turun aja lagi. Kita naik lift aja ya kasihan kamu nya nanti jadinya kecapekan,"

"Aku gak mau kita naik lift karena biar kamu tau Amira sebesar ini lah perjuanganku untuk bisa memilikimu dulu,"

"Ahlah, dasar gombal,"

Raihan pun hanya tersenyum saja mendengar ejekan dari Amira.

Sesampainya di lantai atas, Raihan langsung membawa Amira masuk ke dalam kamar dan menidurkan tubuh Amira di atas tempat tidur.

"Udah kamu diam aja di sini dan gak boleh kemana - mana lagi,"

"Ih kamu nih Raihan, masa aku mau ngapain - ngapain aja gak boleh,"

"Kamu boleh berbuat sesuka hatimu di rumah ini Amira kecuali bekerja,"

"Rumah ini itu udah banyak sekali pelayan Amira,"

"Aku kan cuma luka kecil aja Raihan,"

"Luka kecil kamu bilang coba kamu lihat itu jari kamu berdarah banyak banget Amira, kalau sampai darahnya keluarnya lebih banyak lagi kayak mana, terus kalau sampai kamu kehabisan darah nanti gimana cobalah,"

"Kamu terlalu berlebihan deh Raihan,"

"Aku itu gak berlebihan Amira, aku itu cuma khawatir aja sama kamu,"

Ketika Amira dan Raihan sedang berdebat tiba - tiba saja Michael masuk ke dalam kamar dengan membawa dokter pribadi keluarga Mahendra.

"Pak Raihan, ini dokternya,"

"Akhirnya dokternya datang juga. Makasih ya, Michael,"

"Iya, Pak,"

"Baiklah, Dok. Sekarang cepat obati luka istri saya. Soalnya saya lihat lukanya sangat parah, Dok,"

"Baik, Pak,"

"Sekarang Bu Amira, kalau boleh saya tau Bu Amira terluka di bagian mananya ya,"

"Ini dok," Amira menunjukkan jarinya mengalami luka kecil karena teriris pisau.

"Ini, Bu Amira," Ucap dokter tersebut dengan ekspresi bingung.

"Hmmm....Dokter kenapa diam aja, bingung ya. Sama dok saya juga bingung dengan suami saya untuk mengobati luka sekecil ini saja sampai di panggilnya dokter," Ucap Amira sambil sedikit tertawa karena malu.

"Itu lukanya sangat parah kan, Dok,"

"Ini cuma luka kecil aja kok, Pak Raihan. Jadi Bapak gak perlu khawatir seperti itu,"

"Tuh kan Raihan cuma luka kecil aja,"

Setelah jari Amira yang terluka sudah di obati oleh Dokter tersebut, Michael pun membawa Dokter tersebut pun keluar dari kamar Raihan dan Amira.

"Kamu lihat kan Raihan, Dokternya aja sampai ketawa melihat kamu yang memanggil dia cuma untuk mengobati luka di jariku yang sekecil ini,"

"Ya itu semua kan gara - gara kamu, Amira,"

"Kok gara - gara aku sih Raihan,"

" Coba aja kamu gak terluka pasti aku gak bakalan manggil Dokter itu untuk datang ke Rumah ini,"

"Oke karena Semuanya sudah beres, Aku mau mandi dulu,"

"Pokoknya selama aku mandi, kamu gak boleh kemana - mana Amira,"

"Iya ya aku bakalan diam aja kok disini,"

Raihan pun langsung berjalan menuju ke kamar mandi tetapi tiba - tiba saja panggilan dari Amira menghentikan langkah kakinya.

"Raihan," panggil Amira.

"Apa sayang," Jawab Raihan dengan lembut sambil membalikkan tubuhnya ke belakang.

"Ikut," Ucap Amira dengan menunjukkan ekspresi menggemaskannya.

"Aku mau mandi loh Amira bukan mau jalan - jalan jadi ngapain juga kamu ikut,"

"Ih, mau ikut Raihan,"

"Gak," Tolak Raihan dan Raihan pun langsung masuk ke dalam kamar mandi.

"Ih, Raihan nyebelin,"

"Dasar suami egois,"

"Maunya menang sendiri,"

"Giliran dia yang mau semalam main paksa - paksa aja sekarang giliran istrinya yang mau malah di tolak,"

"Dasar Raihan suami yang paling nyebelin,"

"Bodoamat," Sahut Raihan dari dalam kamar mandi.

"Ih Raihan nyebelin pokoknya,"

"Aku ngambek nih loh Raihan sama kamu,"

"Yaudah ngambek lah," Sahut Raihan kembali dari dalam kamar mandi.

"Dasar suami gak peka,"

"Ih nyebelin banget sih kamu Raihan jadi suami," Gumam Amira.

"Udah gak usah menggerutu di situ Amira aku masih bisa mendengarnya loh," Sahut Raihan kembali dari dalam kamar mandi.

"Kalau mandi itu ya mandi aja gak nyahut - nyahut kayak gitu tau Raihan," Teriak Amira.

"Pokoknya aku marah sama kamu,"

"Aku sebel sama kamu, Raihan,"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!