Cukup lama dalam perjalanan. Rasa bosan kian terasa di benak Sifa. Ia pun memutar MP3-Hpnya dan memasangkan handset di telinganya. Cukup untuk menghibur penat dan kebosanan di benaknya. Ketika ia mulai menikmatinya, suara sopir taxi mengagetkannya.
“Non, sudah sampai di alamat yang Non berikan.”
“Oh... iya pak. Terima kasih.” Kata Sifa sambil menurunkan barang-barangnya.
Setelah selesai menurunkan barang-barangnya, mobil taxi itupun pergi jauh meninggalkannya.
“Melly, aku sudah sampai nih.” Kata Sifa di telepon.
Melly langsung keluar kost dan menemui Sifa sahabatnya.
“Sifa. Ayo masuk! Sini aku bantu membawakan barang-barangmu!” Kata Melisya.
“Bagaimana Mell, apa jadi kita ngekost di satu tempat ini?” Tanya Sifa memulai membuka perbincangan.
“Aduh, aku minta maaf, Sif. Aku tadi sudah tanya sama ibu kost sini, katanya tempat ini sudah penuh. Terus bagaimana donk?” Jawab Melisya dengan kesan merasa bersalah.
“Sudahlah, Mell. Jangan merasa bersalah begitu! Aku bisa kok mencari kost lain.” Kata Sifa bijak.
“Tapi kan aku merasa tidak enak padamu. Aku sendiri yang mengajakmu ngekost bersama di sini.” Kata Melisya.
“Tidak apa-apa kok, aku pergi dulu ya. Aku mau mencari kost dulu, takut keburu malam.” Kata Sifa.
“Aku temani ya...” Saut Anggun yang tiba-tiba muncul.
“Aku juga mau menemanimu, Sif.” Kata Melisya.
“Tidak usah, terima kasih. Kurasa aku bisa sendiri..” Tolak Sifa ramah.
Melisya dan Anggun kaget dan bingung mendengar kata-kata Sifa. Mereka berdua sangat heran dengan tingkah laku dari seorang Sifa. Apakah Sifa benar-benar sudah berubah dewasa dari anak manja konglongmerat yang 19 tahun disandangnya? Melisya dan Anggun hanya bisa melongo tak percaya. Memasang tampang bloon.
“Sudah, kalian tak usah memandangku seperti itu! Doakan saja aku segera mungkin mendapatkan kost-kostan!” Kata Sifa.
.
.
.
Setelah berpamitan untuk mencari kost-kostan, Sifa pun berjalan menyusuri daerah sekitar kampusnya. Terus dan terus melangkahkan kaki. Asanya mulai melemah.
“Sudah penuh? Ya sudah, maaf sudah mengganggu, Buk. Terima kasih.” Kata Sifa meninggalkan kost-kostan itu dengan raut muka yang kecewa.
Matahari yang mulai bergerak ke arah barat membuat hati Sifa semakin lelah. Sekian tempat telah ia kunjungi, tetapi sungguh hari ini adalah hari bukan keberuntungannya.
Semua tempat yang ia datangi telah penuh. Mungkin karena kebanyakan terisi oleh para mahasiswa baru, maklum saja penerimaan mahasiswa baru saja usai. Tiada tempat yang mampu ia dapatkan untuk ditinggali.
“Dimana lagi? Aku harus kemana? Sekian tempat sudahku datangi, tapi penuh semua. Aku sangat lelah... Mama, Papa? Ah tidak, aku harus tunjukan pada mereka jika aku bisa mandiri. Aku juga tidak mau membuat mereka khawatir karena belum mendapatkan kost-kostan. Ayo Sifa semangat! Tempat pencarian masih luas.” Kata Sifa bersandar di bangku dekat taman daerah kampus sambil menyesup smooties strawberry kesukaannya.
Sifa bangkit dan melanjutkan pencarian tempat kost. Terus berusaha. Memang, kali ini keberuntungan benar-benar tak berpihak padanya. Apa daya kakinya sudah terasa semakin berat untuk melangkah.
“Haduh, dimana lagi? Sulit sekali mencari satu kost-kostan saja. Sini penuh, sana penuh, situ penuh. Semua penuh!! Andai saja ada om jin yang tiba-tiba datang dan memberi tiga permintaan, aku hanya mau minta ia memberikan tempat kost untukku. Tapi sayang, hanya berlaku di dunia dongeng saja. Huftt...” Keluh Sifa sambil berjalan lesu menuju kost-kostannya Melly dan Anggun.
