Chapter 4. Akhir Dari Gencetan Senjata

Anna terpaksa ke kantor. Tapi bukan untuk bertemu dengan pak Tamhar, laki-laki bertampang harimau.

Perduli apa dengan ***** bengek tanda tangan.  Ia ke kantor karena tiba-tiba pak Yuda Anggara seorang manager mall terbesar di kota itu menelponnya. Setelah berpikir dan menimbang-nimbang akhirnya ia dan istrinya memutuskan mengambil program yang pernah Anna tawarkan. Anna tak menduga pria muda itu tiba-tiba menghubunginya dan ingin bertemu di kantor. Kalau bukan karena urusan  dengan pak Yuda, ia  masih engan datang ke kantor.

"Selamat pagi pak Yuda, saya senang sekali bapak menghubungi saya. Waktunya tepat sekali!"

Anna sengaja menunggu di tempat parkir. Ia tahu pak Edwing sedang menunggunya. Ia tak mau bertegur sapa dengan pria bosnya yang menurutnya  kurang pengalaman itu. Ia ke kantor hanya untuk mengurus keperluan pak Yuda yang akan mengambil program perencanaan pendidikan untuk anak-anaknya. Anna masuk berdampingan dengan pak Yuda.

Saat pintu dikuakkan oleh Mas Jupri. Yakni seorang  satpam  muda yang ramah bersamaan pak Edwing  tengah berjalan menuju pintu. Mau tak mau mereka berpapasan. Anna  bergetar tubuhnya, serta merta Pak Edwing  menyapa sembari tersenyum lebar.

"Hello Bu Anna selamat pagi."

Anna berpura-pura sibuk berbincang dengan pak Yuda. Ia mengajak pria itu ke ruang tamu dan mempersilahkan duduk. Sementara ia akan menyiapkan dokumen yang diperlukan. Setelah selesai ia duduk di hadapan pak Yuda dan kembali menjelaskan tentang program yang  di ambil.

Tiba-tiba pak Edwing datang dan mengenalkan dirinya pada pak Yuda. Kedua laki-laki itu saling bersalaman dan tersenyum. Edwing menanyakan apakah perlu dijelaskan lagi tentang program yang diambil.

"Boleh, biar lebih mengelotok."

Pak Yuda tertawa, disambut  senyum lebar pak Edwing. Pria itu segera menghadapkan laptop agar pria klien Anna tersebut bisa melihat jelas.

"Bu Anna, mengambil program apa?"

Cara bertanya pak Edwing seperti mereka sangat dekat.

"Program pendidikan Trem lima!,  25 juta rupiah."

Anna memberikan data ayah serta dua anak. Tak lama sebuah ilustrasi  terpampang di laptop. Pak Edwing dengan gamblang menjelaskan bahwa setiap lima tahun anak bisa mengambil dana yang cukup besar. Bla bla bla, gaya pak Edwing sangat meyakinkan sebagai seorang bos. Dana tersebut langsung di transfer ke rekening ayah. Pak Yuda mengangguk-angguk pertanda sudah puas dan mengerti. Dana sebesar lima puluh juta masuk ke perusahaan.

Setelah pak Yuda memperlihatkan bukti pengiriman uang ke perusaahaan, Anna segera mengurusnya dibantu oleh mba Ratna Dumilah. Anna dan pak Yuda masing-masing menaruhkan tanda tangan. Terakhir mereka bertiga bersalaman.

"Terima kasih kepercayaannya ya Pak Yuda."

Erat sekali Edwing menggenggam jemari laki-laki itu.

"Sama-sama."

Pak Yuda lantas pamit. Anna dan juga Edwing sama-sama mengantar keluar. Anna dan pak Yuda saling melambaikan tangan.

"Selamat Bu Anna, Good job."

"Iya, terima kasih."

Edwing mencebirkan bibirnya. Ia berusaha menerima  sikap perempuan muda itu.

