Flashback ON
Bilyana Athena Queen, mahasiswa tingkat tiga di Seoul National University jurusan manajemen bisnis tengah berlari menuju ruang kelasnya. Hari ini dia bangun kesiangan, teman satu kamarnya Jieun sudah berkali-kali membangunkannya namun saking lelahnya, tubuh Yana tidak merespon. Bukan salah Song Jieun jika Yana terlambat, Yana memang susah bangun pagi ketika dia mendapatkan kerja sambilan di percetakan buku. Kerja paruh waktu di percetakan buku itu gajinya lumayan banyak, namun menyedot hampir tiga perempat tenaga Yana. Tidak setiap hari memang Yana bekerja paruh waktu disana, Yana akan bekerja ketika weekend saja. Maka ketika awal minggu, Yana pasti tidak mampu bangun pagi saking capeknya.
Untung saja ketika Yana masuk kelas, dosen belum datang. Jika Yana ketahuan terlambat lagi, bisa tamatlah riwayatnya. Beasiswanya pasti akan dicabut, dan otomatis Yana harus kerja ekstra mencari uang untuk membiayai
kuliah dan hidupnya selama di Korea.
Tiga tahun lalu seorang gadis berusia 18 tahun dengan nekatnya menginjakkan kaki di Incheon Airport dengan menyeret satu koper berwarna pink. Tekadnya bulat ketika hidungnya menghirup udara Kota Seoul untuk pertama kali. Yana dengan keteguhan hatinya berangkat ke Korea Selatan untuk kuliah dengan uang tabungan yang dia kumpulkan sejak dia masih SMP. Dimulai dari ketertarikannya menonton drama Korea hingga mengidolakan Rain di drama Full House, Yana bertekad untuk mendatangai dan menaklukan tanah yang penuh dengan para idol dan artis papan atas di Asia.
Sekarang disinilah Yana, di dalam ruang kelas dengan dosen yang sedang menjelaskan materi hari ini. Satu tahun lagi Yana akan menyelesaikan studinya di negeri gingseng. Sungguh Yana tak mengira dia akan mampu bertahan selama ini dengan penghasilannya sendiri. Ketika Yana mengutarakan maksud pada orang tuanya untuk kuliah di Korea, orang tuanya hanya mampu memberikan saku do’a pada Yana. Pasalnya keluarga Yana tergolong keluarga
yang sederhana, ayahnya adalah buruh pabrik sedangkan ibunya adalah penjahit, penghasilan orang tua Yana hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, apa lagi Yana masih punya tiga adik. Untuk biaya sekolah adiknya saja kadang pinjam tetangga, apalagi untuk membiayai kuliah Yana ke luar negeri, orang tuanya pasti tidak sanggup. Nah bermodalkan sedikit tabungannya dan tekad yang kuat berangkatlah Yana ke Korea Selatan.
“Hah.. capeknya..” Gerutu Yana menjatuhkan kepalanya ke meja. Mata kuliah terakhir tidak mampu lagi direspon oleh otak Yana. Tubuhnya sangat lelah sekali.
“Hai mau makan bareng?” Suara itu menyadarkan Yana, seketika dia menoleh.
“No thanks.. aku harus segera pulang, pekerjaan edit majalahku belum selesai. Deadlinenya dua hari lagi bayangkan.. aku lelah sekali.. Taejoon.. aku rasanya ingin mati saja..” Ucap Yana kepada teman akrabnya di kelas Park Taejoon. Taejoon walaupun dia laki-laki, dia adalah orang pertama yang mau berteman dengan Yana. Teman-teman satu kelas Yana memandang Yana dengan sinis ketika pertama kali masuk kuliah, mereka tak suka akan kehadirannya. Entahlah..
“Hai ayolah.. ini baru jam 7, setelah makan langsung pulang janji.. ajak Jieun juga..” Bujuk Taejoon.
“Ajak saja Jieun sendiri.. aku harus segera pulang..” Yana menolak ajakan Taejoon. Taejoon menyukai Jieun, tapi Taejoon takut mengutarakan perasaannya pada teman satu kamar Yana. Padahal jika dilihat-lihat, Taejoon sanngat cocok dengan Jieun, namun Jieun hanya menganggap Taejoon sebagai teman biasa.
