Chapter 2. Pertengkaran

Pagi jam delapan,  Anna dan teman-temannya sudah berada di kantor. Pimpinan agency mereka yakni  ibu Arnolfine selalu menekankan untuk berangkat pagi-pagi ke kantor agar terhindar dari kesialan.

"Pagi Bu Anna, dipanggil pak Edwing ke ruangannya."

Saat Anna melewati ruangan mba Admin, ia mendengar pemberitahuan itu.

"O, ok makasih mba."

Anna bergegas ke ruangannya di atas. Meletakkan tasnya dan segera ke ruangan pimpinan yakni pak Edwing. Pria muda dengan penampilan rapi serta berkharisma.

Tok tok tok

"Assalamualaikum, selamat pagi pak."

Anna mendorong pintu setelah terdengar sahutan pria bosnya yang menyuruh masuk, mereka bertatapan. Anna merasakan suasana dingin serta mencekam. Wajah pak Edwing berbeda dengan kemarin saat mereka meeting. Pagi ini dingin dan angker.

“Silahkan duduk!"

Anna lantas duduk di hadapan pria itu. Ia menyilangkan kakinya di bawah meja. Ia mencium wangi parfum yang menggoda. Sudah lama ia tak mencium aroma parfum laki-laki, membuatnya agak terguncang.

Setelah meminggirkan pekerjaannya, pak Edwing mengangkat wajahnya dan langsung menatap dengan menusuk menembus tubuhnya.

"Ibu Anna sudah lama bekerja di perusahaan ini?"

Tanyanya tiba-tiba seperti seorang kepala polisi yang mengintrogasi pencuri. Anna mengangkat wajahnya dan bertemu tatap. Ia berusaha melawan tatapan itu.

"Sudah pak. saya bergabung di sini sejak tahun 2008, jadi sekitar tiga belas tahun."

Pak Edwing membetulkan duduk, menyipitkan mata dan meraih semua kewibawaan seorang pimpinan hingga perempuan di depannya jatuh kedalam pengaruh kharismatik seorang bos.

“Bu Anna, setelah mengevaluasi semuanya, saya bermaksud menghapus divisi yang ibu pimpin. Ada beberapa alasan. Diantaranya kebijaksanaan perusahaan dalam hal keefektifitasan pekerjaan. Saya melihat divisi ibu paling lemah dan tidak produktif."

Suara itu seperti petir yang menyambar di siang bolong. Anna membesarkan matanya tak percaya.

“Paling lemah? Maksud Bapak bagaimana?”

“Ibu lihat saja pencapaian team ibu, agaknya semua orang tengah tertidur, ibu bekerja sendiri dan hasilnya

sangat jauh dari target, apa ibu tidak menyadari hal itu?”

Laki-laki muda itu memperlihatkan angka-angka pencapaiaannya di dalam tahun demi tahun. Kenyataan yang diperlihatkan di depan mata membuat tubuhnya serasa dijatuhi batu es berton-ton. Dingin, perih dan menyakitkan.

"Ta-tapi beberapa tahun yang lalu saya mencapai target kok pak, hanya setahun belakangan ini. Karena di sebabkan wabah pak, dan bukan saya saja."

Anna membela diri. Suaranya meninggi. Ia dan beberapa teman lainnya telah terpengaruh ibu Ofin yang selalu tak mudah menerima begitu saja. Mereka dibiasakan untuk berdebat.

"Dua tahun ini tidak ada pencapaian yang berarti, saya memutuskan akan menghapus divisi ibu!"

Tegas dan mematikan tanpa kompromi.

“Bapak mau menghapus divisi saya, lalu s-saya?”

Anna tak sanggup meneruskan. Sesaat yang lalu ia demikian percaya diri saat menghadapi laki-laki pimpinan baru itu. Saat berikutnya ia seperti tikus got yang naik ke jalanan. Laki-laki tampan dan keren itu seketika membuatnya melemah dan tak berarti.

“Bu Anna tidak perlu cemas, masih bisa bekerja tanpa team rapuh ibu itu."