Anna menyambar tasnya, sesaat ia ke ruangan mba Ratna, menanyakan apakah proses program pak Yuda  tidak ada kekurangan. Perempuan muda itu  menjawab, sudah ok semua.

"Kalau begitu saya keluar dulu ya Mba."

"Sebentar Bu Anna, ada beberapa surat yang perlu ibu tanda tangani, tapi."

Mba Ratna sejenak terdiam.

"Surat-suratnya ada pada pak Edwing Bu."

"Loh, kenapa ada pada pak Edwing? biasanya sama mba Ratna!"

"Sekarang kita sudah punya pimpinan Bu."

Anna terdiam. Ia akhirnya menghentak meninggalkan ruangan mba Ratna. Ia terpaksa menahan rasa bencinya.

“Pak katanya ada surat yang perlu ditanda tangani?”

Anna duduk di hadapan pak Edwing, wajahnya melengos ke tembok sekaligus menyilangkan kakinya.

Donny mengangkat wajahnya, memandang pada Anna. Seharusnya ia marah pada sikap bu Anna yang

seperti itu. Tetapi anehnya ia mentolerirnya. Malah ia tergelitik oleh cara perempuan itu kesal dan marah padanya.

"Oia betul Bu, sebentar saya ambil."

Pak Edwing melesat ke ruangannya di atas. Di bawah pun ia memiliki ruangan yang bersebelahan dengan ruangan admin-mba Ratna Dumilah. Ruangan yang bersifat pribadi berada di lantai dua. Sedangkan ruangan yang berada di tengah yang letaknya  strategis  untuk keperluan serba guna. Baik pak Edwing serta semua yang ada di perusahaan itu boleh memakainya untuk menerima tamu.

"Ini Bu suratnya, silahkan ditanda tangani.”

Anna  tak terlalu perduli surat apakah gerangan itu, pokoknya selesai menanda tangani ia pergi.

“Ada lagi Pak?”

“Sudah hanya itu, terima kasih."

Sikap Anna yang acuh dan tampak terburu-buru menyurutkan keinginan pak Edwing  untuk berbincang-bincang. Ia membawa berkasnya ke atas meninggalkan perempuan itu.

“Ok semua kan Mba?”

Sekali lagi Anna bertanya tentang program yang telah ditanda tangani olehnya dan pak Yuda.

“Yups dah benar semua Bu, segera kita kirim ke Jakarta.”

“Klo gitu saya pergi ya mba.”

“Kok buru-buru sih Bu, ada bu Suzane, bu Juliet dan bu Niki.”

“Yah biarlah, saya ada keperluan dulu mba.”

"Ok deh Bu, selamat ya atas closingnya."

Anna hanya mengangguk dan tersenyum. Sebenarnya dia ingin  naik ke atas, menempati kursinya  dan bersantai di sana. Atau bercengkrama dengan teman-teman hingga lupa waktu. Tapi ia sekarang ia tak nyaman melakukannya. Masih tergiang-giang perkataan Bos arrogan yang mengatakan ia paling lemah dan tidak berkontribusi. Ia sakit hati dan sangat marah. Dasar Bos yang masih muda, menjaga kata-kata saja tidak bisa. Dasar!

Ia harap semua mengerti kenapa ia bersikap seperti itu. Sudah pasti teman-temannya ikut prihatin

dan menghiburnya, tapi ia belum perlu tawa, tepuk di pundak dan cubitan di dagu. Ia masih kecewa. Bahkan ia tak pernah mengikuti morning call yang rutin diadakan setiap senin pagi. Bu Ofin sempat menanyakannya tapi semua menggeleng. Pak Donny yang mengetahui masalah Anna  hanya menelan ludah.

Pada akhirnya Niki dan Juliana membicarakan hal tersebut dengan bu Ofin. Perempuan itu mendengarkannya dan saat itu juga ia bersama Niki dan Juliana bicara pada Edwing. Sebagai seorang pebisnis yang sudah malang melintang tentu hal seperti itu mudah bagi bu Ofin menyelesaikannya. Ia menanyakan kenapa pak Edwing melakukan hal tersebut.

