Pukul lima sore Alan dan Tristan baru keluar dari perusahaannya, keduanya bertemu di parkiran.
"Tristan.."panggil Alan
Tristan yang hendak masuk ke dalam mobilnya kembali mengurungkan niatnya dan menghampiri Alan.
"Ya Paman.."
"Pulanglah ke rumah.. Bibimu sudah masak begitu banyak untuk merayakan kepulangan dan kelulusan Nada.."ucap Alan
"Tapi paman.. aku.."
"Ayolah, kau tidak ingin mengecewakan Bibimu kan. Atau nanti dia akan datang dengan membawa dua tanduknya di kepalanya, lalu memarahimu habis-habisan.."seru Alan sambil membayangkan Vriska marah-marah.
"Paman, dia istrimu lho.."seru Tristan sambil menggelengkan kepalanya.
"Aku tau, makanya aku jujur..."seru Alan
"Tapi jangan katakan padanya kalau aku mengatai dia seperti itu ya.."Sambung Alan
Tristan tersenyum, "kenapa? Paman takut ya.."
Alan menggeleng cepat, "Mana mungkin.."
"Hanya saja paman tidak mau tidur di luar kamar.."sambungnya membuat Tristan tergelak, bukankah itu sama saja artinya.
🎋🎋🎋
Vriska sedang menata aneka hidangan yang ia masak bersama Bi Ningsih tadi di meja makan.
Hacih.. hacih.. Vriska bersin
"Mami sakit..."tanya Nada yang baru tiba di sebelahnya
"Tidak, Mami hanya bersin tapi Mami merasa ada yang sedang mengguncing Mami di belakang Mami.."serunya
Nada menggelengkan kepalanya, "itu hanya mitos Mami.."
"Tapi Mami percaya.."
Alan dan Tristan tiba di meja langsung menunu makan. Nada mendesah kesal saat lagi-lagi harus berhadapan dengan Tristan.
"Malam sayang, kamu sudah cantik aja.."ucap Alan sambil mengecup pipi Vriska.
Nada memutar bola matanya malas, "Ih sudah tua juga tidak tau malu mesra-mesraan di depan anak.."
"Tua umurnya, tapi jiwaku masih muda. Ya kan sayang.."Alan mengedipkan sebelah matanya ke Vriska.
"Sudah sana pergilah ke kamar bersihkan dirimu.."seru Vriska, namun Alan tidak menurut apa kata Vriska.
"Kalau kau iri makanya cepat menikah.."ucap Alan
"Nantilah tunggu Liam melamarku..."serunya
Jika Nada terlihat kesal melihat pemandangan itu, maka Tristan justru tersenyum tipis.
"Papi kenapa membawa orang asing kesini sih, membuat moodku jelek saja.."decak Nada menatap Tristan tajam.
"Dia bukan orang asing, Tristan juga keluarga kita. Enak saja kau bilang orang asing.."kali ini bukan Alan yang menjawab melainkan Vriska.
"Aku pergi ke kamar sebentar ya.."pamit Alan pada sang istri.
"Jaga mereka jangan sampai terjadi pertumpahan darah.."sambung Alan sebelum berlalu pergi
"Tristan, ayo duduklah kita makan. Bibi sudah masak begitu banyak, Bibi juga masak makanan kesukaanmu. Kau dan pamanmu sama-sama menyukai rendang jadi Bibi membuatnya..."ucap Vriska
Tristan menurut ia duduk menarik kursi di depan Nada, "Terimakasih Bibi.."seru Tristan
"Sok manis.."cetus Nada,
Tristan hanya diam tidak menjawab ia bersikap acuh karena ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat pikirnya.
Nanda datang mendudukan dirinya di kursi sebelah Nada"Tristan kau datang juga, ku fikir kau tidak mau bertemu mak lampirmu.."celetuk Nanda tanpa melihat expresi sang adik yang sudah sangat kesal. Tristan tergelak, ia tak menyangka Nanda tau julukan yang ia berikan untuk Nada.
"Kakak kau benar-benar, teganya kau mengataiku seperti itu.."seru Nada dengan geram.
Nanda terkekeh, "hanya bercanda.. Begitu saja marah."
"Itu semua karena kau,"tunjuk Nanda pada Tristan.
"Aku.."ucap Tristan
"Memangnya apa yang ku lakukan.."sambung Tristan dengan santai.
Nada geregetan saat Tristan menjawabnya tanpa dosa jika tidak sedang di meja makan ia pastikan akan mencekik leher Tristan saat itu juga.
Calvin datang dengan wajah lesu memeluk sang Mami.
"Kenapa sayang.. hem.."Tanya Vriska mengelus kepala sang putra.
"Kepalaku pusing Mami, banyak tugas yang belum ku kerjakan. Kak Nanda dan Kak Nada tidak mau membantuku.."celetuknya
Vriska memandang ke arah Nanda dan Nada, "Mungkin kakakmu pada sibuk makanya tidak bisa membantumu.."
"Lepas, kau sudah besar. Jangan meluk istri papi lagi.."Alan datang tiba-tiba melepas pelukan Calvin dari Vriska.
Calvin berdecak kesal, "Sudah tua masih cemburuan. Dia istrimu tapi dia juga mamiku. Apa salahnya sih.."
Vriska menggelengkan kepalanya sambil mengelus dadanya, selalu begitu saat ada anaknya yang ingin bermanja dengannya Alan pasti akan memarahinya.
Calvin duduk di kursi sebelah Tristan, "Jangan sedih, bagaimana kalau nanti kakak akan membantu mengerjakan tugasmu.."ucap Tristan
Mata Calvin langsung berbinar, "benarkah.."
Tristan mengangguk, "wah kakak memang dewa penyelamatku.."
Nada tersenyum sinis mendengar ucapan sang adik, "Dewa penyelamat apaan, yang ada dia itu seperti malaikat pencabut nyawa.."
Alan dan Vriska tergelak, sementara Tristan terlihat santai saja. Ia sudah biasa dengan segala mulut pedas Nada, anggap saja angin lewat begitu pikirnya.
"Kak Nada sirik aja sih, awas lho nanti jatuh cinta sama Kak Tristan.."seru Calvin sontak Nada langsung memeletkan lidahnya.
wek..
"Tidak akan.."jawabnya
"Sudah diam, makanlah makanan kalian Papi pusing mendengar perdebatan kalian."ucap Alan dengan tajam.
🎋🎋🎋
Jangan lupa tombol like nya😊
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
💕💕 Pisces ❣️❣️Renjana 💞💞
Kalau nada mak lampir gerandongnya siapa Thor
2022-09-29
0
🌷Tuti Komalasari🌷
masih nyimak Thor...🌷🌷🌷
2021-09-17
1
Rengganis Azzah
lanjuutt thoorrrr
2021-05-31
2