“Bagaimana, Sif? Apa kamu sudah menemukan kost-kostan?” Tanya Anggun.
Sifa yang frustasi hanya bisa menggelengkan kepalanya.
“Wah, harus bagaimana? Aku jadi ikutan pusing jika kamu belum mendapatkan kost-kostan..” Kata Melisya.
“Hay hay cewek-cewek my best friendsku yang amat sangat aku cintai dan aku banggakan.” Teriak Steven dari depan pintu.
“Aduh Steve!!” Teriak Anggun yang melihat Steven tiba-tiba datang. Cowok cakep dengan rambut mowhak itu terlihat senyam-senyum melihat ada Sifa di situ, sahabat lamanya waktu SMP.
“Sifa, apa kabar. Lama tidak jumpa.. semakin cantik saja kamu.” Kata Steven.
“Aku baik-baik saja.” Jawab Sifa lemah.
“Kamu kenapa, Sif? Murung begitu raut mukamu? Seperti ayam kalah tanding.” Tanya Steven yang tidak paham suasana sedang kusut.
Sifa hanya tertunduk lesu menanggapi pertanyaan dari Steven. Steven juga sedikit heran, biasanya ia akan langsung disemprot Sifa jika ia memengejeknya. Aneh.
“Sifa belum mendapatkan kost-kostan, Steve...” Kata Melisya. Steven hanya menaikan sebelah alisnya.
“Dia sudah mencari kemana-mana tapi tetap saja tidak ada. Semua kost-kostan sudah penuh. Sekalinya ada, itupun sangat kumuh. Mana mungkin ia mau berbaur dengan kuman-kuman.” Lanjut Anggun.
“Loh? Trus sekarang kamu mau tinggal dimana?” Tanya Steven merasa khawatir.
“Entahlah...” Jawab Sifa lesu.
“Andai saja kamu cowok, di kostku masih ada dua kamar kosong. Tapi sayangnya, kostku itu hanya untuk cowok saja.Tidak boleh ada cewek.” Kata Steven asal.
“Nah iya jika aku cowok, tapi aku saja kan cewek. Mana mungkin aku bisa ngekost di tempat kamu. Huft...” Kata Sifa kesal.
“Kenapa tidak menjadi cowok saja?” Kata Anggun yang tiba-tiba menyela pembicaraan.
“Hah? Kau gila, ya? Suasana kusut begini masih saja meledekku. Huh.” Tanggap Sifa dengan kerasnya.
Bagaimana bisa Anggun menyuruhnya menjadi cowok?
“Duh, bisa tidak jangan keras-keras? Kupingku kan jadi sakit… Lagian kalau bukan gila itu bukan temanmu!” Kata Anggun.
“Ma.. maaf, habis kamunya begitu sih? Akukan jadi sebal…” Kata Sifa cukup menyesal.
“Kan aku hanya memberi ide.” Kata Anggun.
“Ide?... Maksudnya?” Tanya Sifa bingung.
“Kamu pura-pura jadi cowok saja!!” Jawab Anggun.
Steven dan Melisya mengangguk-angguk setuju dengan ide Anggun.
“Boleh juga ide dari Anggun...” Tanggap Melisya.
“Wah, benar juga ide kamu, Nggun. Jika Sifa pura-pura jadi cowok pasti bisa ngekost di tempatku. Lumayan kan, tidak bosan karena ada pemandangan baru? Lebih indah dari bunga sakura di Jepang yang sedang berguguran. Hahaha.” Kata Steven.
“ ... Steven ....” Geram Sifa.
"Sif, coba pikirkan dulu deh! Begini ya, kamu sudah tidak dapat kost-kostan kan? Padahal ini hari sudah malam, nah terus kamu mau tidur dimana? Mungkin malam ini kamu bisa menginap di kostku, tapi mau sampai kapan? Beberapa hari lagi juga sudah mau masuk kuliah. Kamu mau tinggal dimana coba? Dimana?" jelas Melisya.
Sejenak Sifa berfikir.
“Melly benar, kamu sudah mencari kemana-mana, tapi tidak mendapatkannya kan? Apa salahnya dicoba?” Kata Steven.