Pak Edwing mengutarakan alasannya. Bu Ofin bisa menerimanya, ia tidak menyalahkan Anna dan juga Edwing. Perempuan cantik bab barbie itu mengajak pak Edwing bekerja sama dengan agency pimpinannya.  Bu Ofin secara halus mengatakan bahwa Anna dan yang lainnya berada dibawah pimpinannya. Sementara pak Edwing pimpinan management. Yang terbaik adalah bekerja sama.

Mau tak mau pak Donny terpaksa berpikir ulang tentang keputusannya. Ia menghisap rokok dalam-dalam lantas menghembuskan ke udara. Matanya menyipit mencari jalan bagaimana menghilangkan kekecewaan dan kemarahan bu Anna. Selain itu perempuan lain yang kedudukkannya sejajar dengannya, mulai bereaksi. Agaknya ia telah mengambil keputusan yang salah.

Edwing membuang puntung rokoknya dan masuk ke ruangannya. Ia menulis  pesan melalui Whatsapp.

"Bu bisakah kita bicara besok jam sepuluh pagi di kantor?"

Anna tak segera menjawab. Bicara apa lagi? masih adakah yang perlu dibicarakan?

"Bisakan Bu?"

Sungguh pak Edwing tak kenal kata menyerah.

"Ya baiklah~"

 

Balasan yang sangat singkat. Anna  tidak memiliki jawaban lagi kecuali menuruti kemauan pria itu.

Edwing sendiri setelah bicara dengan bu Ofin merasa bersalah serta terlalu tergesa-gesa dengan keputusannya karena hal tersebut justru mengecilkan bahkan memadamkan semangat seorang Anna.

Pagi itu tak seperti biasanya Anna sibuk memilih-milih baju yang akan dikenakannya. Biasanya ia tak terlalu perduli.

Kemeja lengan panjang rok serta blazer adalah baju kerja yang dikenakannya sehari-hari. Riasan wajah yang sederhana tak membuatnya buruk. Ia sangat bersahaja dan selalu tampil manis, begitu kesan setiap orang.

Kali ini entahlah ia berlama-lama mematut diri di kaca, mengusapkan bedak dan meratakannya, melebarkan bibir tersenyum dan memiringkan tubuh untuk melihat bagian belakang. Bulu mata yang jarang tersentuh mascara kali ini ia gulungkan dan tarik hingga bulu matanya menjadi panjang menjadi lentik.

Sentuhan akhir parfum kesukaannya tapi ups sudah kosong. Ia berpikir akan mampir ke toko parfum sebelum ke kantor.

“Selamat pagi Pak.”

Anna  mengejutkan pak Edwing yang tengah tenggelam membaca berita.

"Oh Bu Anna , selamat pagi Bu silahkan duduk.”

Sesaat mereka saling menatap, Anna  lebih dulu menarik pandangannya dan menarik kursi duduk di hadapan pak Edwing. Tak lupa ia selalu menyilangkan kaki. Sebuah sikap duduk yang menjadi trade marknya. Ia menyukai cara duduk seperti itu. Menurutnya sangat nyaman dan juga seksi.

Mata laki-laki muda itu menukik mengikuti gerak tubuhnya saat duduk dihadapannya.

“Bu, sebaiknya kita ke ruangan meeting.”

Anna ingin menolak tapi tubuh jangkung dan besar pak Edwing sudah melesat meninggalkannya dan terdengar

bunyi sepatunya naik ke lantai atas.

“Bu Anna saya menunggu!"

Anna termangu-manggu. Berdua saja di ruang meeting? Tapi ini mengenai pekerjaan, beberapa bulan ini keadaan

tak nyaman antara dia dan pria itu,  tersiksa rasanya.