"Apa bapak pikir mudah membangun sebuah team? saya dengan susah payah meniti dan menatanya pak! dengan pikiran, tenaga, waktu juga dana yang tidak sedikit. Kemudian bapak datang dan begitu saja ingin menghapusnya! heh! saya tak bisa terima pak!"

Anna mengelegar. Ia harus mempertahankan bisnisnya, hal itu yang terpikir.

Laki-laki itu terlihat mengepalkan jemarinya. Wajahnya menegang, matanya menghujam ke wajah Anna. Tapi wanita itu tak memperdulikan bahwa pak Edwing tak pernah dibantah.

"Setidaknya bapak memberi waktu agar saya memperbaiki team saya! tidak mendadak menghapus begitu saja."

"Arrgghhh!!!"

“Untuk apa Bu Anna? Membuang energi saja!”

Keduanya bersitegang tapi pak Edwing serta merta mengetukkan palu.

“Team ibu sudah parah! tidak akan bangun lagi!”

“Bapak tega sekali berkata seperti itu!”

“Ini kenyataan bu Anna, dan ini bisnis! bukan sekedar persinggahan dan batu loncatan, ibu harus hadapi kenyataan.”

Keras sekali suara pak Edwing, dan ia menikmati keputusannya. Wajahnya mendongak memperlihatkan kearoganan seorang bos.

"Bapak tidak bisa begitu saja menghapus divisi saya, bukan wewenang anda!"

Anna melebarkan matanya, ia setengah berteriak.

"Bu Anna! saya pimpinan di kantor ini, dan saya berhak mengatur semuanya dibawah kendali saya, ingat itu!"

Pak Edwing berteriak. Wajahnya yang tampan berubah menyeringai dan memgerikan.

"Apa bapak lupa? saya bukan karyawan perusahaan, melainkan mitra!"

Anna menatap tajam telak laki-laki di depannya.

"Oh begitu! saya kesini untuk bekerja memperbaiki perusahaan, jika saya anggap team ibu Anna tidak sesuai dengan kebutuhan bisnis, saya berhak membubarkannya!"

Anna menggigit bibir, ia terlihat gemetar. Tiba-tiba ia membalikkan tubuhnya dan bergegas meninggalkan ruangan pak Edwing. Rasanya ia ingin meledak oleh kemarahan.

Semula betapa ia terpukau oleh semua yang dilakukan pak Edwing. Suasana kantor yang segar serta ceria. Tak terduga teamnyalah yang pertama di hantam tanpa perasaan.

"Oh, hancur! hancur! semuanya."

Anna menghentakkan high heelnya ke lantai menimbulkan bunyi tok tok tok yang keras di lantai. Ia naik ke lantai atas menyambar tasnya dan bergegas meninggalkan kantor. Meremas-remas jemari, kebiasaan jika ia sedang gundah, marah ataupun kecewa.

"Jeng! Jeng mau kemana?"

Niki dan Yuliana yang ruangannya berdekatan melihatnya yang tergesa.

"A-aku keluar dulu!"

Anna memaksakan senyum di bibirnya, lantas melambaikan tangan menuruni tangga dengan hati yang hancur.

Pria muda itu baru saja datang ke tempat itu dan mengubah dunia kerjanya, seenak perutnya sendiri. Memangnya mudah bertahan di dunia kerja seperti itu?

"Uch!"

Anna  meremas tas kerjanya di dada. Ada yang ingin runtuh dari dalam dirinya.

“Bu Anna mau kemana?"

Mba Ratna Dumilah menyapa saat berpapasan di pintu masuk, agaknya ia baru saja dari Bank di sebrang kantor.

“Ada perlu mba.”

Sahut Anna menyembunyikan sakit dan hatinya yang terluka.

Brakk!

Suara  pintu mobil yang terbanting serta starter diikuti raungan keras di tempat parkir.

"Memangnya Dia siapa? Beraninya mengusik dan membubarkan divisiku!"