“Apa mungkin seorang Sifa mau tidur di jalanan? Tidak, kan?” Lanjut Anggun.
“Mana mungkin... Tapi masih ada hotel. Aku bisa di sana.” Sahut Sifa.
“Hotel? Gila kamu ya? Kamu mau menghabiskan uang berapa coba? Nanti jika Bokap kamu tanya kamu begitu banyaknya menghabiskan uang bagaimana? Kamu mau jawab apa?” Kata Steven.
“Bokap pasti tidak akan mempersalahkan itu.” Tanggap Sifa.
"Dasar holang kaya. Iphone X cuma ganjel pintu rumahmu ya?" Sindir Steven.
“Yah mungkin memang begitu karena kamu memiliki banyak uang. Tapi, mau sampai kapan? Hotel jauh lagi dari kampus kita? Menurutku lebih baik kau mengekost saja, lebih dekat ke kampusnya. Jadi tidak khawatir akan telat.” Kata Anggun dengan ekspresi sedikit menyindir juga.
“Kau menyindirku ya? Memang benar sih, aku sering telat… Haduh aku jadi pusing begini ya? Padahal aku sudah bilang ke orang tuaku jika aku mau mandiri.” Kata Sifa frustasi.
“Tuh, kamu bilang mau mandiri kan? Ngekost di hotel itu bukan solusi tepat untuk menjadi mandiri jika kamu masih memakai uang orang tua kamu.” Kata Melisya.
“Iya, kamu benar Mell. Aku tidak mau mengingkari janjiku sama orang tuaku.” Kata Sifa.
“Makanya pikirkan dulu deh ide dari Anggun! Sekarang tuh pikirkan malam ini kamu mau tidur dimana jika sampai sore ini kamu masih juga belum dapat kost-kostan. Yang penting juga tidak membuat kedua orang tuamu khawatir..” Kata Steven.
Sifa manggut-manggut dan mempertimbangkan ide yang menurutnya sangat konyol itu.
"Aku takut kenapa-kenapa.." Kata Sifa.
"Kan ada Steven, dia pasti akan menjagamu.. Iya kan, Steve?" Kata Melisya.
"Jangan khawatir, Sif! Jiwa dan raga ini selalu melindungimu.. Aku tidak akan memiarkanmu terluka.." Kata Steven gaje.
"Aku justru meragukanmu, Steve..." Kata Sifa.
"Pertimbangkan saja, Sif! Tidur nyenyak malam ini lebih penting. Lagipula ini kantidakakan lama. Ini hanya sementara saja, nanti jika sudah dapat kost yang baru, kamu kan bisa langsung pindah. Sementara saja.. Sementara, Sif.. Tidak lama!!" Tambah Anggun.
Melisya, Anggun, dan Steven memajukan wajahnya mengisayaratkan menunggu jawaban dari Sifa. Setelah cukup lama Sifa berfikir, iapun mendapatkan keputusannya.
"Okey. Untuk Sementara saja, kan? Aku setuju menjadi cowok!" kata Sifa mengangguk pasrah karena keadaan.
"Jadi… kapan mau ke kostku?" Tanya Steven.
"Sepertinya sekarang saja deh, soalnya sudah mau malam. Aku juga sudah sangat lelah, setelah muter-muter daerah sekitar kampus sini. Tapi… aku kan tidak tahu tempatnya." kata Sifa menggeleng.
"Aku yang mengantarkanmu, dekat kok dari sini. Kita kan akan menjadi tetangga kamar baru di
kost?” Kata Steven memainkan matanya.
“Okey, thanks. Mata kamu sakit ya, Steve?” Kata Sifa sambil sedikit iseng.
“Kamu ini Sif,tidak asyik sama sekali.” Dengus Steven.
Seketika itu terdengar tawa di sela-sela mereka. Steven hanya membalas Sifa yang iseng dengan senyum manisnya. Meski begitu, Sifa cukup lega karena ia sudah mendapatkan kost-kostan. Setidaknya, ia bisa tidur nyaman malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Mei Semangat
tolong up
tolong up
tolong up
😣😣😣😣
2020-07-20
0
Mei Semangat
tolong up
tolong up
tolong up
2020-07-20
0
Mei Semangat
Love and like
2020-07-20
0