...Abigail point of view...
Aku sangat menikmati makan malam kali ini. Bukan makan malam formal ataupun bisnis lagi. Karena sekarang hanya ada aku dan Alex. Ia sangat giat ternyata, aku pikir business man terpandang sepertinya tidak bisa menyentuh dapur samasekali. Namun ternyata aku salah, Alex justru lebih terampil dalam memasak dibandingkan diriku ini.
“Sudah selesai.” ujarnya membawa dua piring berisi omelet dengan topping saus tomat, dan beberapa lada bubuk sebagai penyedap rasa di atasnya. Aku mengangguk dengan semangat, lidahku seolah tidak sabar mencicipi lidahnya. Maksudku nasi omelette nya.
“Ini sangat lezat tuan Alex.” puji ku jujur setelah habis mengunyah penuh nasi dan omelette nya. Ia mengangkat sudut bibirnya keatas, tersenyum miring sambil menatap ku dalam.
“Melihat mu makan juga sangat lezat Abi.” pipiku memerah, ia membuatku terbang dengan kalimat ringan nya yang terdengar ambigu.
“Akan semakin lezat jika kamu mencoba nya!” pekik ku semangat. Tanpa sadar aku melangkah kan kakiku mendekat kearah nya yang berada di sebrang sana. Ia tampak tak terganggu samasekali, justeru Alex menarik kursi di sebelahnya. Mempersilahkan ku untuk segera duduk di samping nya.
nyam~
Alex mengunyah makanan nya sendiri dengan tenang. Aku memperhatikan rahang nya yang bergerak mengikuti kunyahan pada lidahnya. Aku ingin sekali mengusap bulu-bulu kasar di rahangnya. Lagi-lagi aku berkhayal terlalu jauh.
“Kenapa?”
Suara bariton itu menyadarkan diriku yang tengah memikirkan banyak hal aneh. Aku langsung saja menggelengkan wajahku cepat sembari tersenyum. Karena enggan membuatnya curiga. Walau pada akhirnya ia tetap menyeringit bingung.
“Kamu sangat tampan.”
Ucapku tersenyum. Aku memang tidak bisa berbohong kepada siapapun. Jikalau setelah ini ia akan meninggalkanku karena merasa risih. Aku akan terima saja. Aku tidak ingin memendam banyak perasaanku untuk Alex. Tetapi reaksi yang ku terima sangat diluar dugaan. Alex justeru tertawa mendengar ucapanku.
“Wajahmu sangat lugu sayang.”
Alex berkata dengan mengusap pipiku lembut. Permukaan tangan nya yang kasar, dapat memberikan ku rasa hangat. Aku tidak tahu mengapa bisa begitu, karena sebelumnya tidak ada yang pernah menyentuhku. Lalu, ia bilang aku lugu?
Oh yaa, Abigail memang sangat lugu. Saking lugu nya dia, ia sangat berharap bisa memiliki hubungan khusus dengan pria dihadapannya.
...Abigail point of view off...
Malam-malam selanjutnya pun terus berlanjut. Hubungan mereka menjadi dekat sekali. Dari Abigail yang selalu saja menjahili Alex. Lalu Abigail yang mengikuti kelas memasak hanya untuk menghidangkan Alex sebuah makanan. Dan Abigail yang menjadi aktif dalam berbicara, Melupakan segala tatak krama yang sudah ia pelajari.
Namun ada satu hal yang membuat Abigail menjadi ragu. Pernah hal nya, ia mengambil minuman di dapur bawah. Niat Abigail yang ingin kembali kelantai atas, menjadi terhenti disaat-saat mendengar derap langkah kaki seseorang. Dan ternyata itu adalah Alex. Abigail menjadi heran, mengapa pria itu pergi di malam hari. Karena rasa penasarannya itu, Abigail selalu men cek keadaan di jam yang sama. Dan selama berturut-turut ternyata Alex selalu meninggalkan rumahnya disaat malam hari. Ada rasa kecewa yang hinggap di hatinya, namun ia juga harus sadar diri. Kalau dirinya dan Alex memang tidak memiliki hubungan apapun yang dapat membuat Abigail berhak mengetahui segala sesuatu tentang pria itu.
...Abigail point of view...
Seperti malam ini, aku terbiasa menonton film dengan nya diruang tamu. Jam masih menunjukkan pukul delapan malam. Masih terlalu sore untuk dibilang larut. Ia beserta dengan pakaian kasual nya, hanya celana pendek dengan kaos hitam yang mencetak jelas dada bidangnya. Sedangkan aku mengenakkan baju tidur pink polos terusan.
Alex duduk di sampingku. Jarak kita lumayan jauh karena terhalang oleh satu popcorn diantara aku dan Alex. Ingin sekali rasanya aku membuang popcorn itu. Namun apa daya, aku hanya berani berbicara dalam diam.
Tanpa aku sadari Alex ternyata beranjak pergi dari samping ku. Aku yang masih saja terdiam menyaksikan tayangan movie di hadapanku. Tak menghiraukan kepergian nya. Hingga sampai dia kembali lagi dengan membawa satu cangkir minuman.
“Abigail, minum coklat panas nya.” titahnya masih berdiri di sisi ku. Dia menyodorkan cangkir itu. Aku yang berniat memegang gagang cangkir itu menjadi gugup saat melihat dia yang sudah toples.
Naas, nya.
“Aw!!”
Coklat panas itu tumpah diatas pahaku yang tertutup rapat. Ia langsung taruh cangkir itu dengan cepat disaat melihat ku yang meringis terkena buliran coklat susu itu yang mengalir sekilas di paha ku. Otomatis aku membuka kedua pahaku menjadi terbuka lebar. Aku mengibas-ngibas kan pahaku dengan sangat cepat. Ini sangat panas. Benar-benar panas.
“Uuhhh!!” aku meringis kepanasan. Bibirku meniup-niupkan pahaku dengan punggung yang sedikit membungkuk.
“Sstt, tahan.”
Gerakkan tubuhku terhenti. Saat Alex memegang kedua pundak ku, untuk kembali mundur pada posisi semula. Entah kemana rasa panas yang ku rasakan. Kini aku hanya fokus memandang Alex yang sedang berlutut di hadapan ku.
Bibirku refleks terbuka saat kedua tangannya berada di atas masing-masing dengkul ku. Membuka kedua belah pahaku menjadi semakin terbuka.
Aku memejamkan mataku, saat Alex meniupkan pahaku yang terkena air coklat panas itu dengan bibirnya. Hingga menimbulkan angin kecil yang dapat membuat tubuhku menegang seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
kiki
narasi semua, mana dialognya
2021-05-30
0
V
1333
2020-07-14
0
Alvaro
Jangan kayak narasi lah thor
2020-07-13
8