“Ayolah Yana, Jieun tidak akan mau kalau tidak ada kamu..” Bujukan Taejoon berubah menjadi rengekan.
“Jangan hari ini, lain kali aku mau.. aku akan mengajak Jieun, janji..” Jawab Yana. Dia benar-benar tidak bisa hari ini. Pekerjaannya menumpuk dirumah, selain bekerja di percetakan buku ketika weekend, Yana juga menjadi penyunting majalah ekonomi bisnis. Walaupun gajinya tidak banyak, pekerjaan ini membuat Yana seperti belajar bisnis tanpa harus kuliah.
“Ok aku pegang janjimu Yana..” Ucap Taejoon pergi meninggalkan Yana.
Meja yang keras bak kasur king size kualitas premiun bagi Yana, matanya sangat ingin terpejam barang satu menit saja, namun hatinya berkata lain. Otaknya menggerakkan tubuhnya dengan sendirinya, kakinya berjalan meninggalkan ruang kelas yang telah sepi ditinggal penghuninya.
Bus terakhir sudah lemat beberapa menit yang lalu. Yana merutuki nasibnya sendiri, kenapa Tuhan memberikan cobaan yang sangat berat untuknya. Padahal Yana hanya ingin cepat sampai rumah kemudian menyelesaikan pekerjaannya dan segera tidur.
“Ah sial!” Yana menghempaskan nafas kesal. “Hari senin hari yang terkutuk!” Umpatnya dalam hati. Yana memang sangat membenci hari senin, hari senin adalah hari dimana dia harus bangun pagi dan pulang malam hari karena jadwal kuliah yang padat hari itu.
Karena bus terkahir sudah lewat, mau tidak mau Yana harus berjalan kaki untuk pulang kerumah. Kenapa tidak naik taksi? Yana terlalu miskin untuk membayar ongkos taksi.
Matanya membulat menatap jalanan kota Seoul yang seperti tak pernah tidur. Yana duduk sebentar di halte bus. Dia terus saja menatap layar yang sangat lebar di atas sebuah gedung. Disana ditampilkan album terbaru dari boygrup idola yang sedang naik daun di Korea, DAMN!. Judul lagu andalan mereka adalah ‘sorry’. Hampir setiap sudut jalan di Seoul terpampang poster DAMN! Yang mempunyai tiga member. Lagu-lagu mereka setiap hari diputar di radio, tv, atau papan-papan iklan elektronik di tengah kota. Luar biasa!
“Enaknya jadi mereka, tinggal jual tampang dapat banyak uang. Sedangkan aku harus memeras keringat siang malam hanya cukup untuk bayar kuliah dan makan. Huft..” Runtuk Yana lagi. “Kalau jadi pacar artis bagaimana ya rasanya? Hmmm...” Lanjutnya lirih.
“Sudahlah Yana, sadar diri. Orang sepertimu tidak akan dilirik oleh siapapun.. boro-boro jadi pacar artis, punya pacar orang biasa aja mustahil..” Ucap Yana sembari bangkit dari duduknya.
Yana berlari menuju zebra cross yang waktu menyeberang tinggal beberapa detik lagi. Dia memacu larinya ketika mendengar mesin menghitung itu berkedip, itu artinya waktunya hampir habis. Pandangan Yana sedikit kabur ketika dia mempercepat langkah kakinya, nafasnya tak beraturan, semakin cepat dia berlari semakin cepat juga dia kehabisan nafas. Bunyi klakson dan sorot lampu mobil membuat kepala Yana berputar-putar, tiba-tiba..
Brukkk
Tubuh Yana ambruk, semuanya menjadi gelap.
“Hei bangun.. hei...”
Suara pria. Suara itu terdengar sayup-sayup oleh Yana, namun kesadarannya hilang total setelahnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Saepul 𝐙⃝🦜
Lanjut baca thor
2021-12-16
0
Siti Dewi Mutmainah
pacaran enggak ,nikah jg enggak tp dah kayak gitu ckckck namanya juga dunia novel aku baca novel ini kok kayak nonton drama Korea ya
2021-11-04
1
Violita Putri
kan kan..jadi nyesel kenapa dulu pas SMP gak nabung juga biar bisa ke korean 😁
2021-10-07
1