Tiga Hari Kemudian...
Setelah cukup bujuk rayu dan jaminan dari Zevin, akhirnya ibu Weni dan suaminya mau mengijinkan Feby ke kota. Asalkan dia berjanji akan pulang ke desa itu walau sudah bertemu dengan keluarga sesungguhnya.
Erik begitu senang, pengorbanan Zevin kali ini tidak terlupakan seumur hidupnya. Feby setuju ikut ke kota, asal dia bisa mendapatkan pekerjaan. Tentang ingatannya yang hilang akan perlahan-perlahan di obati setelah melakukan serangkaian pemeriksaan ulang.
Feby tak kuasa menahan sedihnya ketika berpisah dengan kedua orang tua angkatnya. Sepasang paru baya itu sudah menerima dan merawatnya selama tiga tahun ini. Tak dipungkiri, Feby sangat menyayangi mereka yang telah tulus pada nya.
"Ayah, ibu. Aku berangkat ya." Pamit Feby sedih. Buliran air bening dari matanya telah tumpah sejak tadi.
Ibu Weni tersenyum meski dalam hatinya masih berat berpisah pada wanita yang telah mengisi kesepian dan kerinduannya selama tiga tahun ini. Namun, beliau tak boleh egois.
"Iya, Nak. Hati-hati di sana jangan membuat susah keluarga dokter, Zev..." Pesan Ibu Weni sembari mengusap pipi putri angkatnya itu.
"Ayah dan ibu bisa menjenguk mu nanti ke kota. Menurutlah pada dokter, Zi dan dokter Zev Ya !" Tambah suami ibu Weni. Beliau mengusap sudut matanya yang berair.
"Iya, aku mengerti. Jaga kesehatan ayah dan ibu." Tangis Feby pecah dalam pelukan kedua orang tuanya.
Erik tersenyum lalu mengusap pundak Feby di pelukan ibu Weni "Jangan sedih jika kamu merindukan mereka aku bisa mengantar mu pulang." Ucapnya menghibur.
"Pendekatan yang bagus. Aku jadi ingin memeluk mu sayang." puji Zevin tersenyum di dalam mobil sembari melingkarkan tangannya ke tubuh istrinya. Nazia melirik kesal pada pria manja di sampingnya itu karena mengganggu adegan haru perpisahan.
Usai berpamitan dua buah mobil itu ber-iringan meninggalkan halaman rumah milik Zevin. Sepanjang perjalanan Erik tak henti-hentinya bicara pada Feby. Sampai Ivan seolah-olah mendengarkan siaran radio di kursi belakang. Pria itu tertidur nyenyak sendiri tanpa ada yang menggangunya.
Menempuh perjalanan lima jam akhirnya mereka tiba di kota. Di depan rumah family Z. Orang tua mereka menyambut kedatangan keluarga kecil itu dengan suka cita.
"Cucu ku sudah pulang !" Pekik ibu Felisya bersama ibu Mira. Mereka berebut menghampiri mobil Zevin.
"Sini, cucu ku." Pak Indra menyerobot di sela istrinya dan Ibu Mira. Kedua wanita paru baya itu hanya mendengus kesal pada pak Indra.
"Bagaimana kabar kalian sayang?" Ibu Mira dan ibu Felisya bergiliran memeluk Nazia.
"Baik, Ma." Jawab Nazia menyerahkan baby Zayyan pada pak Indra.
Zevin menggaruk kepalanya, karena tidak ada yang menyambutnya atau memeluknya.
"Kalian tidak merindukan aku?" Ia menunjuk dirinya sendiri.
"Sini sayang mama merindukan mu." Ibu Felisya memeluk putra semata wayangnya itu penuh rindu.
"Papa, tidak merindukan ku?" Tanya Zevin pada pak Indra.
"Tidak, papa hanya merindukan cucu dan menantu papa saja."
Mata Zevin membulat sempurna bisa-bisanya, dirinya tidak dirindukan oleh sang papa. Padahal Zevin sendiri menahan rindu yang amat dalam pada papanya itu.
"Jangan peluk istri ku, Pa." Kesalnya karena Papanya memeluk Nazia.
Pak Indra hanya melirik sejenak sembari tersenyum dan berkata "Papa pasti merindukan putra tunggal kesayangan papa, tapi rindu papa lebih berat pada cucu papa ini."
Senyum Zevin mengembang dan terharu. Begitulah bahasa kasih sayang antara dirinya dan pak Indra. Kadang mereka berteman dan kadang juga mereka tidak akur. Namun, kasih sayang diantara mereka begitu kentara dipandang mata. Meski Zevin sudah dewasa. Namun di mata pak Indra, ia tetap putranya masih berusia puluhan tahun jika sedang berkumpul seperti itu, meski Zevin sendiri menjadi seorang ayah. Pak Indra selalu menunjukkan rasa kasih sayangnya dengan baik agar Zevin bisa memperlakukan keluarganya dengan baik pula.
