Kenapa aku merasa takdir begitu kejam terhadap ku?selalu memposisikan ku dalam perasaan kehilangan. Sakit, sesak, dan hampa rasanya di tinggalkan oleh orang-orang yang kita sayang.
...~Lidya Anggraeni~...
***
Melangkahkan kaki nya terus berjalan di bawah guyuran air hujan yang begitu deras seakan
mewakili perasaan nya saat ini, menyusuri jalan trotoar kini dia tidak lagi memiliki keluarga, kini ia hidup sebatang kara. Ayah nya sudah meninggal 3 tahun yang lalu, setelah kepergian ayah nya ia hidup bersama sang bunda tapi, setelah kepergian ayah nya bunda pun menjadi sering sakit-sakit an dan pada akhirnya dia apun pergi menyusul sang ayah.
Takdir begitu kejam bukan? memberi jalan hidup yang begitu sulit untuk nya pertama kepergian sang ayah lalu sang bunda, ia tersenyum getir mengingat takdir hidup nya sungguh tidak adil pikir nya.
"Aaahhhh!!....." Lidya berteriak sekencang-kencangnya di jalan trotoar di bawah guyuran hujan, sungguh malang nasib nya.
"Apa salah ku Tuhan? Dosa besar apa yang pernaha ku lakukan? Di mana letak titik dosa terbesar ku?Sehingga engkau memberi cobaan yang begitu amat menyakitkan untuk ku." Teriak nya lagi di jalan yang
sepi, hanya ada beberapa saja kendaraan yang berlalu lalang karena memang sudah menjelang magrib dan cuaca pun sedang hujan deras.
"Apa aku tak memiliki hak untuk hidup bahagia?Coba kau tunjukan di mana letak dosa terbesar
ku dimana?" lirih nya.
"Ayah...bunda....kenapa kalian pergi tanpa membawa Lidya hikss..."
"Bawa Lidya bersama kalian juga hikss... Lidya gak sanggup hidup tanpa kalain hikss..." Lirih nya sambil terus terisak.
"Sakit Yah.. Bun.. dada Lidya terasa sesak hikss..." Lirih nya sambil memukul-mukul dada nya yang terasa sesak.
Sekuat apa pun seseorang, setegar apa pun dia dalam menghadapi cobaan nya pasti ada titik terlemah nya, kita hanya lah manusia biasa bukan malaikat. Di sini lah titik terlemah nya seorang Lidya Anggraeni, ia dikenal sebagai gadis yang kuat, dewasa, dan juga sederhana tapi apa lah daya ia juga manusia biasa yang akan lemah ketika cobaan yang ia terima teramat menyakitkan.
"Lidya!!...." Teriak seseorang di seberang jalan sambil memegangi payung nya sambil berlari menghampiri Lidya.
Lidya menoleh kearah sumber teriakan yang memanggil nama nya, seorang gadis yang tak kalah cantiknya dari dirinya sedang berlari kearah nya sambil memegangi payung nya raut wajah kekhawatiran terlihat jelas dari wajah nya. Bagai mana tidak khawatir keadaan Lidya saat ini memang patut untuk di khawatir kan badan yang basah kuyup mata yang sudah membengkak berdiri di pinggir jalan sepi di bawah guyuran hujan penampilan nya berantakan.
"Kenapa kamu malah hujan-hujan an gini sih Lid?" tanya nya setelah dia berada di hadapan Lidya dan segera memayungi nya.
"Ayo pulang kamu bisa sakit jika seperti ini." imbuh nya kemudian. Karena Lidya tak kunjung menjawab nya dia dengan sigap menarik Lidya dari sana menuju mobil yang terparkir di sebrang sana, terlihat seorang pria tampan yang sudah menunggu mereka ternyata segera membuka kan pintu mobil untuk mereka segera masuk.
Setelah mereka masuk kedalam mobil, mungkin karena Lidya sudah sangat lelah ia tertidur dalam keadaan badan nya yang basah kuyup. Tunggu tidur? tidur atau pingsan? gadis di samping nya mencoba membangunkan nya dengan menepuk-nepuk pipinya tapi Lidya tak bergeming dia masih menutup mata nya
"Lid,,,Lidya!!" panggil nya sambil terus menepuk-nepuk pipi Lidya tapi dia tak kunjung bangun juga. Raut wajah gadis itu sudah berubah jadi semakin panik.