Anna mengigit bibir. Tak ada yang bisa dipikirkan saat seperti itu kecuali melampiaskan kekesalannya  pada mobil yang tak bersalah. Ia  menginjak gas, membuatnya meraung-raung hingga beberapa orang yang berada di dekat parkir berpaling.

Masih melekat kuat perkataan Pak Edwing

“Saya bermaksud meniadakan divisi ibu, bla bla bla."

"Team ibu terlemah diantara yang lain, terlemah!Terlemah!! tidak produktif!"

Lemahhh mah! mah! menggema di kepalanya.

"Oh, tidak!"

Anna terisak-isak di atas setir, sama sekali tidak mengindahkan keselamatannya dan orang lain, hingga

klakson mengingatkan dirinya karena keluar jalur.

“Iyaaaaa! aku minggir!"

Teriaknya sengit dan memberi jalan pengendara di belakang untuk mendahului,

“Kalau ngantuk tidur dulu Bu!”

Si pengendara sempat-sempatnya membuka jendela mobil dan berteriak padanya.

“Aku bukan mengantuk bodoh! aku sedang kesal setengah mati!"

Rutuknya kesal.

Ya Rabb kedatangan bos baru itu merupakan kehancuran baginya. Di balik wajah tampan mempesona itu

ternyata ada sebongkah hati yang kejam tak berperasaan. Senyum hangat seperti mentari pagi itu. Senyum yang

membuat pipinya berlubang menggemaskan.  Ternyata hanya racun berbisa kedok menutupi kekejamannya.

Huh!

Sementara Edwing mengelus dagunya sendiri.

"Aku sudah melakukan tugasku yang pertama."

Ia menggigit bibir, hampir saja ia gagal karena ia dan Anna sempat bersitegang tentang

keputusan.  Ia hanya ingin menolong dari Anna dari anggota team yang tidak memberikan kontribusi.

Sayang sekali Anna tak mengerti maksud baiknya, semoga setelah amarahnya mereda ia datang kembali

memohon bimbingan untuk melakukan pekerjaan selanjutnya yang diharapkan membawa kemajuan baik bagi

Anna istimewa untuk perusahaan.

Edwing mengigit bibir lantas meraih bungkus rokok di atas meja dan bergegas keluar.

Ia tau ia sudah melukai perasaan seorang perempuan, membuat  bu Anna rekan kerjanya menangis. Ia ingat sekali

kelopak mata Anna di penuhi air mata saat ia mengucapkan kebenaran demi kebenaran yang terpapar jelas

dalam kertas laporan kerja. Bibir ketipisan miliknya gemetar dan suaranya tersendat saat berusaha menyelamatkan

divisi serta teman-temannya, tapi ia tak membiarkan hal itu.

"Tega sekali bapak berkata seperti itu! tega! tega! Ga ga ga ga!"

Bibir yang mengucapkannya itu entah kenapa membuat jantung Edwing gemeletar, mata yang terbelalak serta

sikap tubuh yang menampakkan kejengkelan. Sama sekali bukan temperamen lemah dan tak berdaya, juga

bukan perempuan yang dengan begitu mudahnya menerima keputusan. Ia pikir akan sangat mudah!

ternyata ada sisi perempuan itu yang juga keras.

Edwing menghembuskan kepulan asapnya ke udara, tergiang suara bu Anna yang membantah keputusannya. Terus terang ia nyaris kehilangan muka oleh kata-kata perempuan itu. Ia memang tidak berwenang. Tugasnya adalah membantu setiap team untuk sukses.

"Bapak tega! tega sekali!"

"Saya tak sangka bapak  sekejam ini! Kejam! Kejam! jam jam jam."

Edwing mengeleng-gelengkan kepalanya. Ia melakukan hal itu untuk membantu. Tapi berubah menjadi tragedi pertama di hari-hari pertama ia bertugas.

 

Bersambung

Jangan lupa dukung othor yaa dengan likenya, komennya, votenya dan juga bintang limanya. Othor sangat berterima kasih.