Ok, aku tak ingin berlarut-larut gencetan senjata dengan pak Edwing. Serta merta Anna  keluar dari bangkunya dan menyusul naik ke atas

 

 

 

Bersambung

Terpopuler

Comments

Kinan Rosa

Kinan Rosa

kak maaf mau tanya namanya yang benar itu Edwin apa Dony ya kak 🙏🙏

2022-11-05

0

Dahlia Anwar

Dahlia Anwar

namanya Donny pa edwing si

2021-11-27

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

keren 💕

2021-07-11

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter I. Perkenalan
2 Chapter 2. Pertengkaran
3 Chapter 3. Aku Benci Kepadamu
4 Chapter 4. Akhir Dari Gencetan Senjata
5 Chapter 5. Apa Maksudnya Pak Edwing Berlaku Begitu
6 Chapter 6. Mengejar Target
7 Chapter 7. Bertemu Client Besar
8 Chapter 8. Meeting Bisnis Akhir Tahun
9 Chapter 9. Bisnis Dan Jatuh Cinta
10 Chapter 10. Malam Penuh Makna
11 Chapter 11. Malam Penuh Makna 2
12 Chapter 12. Malam Penuh Makna 4
13 Chapter 13. Ajaran Moral Mama
14 Chapter 14. Selalu Ingin Bersama
15 Chapter 15. Risau
16 chapter 16. Pertemuan di Kereta
17 Chapter 17. Pria Dari Masa Lalu
18 chapter 18.Putus lah Sudah
19 Chapter 19. Teringat Masa Lalu
20 Chapter 20.Weekend
21 Chapter 21. Berusaha Lebih Keras
22 Chapter 22.Daddy Edwing
23 Chapter 23.Pinangan Edwing
24 Chapter 24. Selamat Tinggal
25 Chapter 25. Luka
26 Chapter 26. Saat Berpisah
27 Chapter 27. Tanpa Edwing
28 Chapter 28. Berlibur Bersama Bos Barbie
29 Chapter 29. Kebersamaan
30 Chapter 30. Sekuntum Mawar Merah Untuk Niki
31 Chapter 31. Niki, Kamu Ketahuan
32 Chapter 32. Niki, Anna dan Juliana
33 Chapter 33. Masalah Yang Melilit
34 Chapter 34. Edwing Kembali
35 Chapter 35. Edelweis
36 Chapter 36. Pantai Pangandaran
37 Chapter 37. Edwing Dan Cintanya
38 Chapter 38.Mengoyahkan Anna
39 Chapter 39. Mari Menikah
40 Chapter 40. Bram Menginginkan Rujuk Kembali
41 Chapter 41. Kesadaran Yang Terlambat
42 Episode 42. Galau
43 chapter 43. Drama pertengkaran
44 chapter 44. Drama Pertengkaran 2
45 Chapter 45. Bercumbu
46 Chapter 46. Melawan Bos Berbie
47 Chapter 47. Termotivasi
48 Chapter 48. Memikirkanmu
49 Chapter 49. Kedatangan Pria Royal
50 Chater 50. Pria Yang Meyakinkan
51 Chapter 51. Terulang Kembali
52 Chapter 52. Datang Kemudian Pergi
53 Chapter 53. Lega
54 Chapter 54. Bersama
55 Chapter 55. Hari Yang Indah
56 Chapter 56. Client Kakap
57 Chapter 57. Veronika si Pencuri
58 Chapter 58. Penjahat Cinta
59 Chapter 59. Abhi berakhir
60 Chapter 60. Percakapan Dua Sahabat
61 Chapter 61. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula
62 Chapter 62. Mengantar Dia
63 Chapter 63.Pisah
64 Chapter 64. Pilihan Yang Berat
65 Chapter 65. Sambil Menunggu
66 Bertemu Ibu Ghita
67 Episode 67.Zona Nyaman
68 Chapter 68.Grup Mama Muda
69 Chapter 69. Mantan Anna
70 Chapter 70. Kerjasama
71 Chapter 71. Sikap Pak Edwing Yang Menjengkelkan