"Ki, Lidya pingsan." kata nya penuh dengan kekhawatiran.
"Hah,,,, terus gimana kita bawa Lidya ke rumah sakit saja kalo gitu."
"Iya ayo cepetan!" titah nya penuh dengan kepanikan nya.
"Sar kenapa Lidya jadi gini sih? dia memang sedang dalam keadaan berduka tapi tak seharusnya dia menyakiti dirinya sendiri." tanya nya.
"Udah kamu gak usah banyak nanya dulu sekarang yang terpenting kita sampe rumah sakit secepatnya." titah nya.
"Iya."
Ya, kedua orang itu adalah sahabat Lidya Rifki dan Sarah jika Lidya berpikir bahwa dia hidup sendiri tidak memiliki siapa-siapa lagi maka dia salah Rifki dan Sarah ada untuk dia sebagai sahabat nya.
Tak selang berapa lama mereka sudah samapi di rumah sakit terdekat, Lidya segera di rebahkan di bankar dan segera di bawa oleh para perawat Sarah dan Rifki mengikuti nya dan mereka berhenti tepat di depan pintu yang bertuliskan di atas nya UGD, Ya Lidya di bawa ke UGD dan segera di tangani oleh dokter.
Sementara Lidya di dalam ruangan sedang menerima penanganan dari dokter dan para perawat juga ada di sana, di luar ruangan dua orang yang sedari tadi masih setia menunggu kabar terlihat sangat khawatir Sarah sudah tak kuasa lagi menahan bulir bening nya ia sudah menangis sedarai tadi, sementara Rifki dia mondar-mandir tidak jelas karena perasaan nya tak karuan sejak tadi. Rifki melihat Sarah yang duduk dan terisak sejak tadi rasa nya ia juga ingin menangis tapi ia tahan sekuat mungkin.
Ceklek...
Pintu ruangan itu terbuka dan seorang dokter keluar dari sana, Sarah pun langsung menghampiri dokter tersebut dan menghujami banyak pertanyaan kepadanya. "Dok bagaimana keadaan teman saya? apa dia sudah sadar? apa dia baik-baik saja atau ada hal serius yang terjadi pada nya?" Tanya Sarah bertubi-tubi.
Rifki yang mendengar Sarah menghujami dokter dengan pertanyaan nya yang bertubi-tubi hanya bisa menghela nafas nya, karena dia sendiri juga mungkin akan melakukan itu tapi Sarah sudah mendahului nya.
"Begini mbak teman mbak baik-baik saja dia hanya perlu istirahat selama 3 hari ke depan ini, pasien akan kami pindah kan ke ruang rawat setelah pasien sadar nanti karena kami tadi memberi nya obat jadi kita tunggu efek obat nya hilang dan pasien sadar dulu." jelas dokter tersebut.
Rifki dan Sarah menghela nafas lega "Syukur lah dia baik-baik saja." ucap Sarah.
"Tidak perlu terlalu khawatir pasien hanya perlu istirahat, menjaga pola makan nya saja dan jangan lupa juga untuk meminum obat dan vitamin yang saya resep kan nanti silahkan di tebus obat nya." ucapan nya "kalian sudah bisa menemui nya tapi jangan sampai mengganggu istirahat nya tunggu sampai pasien sadar sendiri nya."jelas nya.
"Baik dok, biar saya nanti tebus obat nya." ujar Rifki.
"Baiklah saya permisi dulu mbak,,,mas." tutur dokter tersebut dan berlalu dari sana.
Rifki pergi untuk menebus obat yang di resepkan oleh dokter tersebut, sementara Sarah masuk kedalam ruangan itu karena sudah tidak bisa sabar menunggu lagi di luar toh kata dokter juga boleh asal jangan mengganggu istirahat nya saja.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading
Jangan lupa berikan dukungan nya 🥰🥰🥰
Follow juga Ig athor: @mirnaazahra14
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Xianlun Ghifa
lanjut
2021-11-18
0
Aprilianana
likeeee😁
2021-11-07
0
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
like dan semangat thor👍
2021-09-02
1