Terpopuler

Comments

JS.Martha

JS.Martha

Terima kasih atas dukungannya...rencana mau launching karya baru lagi

2023-01-10

0

Kinan Rosa

Kinan Rosa

hati hati Anna awas kecelakaan

2022-11-05

0

auliasiamatir

auliasiamatir

lanjut baca, keren thor

2021-11-19

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter I. Perkenalan
2 Chapter 2. Pertengkaran
3 Chapter 3. Aku Benci Kepadamu
4 Chapter 4. Akhir Dari Gencetan Senjata
5 Chapter 5. Apa Maksudnya Pak Edwing Berlaku Begitu
6 Chapter 6. Mengejar Target
7 Chapter 7. Bertemu Client Besar
8 Chapter 8. Meeting Bisnis Akhir Tahun
9 Chapter 9. Bisnis Dan Jatuh Cinta
10 Chapter 10. Malam Penuh Makna
11 Chapter 11. Malam Penuh Makna 2
12 Chapter 12. Malam Penuh Makna 4
13 Chapter 13. Ajaran Moral Mama
14 Chapter 14. Selalu Ingin Bersama
15 Chapter 15. Risau
16 chapter 16. Pertemuan di Kereta
17 Chapter 17. Pria Dari Masa Lalu
18 chapter 18.Putus lah Sudah
19 Chapter 19. Teringat Masa Lalu
20 Chapter 20.Weekend
21 Chapter 21. Berusaha Lebih Keras
22 Chapter 22.Daddy Edwing
23 Chapter 23.Pinangan Edwing
24 Chapter 24. Selamat Tinggal
25 Chapter 25. Luka
26 Chapter 26. Saat Berpisah
27 Chapter 27. Tanpa Edwing
28 Chapter 28. Berlibur Bersama Bos Barbie
29 Chapter 29. Kebersamaan
30 Chapter 30. Sekuntum Mawar Merah Untuk Niki
31 Chapter 31. Niki, Kamu Ketahuan
32 Chapter 32. Niki, Anna dan Juliana
33 Chapter 33. Masalah Yang Melilit
34 Chapter 34. Edwing Kembali
35 Chapter 35. Edelweis
36 Chapter 36. Pantai Pangandaran
37 Chapter 37. Edwing Dan Cintanya
38 Chapter 38.Mengoyahkan Anna
39 Chapter 39. Mari Menikah
40 Chapter 40. Bram Menginginkan Rujuk Kembali
41 Chapter 41. Kesadaran Yang Terlambat
42 Episode 42. Galau
43 chapter 43. Drama pertengkaran
44 chapter 44. Drama Pertengkaran 2
45 Chapter 45. Bercumbu
46 Chapter 46. Melawan Bos Berbie
47 Chapter 47. Termotivasi
48 Chapter 48. Memikirkanmu
49 Chapter 49. Kedatangan Pria Royal
50 Chater 50. Pria Yang Meyakinkan
51 Chapter 51. Terulang Kembali
52 Chapter 52. Datang Kemudian Pergi
53 Chapter 53. Lega
54 Chapter 54. Bersama
55 Chapter 55. Hari Yang Indah
56 Chapter 56. Client Kakap
57 Chapter 57. Veronika si Pencuri
58 Chapter 58. Penjahat Cinta
59 Chapter 59. Abhi berakhir
60 Chapter 60. Percakapan Dua Sahabat
61 Chapter 61. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula
62 Chapter 62. Mengantar Dia
63 Chapter 63.Pisah
64 Chapter 64. Pilihan Yang Berat
65 Chapter 65. Sambil Menunggu
66 Bertemu Ibu Ghita
67 Episode 67.Zona Nyaman
68 Chapter 68.Grup Mama Muda
69 Chapter 69. Mantan Anna
70 Chapter 70. Kerjasama
71 Chapter 71. Sikap Pak Edwing Yang Menjengkelkan
72 Chapter 72. Biarkan Dulu
73 Chapter 73. Cinta Lama
74 Chapter 174. Satria Atau Edwing