Tak di sangka tetangga sebelah juga turut hadir. Alby dan Ralda membawa putra mereka menyambut baby Zayyan.
"Keponakan tante sudah pulang. Apa kabar di desa ? Kamu betah ya di sana." Ralda gemas mencium pipi gembul Zayyan.
"Betah sekali, di sana sejuk loh." Tutur Ivan.
"Bagaimana gadis desa di sana, apa mereka cantik- cantik?" Tanya Alby semangat.
"Sangat cantik, Kak." Jawab Ivan senang. Ia mengingat kembali saat dirinya dan Erik menjadi pusat perhatian di lapangan Voly.
"Oh, jadi itu membuat mu ingin ikut kak, Zev. Liburan ke desa ?! Karena ingin melihat gadis desa di sana?" Seru Ralda sinis. Setelah menikah istri Alby ini sangat berubah dia menjadi wanita mudah cemburu.
Alby menelan salivanya, dia lupa jika duduk di sampingnya adalah singa betinanya.
"Bukan seperti itu sayang." Sanggahnya tersenyum manis mencari aman.
"Awas saja sampai kamu pergi ke desa tanpa sepengetahuan ku !" Ancam Ralda.
Alby mengangguk cepat dan berkata.
"Iya sayang janji, tidak kemana-mana."
Jika suami Nazia bersifat manja maka berbanding terbalik dengan suami Ralda yang sedikit genit. Sangat cocok Zevin di pasangkan dengan Nazia yang lembut dan sabar menghadapi tingkah manja suaminya. Begitu juga dengan Ralda. Ia terlihat garang menghadapi sifat genit seorang Alby.
Meski genit tapi Alby tidak tebar pesona. Karena dirinya sudah jatuh sangat dalam pada pesona Ralda.
Di saat semua tertawa karena ulah Alby, masuklah Erik dan sosok asing yang belum mereka kenal. Tatapan pak Indra langsung beralih pada Zevin. Sorot matanya penuh selidik.
"Dia siapa, Zev ? Kamu berniat menikah lagi ? Ini bukan seperti diri mu memasukkan orang asing tanpa ijin dari istri mu terlebih itu wanita." Seru Pak Indra tegas.
"Mana mungkin aku akan menikah lagi. Mendapatkan istriku saja sudah susah dan perlu waktu bertahun-tahun, kenapa aku harus menyia-nyiakannya?" Zevin membela diri.
"Awas saja itu sampai terjadi ! Kalau kamu berkhianat dari menantu ku. Siap saja tempat produksi kecebong mu. Papa lumpuhkan !" Ancam Pak Indra.
Zevin reflek menunduk dan menutup pahanya dengan tas istrinya. "Jangan dilumpuhkan, Pa. Bagaimana aku memproduksi adik-adik baby Z nanti ? Benarkan sayang." Ujarnya melirik istrinya.
"A—aku mau membantu Kiki menyiapkan makan malam dulu." Nazia segera mengamankan diri di dapur. Ia juga malu mendengar kata-kata vulgar suaminya itu.
"Sayang....sayang...benarkan, apa yang aku katakan?" Goda Zevin pada Nazia.
Feby tertawa karena ulah Zevin. Semua mata memandang pada sosok baru di tengah mereka. Pertanyaan mulai bermunculan di benak orang-orang ini.
"Siapa dia, Erik ?" Tanya Ralda.
"Dia Della maksud ku Feby . Feby kenalkan mereka keluarga ku dan itu kakak kandung ku." Erik memperkenalkan sekaligus menjawab pertanyaan Ralda.
Mereka berkenalan satu persatu. Selagi Feby beristirahat. Erik menceritakan semuanya tanpa terlewat sedikit pun. Setelah makan malam keluarga Zevin kembali ke rumah masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Little Peony
Like like like
2021-07-05
0
flora sweet
selalu merasa hangat saat baca keluarga pAk indra😍😍😍
2021-06-11
1
Ananda Andin Angraini
Wow.... Feby d ajak ke kota? 😦 Pak Indra gk mau kalah jd dia ngeduluin ibu Mira dan istrinya... 🤭🤭 kasihan kamu Zev, anak yg tak di rindukan oleh papahnya... 😅😅 bisa ajj nih Pak Indra godain anaknya. 🤭 Alby mancing Ralda nih.. suami takut istri.. 🤣🤣
Nah lho Zev, klw macem2 bakal d kebiri Papahnya... 🤣🤣
2021-06-07
1