72 Chapter 72. Biarkan Dulu
73 Chapter 73. Cinta Lama
74 Chapter 174. Satria Atau Edwing
75 Chapter 175. Pesona Edwing
76 Chapter 176.Kejutan
77 chapter 77. Anna Dan Edwing Menikah Dan Hidup Bahagia
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Chapter I. Perkenalan
2
Chapter 2. Pertengkaran
3
Chapter 3. Aku Benci Kepadamu
4
Chapter 4. Akhir Dari Gencetan Senjata
5
Chapter 5. Apa Maksudnya Pak Edwing Berlaku Begitu
6
Chapter 6. Mengejar Target
7
Chapter 7. Bertemu Client Besar
8
Chapter 8. Meeting Bisnis Akhir Tahun
9
Chapter 9. Bisnis Dan Jatuh Cinta
10
Chapter 10. Malam Penuh Makna
11
Chapter 11. Malam Penuh Makna 2
12
Chapter 12. Malam Penuh Makna 4
13
Chapter 13. Ajaran Moral Mama
14
Chapter 14. Selalu Ingin Bersama
15
Chapter 15. Risau
16
chapter 16. Pertemuan di Kereta
17
Chapter 17. Pria Dari Masa Lalu
18
chapter 18.Putus lah Sudah
19
Chapter 19. Teringat Masa Lalu
20
Chapter 20.Weekend
21
Chapter 21. Berusaha Lebih Keras
22
Chapter 22.Daddy Edwing
23
Chapter 23.Pinangan Edwing
24
Chapter 24. Selamat Tinggal
25
Chapter 25. Luka
26
Chapter 26. Saat Berpisah
27
Chapter 27. Tanpa Edwing
28
Chapter 28. Berlibur Bersama Bos Barbie
29
Chapter 29. Kebersamaan
30
Chapter 30. Sekuntum Mawar Merah Untuk Niki
31
Chapter 31. Niki, Kamu Ketahuan
32
Chapter 32. Niki, Anna dan Juliana
33
Chapter 33. Masalah Yang Melilit
34
Chapter 34. Edwing Kembali
35
Chapter 35. Edelweis
36
Chapter 36. Pantai Pangandaran
37
Chapter 37. Edwing Dan Cintanya
38
Chapter 38.Mengoyahkan Anna
39
Chapter 39. Mari Menikah
40
Chapter 40. Bram Menginginkan Rujuk Kembali
41
Chapter 41. Kesadaran Yang Terlambat
42
Episode 42. Galau
43
chapter 43. Drama pertengkaran
44
chapter 44. Drama Pertengkaran 2
45
Chapter 45. Bercumbu
46
Chapter 46. Melawan Bos Berbie
47
Chapter 47. Termotivasi
48
Chapter 48. Memikirkanmu
49
Chapter 49. Kedatangan Pria Royal
50
Chater 50. Pria Yang Meyakinkan
51
Chapter 51. Terulang Kembali
52
Chapter 52. Datang Kemudian Pergi
53
Chapter 53. Lega
54
Chapter 54. Bersama
55
Chapter 55. Hari Yang Indah
56
Chapter 56. Client Kakap
57
Chapter 57. Veronika si Pencuri
58
Chapter 58. Penjahat Cinta
59
Chapter 59. Abhi berakhir
60
Chapter 60. Percakapan Dua Sahabat
61
Chapter 61. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula
62
Chapter 62. Mengantar Dia
63
Chapter 63.Pisah
64
Chapter 64. Pilihan Yang Berat
65
Chapter 65. Sambil Menunggu
66
Bertemu Ibu Ghita
67
Episode 67.Zona Nyaman
68
Chapter 68.Grup Mama Muda
69
Chapter 69. Mantan Anna
70
Chapter 70. Kerjasama
71
Chapter 71. Sikap Pak Edwing Yang Menjengkelkan
72
Chapter 72. Biarkan Dulu
73
Chapter 73. Cinta Lama
74
Chapter 174. Satria Atau Edwing
75
Chapter 175. Pesona Edwing
76
Chapter 176.Kejutan
77
chapter 77. Anna Dan Edwing Menikah Dan Hidup Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!