75 Chapter 175. Pesona Edwing
76 Chapter 176.Kejutan
77 chapter 77. Anna Dan Edwing Menikah Dan Hidup Bahagia
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Chapter I. Perkenalan
2
Chapter 2. Pertengkaran
3
Chapter 3. Aku Benci Kepadamu
4
Chapter 4. Akhir Dari Gencetan Senjata
5
Chapter 5. Apa Maksudnya Pak Edwing Berlaku Begitu
6
Chapter 6. Mengejar Target
7
Chapter 7. Bertemu Client Besar
8
Chapter 8. Meeting Bisnis Akhir Tahun
9
Chapter 9. Bisnis Dan Jatuh Cinta
10
Chapter 10. Malam Penuh Makna
11
Chapter 11. Malam Penuh Makna 2
12
Chapter 12. Malam Penuh Makna 4
13
Chapter 13. Ajaran Moral Mama
14
Chapter 14. Selalu Ingin Bersama
15
Chapter 15. Risau
16
chapter 16. Pertemuan di Kereta
17
Chapter 17. Pria Dari Masa Lalu
18
chapter 18.Putus lah Sudah
19
Chapter 19. Teringat Masa Lalu
20
Chapter 20.Weekend
21
Chapter 21. Berusaha Lebih Keras
22
Chapter 22.Daddy Edwing
23
Chapter 23.Pinangan Edwing
24
Chapter 24. Selamat Tinggal
25
Chapter 25. Luka
26
Chapter 26. Saat Berpisah
27
Chapter 27. Tanpa Edwing
28
Chapter 28. Berlibur Bersama Bos Barbie
29
Chapter 29. Kebersamaan
30
Chapter 30. Sekuntum Mawar Merah Untuk Niki
31
Chapter 31. Niki, Kamu Ketahuan
32
Chapter 32. Niki, Anna dan Juliana
33
Chapter 33. Masalah Yang Melilit
34
Chapter 34. Edwing Kembali
35
Chapter 35. Edelweis
36
Chapter 36. Pantai Pangandaran
37
Chapter 37. Edwing Dan Cintanya
38
Chapter 38.Mengoyahkan Anna
39
Chapter 39. Mari Menikah
40
Chapter 40. Bram Menginginkan Rujuk Kembali
41
Chapter 41. Kesadaran Yang Terlambat
42
Episode 42. Galau
43
chapter 43. Drama pertengkaran
44
chapter 44. Drama Pertengkaran 2
45
Chapter 45. Bercumbu
46
Chapter 46. Melawan Bos Berbie
47
Chapter 47. Termotivasi
48
Chapter 48. Memikirkanmu
49
Chapter 49. Kedatangan Pria Royal
50
Chater 50. Pria Yang Meyakinkan
51
Chapter 51. Terulang Kembali
52
Chapter 52. Datang Kemudian Pergi
53
Chapter 53. Lega
54
Chapter 54. Bersama
55
Chapter 55. Hari Yang Indah
56
Chapter 56. Client Kakap
57
Chapter 57. Veronika si Pencuri
58
Chapter 58. Penjahat Cinta
59
Chapter 59. Abhi berakhir
60
Chapter 60. Percakapan Dua Sahabat
61
Chapter 61. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula
62
Chapter 62. Mengantar Dia
63
Chapter 63.Pisah
64
Chapter 64. Pilihan Yang Berat
65
Chapter 65. Sambil Menunggu
66
Bertemu Ibu Ghita
67
Episode 67.Zona Nyaman
68
Chapter 68.Grup Mama Muda
69
Chapter 69. Mantan Anna
70
Chapter 70. Kerjasama
71
Chapter 71. Sikap Pak Edwing Yang Menjengkelkan
72
Chapter 72. Biarkan Dulu
73
Chapter 73. Cinta Lama
74
Chapter 174. Satria Atau Edwing
75
Chapter 175. Pesona Edwing
76
Chapter 176.Kejutan
77
chapter 77. Anna Dan Edwing Menikah Dan Hidup Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!