Tubuh wanita itu menggeliat tatkala merasakan ada sesuatu yang menyentuh pipinya. Matanya mengerjab dan sedikit memincing ketika sinar matahari mulai menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar yang terasa begitu menusuk kornea matanya.
"Selamat pagi Sayang!"
Ucapan selamat pagi dari seorang lelaki terdengar begitu lembut di telinga Dita. Siapa lagi lelaki itu jika bukan Dewa, suaminya. Dita mengulas sedikit senyumnya dan mulai menggeser tubuhnya untuk bersandar di head board ranjang sembari mengikat rambutnya asal.
"Pagi juga Sayang. Kamu sudah siap ke kantor?"
Dewa tersenyum simpul. "Iya Sayang, hari ini aku ada meeting pagi bersama relasi." Dewa mengusap pipi Dita dengan lembut. "Tubuh kamu nampak kelelahan Sayang, apakah di rumah ini kamu selalu melakukan aktivitas yang berat?"
Dewa sedikit penasaran dengan tubuh sang istri yang sering kali terlihat begitu lelah di saat sedang bangun tidur. Layaknya seseorang yang tenaganya begitu terforsir. Bahkan ia sering mendengar sang istri mengeluh tubuhnya terasa lelah tiada terkira.
Dita hanya tersenyum kecut. Di dalam hati ia membenarkan sebagian yang dikatakan oleh suaminya ini.
Jelas saja aku terlihat lelah karena hampir tiap malam sebelum kamu pulang, aku selalu berolahraga malam dengan Damar. Lelaki itu sungguh perkasa sampai-sampai membuatku kelelahan.
"Aaahhhh... Mungkin itu semua hanya perasaanmu saja Sayang. Aku baik-baik saja."
Dahi Dewa sedikit mengerut. "Benarkah seperti itu Sayang? Aku merasa tubuh kamu begitu kelelahan, namun raut wajahmu nampak berseri-seri. Apakah saat ini kamu sedang berbahagia?"
Dita tergelak. Ia kemudian merapatkan tubuhnya di dekapan sang suami. "Jelas aku sangat bahagia Sayang. Mendapatkan seorang suami seperti kamu yang tampan, kaya, dan pastinya sangat mencintaiku. Aku sangat bahagia Sayang."
Mendengar ucapan sang istri membuat hati Dewa berbunga-bunga. Ia teramat bahagia melihat Dita yang bisa bertahan di sisinya meskipun saat ini keadaannya tidak lagi sempurna. Ia mengecup pucuk kepala Dita dengan penuh kasih. "Aku juga berbahagia mendapatkan seorang istri seperti kamu, Sayang. Terimakasih karena kamu masih bertahan di sisiku meskipun aku belum bisa sepenuhnya membahagiakan kamu."
Dita tersenyum miring.
Dasar lelaki bo*doh. Siapa juga yang mau bertahan di sisimu? Aku bertahan di sisimu karena kamu adalah sumber uangku. Sedangkan untuk urusan ranjang, kamu salah besar jika menganggapku setia kepadamu. Aku sudah memiliki partner bercinta yang bisa selalu memuaskanku. Jadi berapa lama kamu terkena impoten itu, aku sama sekali tidak perduli karena Damar sudah memberikan apa yang aku butuhkan.
"Sayang, rasa-rasanya aku ingin tidur seharian, kamu turun sendiri ya. Aku masih ingin berada di dalam kamar."
Dewa mengusap kepala Dita sembari tersenyum manis. "Baiklah Sayang, nanti aku akan meminta bibi untuk membawakanmu sarapan pagi."
"Terimakasih banyak suamiku!"
"Sama-sama istriku!"
Dewa melenggang pergi meninggalkan kamar untuk menuju ruang makan yang pastinya sudah ada oma Widuri yang menunggunya.
"Selamat pagi Oma!"
Oma Widuri menoleh ke arah samping dan menyambut kehadiran sang cucu dengan senyum yang merekah. "Selamat pagi cucuku yang paling tampan. Ayo duduk! Kita sarapan bersama."
Dewa mengangguk perlahan dan mulai mendaratkan bokongnya di atas kursi makan. Oma Widuri sedikit keheranan melihat sang cucu yang sendirian menuju ruang makan.
"Istri kamu di mana Wa? Kok tidak ikut sarapan?"
Dewa mengambil dua centong nasi untuk mengisi piringnya. Ia tambahkan semur daging dan juga tumis kangkung dan perlahan mulai ia masukkan ke dalam mulutnya. "Dita sedang malas keluar kamar, Oma. Katanya, dia ingin seharian berada di dalam kamar."
Oma Widuri yang sedang menikmati sarapan paginya sedikit terperangah. "Istrimu sakit Wa?"
"Tidak Oma. Dita tidak sakit. Dia hanya sedang merasa malas keluar kamar."
Oma Widuri mengangguk-anggukkan kepalanya mencoba memahami apa yang diucapkan oleh Dewa. "Oma lihat akhir-akhir ini istri kamu sedikit lebih aneh Wa."
Kini giliran dahi Dewa yang sedikit mengernyit. "Aneh? Aneh bagaimana maksud Oma?"
"Ya, istri kamu itu jadi sering nampak malas-malasan di kamar. Bahkan lebih sering tidur. Seperti wanita yang sedang hamil."
Oma Widuri sengaja menekankan kalimat hamil untuk memancing rasa penasaran Dewa. Ia berharap sang cucu akan bertanya hal yang lebih jauh lagi.
Dewa tergelak. "Oma bicara apa? Bagaimana mungkin Dita hamil, Oma. Bahkan sejak satu minggu dari hari pernikahan Dewa dan Dita sampai sekarang, Dewa tidak pernah berhubungan dengan Dita, lalu bagaimana bisa Dita hamil?"
Oma Widuri menghela nafas dalam. "Ya itu hanya pikiran Oma saja Wa. Oma hanya merasa Dita seperti wanita yang tengah hamil muda."
Dewa terkekeh kecil. "Oma ini ada-ada saja." Dewa meneguk air putih yang ada di hadapannya. Ia beranjak dari duduknya dan mendekat ke arah oma Widuri. Ia peluk erat tubuh sang nenek dan mencium pipinya. "Oma, Dewa berangkat terlebih dahulu ya. Mumpung masih pagi, kalau sedikit lebih siang, jalanan sering macet."
"Baiklah. Hati-hati di jalan Wa. Semoga hari-harimu selalu menyenangkan."
"Terimakasih banyak Oma sayang."
Lelaki berusia tiga puluh tujuh tahun itu perlahan melenggang pergi meninggalkan ruang makan dan menuju mobil yang sudah siap di depan garasi.
"Selamat pagi pak Dewa. Mau berangkat?"
Damar, security rumah oma Widuri dengan senyum sumringah menyambut kehadiran sang cucu majikan. Lelaki berusia empat puluh lima tahun, namun masih terlihat begitu gagah dan tampan. Segala pesona di dalam dirinya lah yang mungkin membuat istri dari majikannya ini mudah untuk ia taklukkan.
Dewa sedikit mengulas senyum. Di mata Dewa, Damar merupakan salah satu pekerja di yang memiliki kinerja yang sangat baik. Sejauh ini, pekerjaan Damar selalu memuaskan.
"Pagi juga pak Damar. Bagaimana keadaan rumah belakangan ini? Cukup aman bukan? Karena saya sering mendengar, akhir-akhir ini sedang marak kasus perampokan."
Dewa tersenyum simpul. "Saya pastikan keadaan rumah tetap aman Pak. Saya akan selalu mengerahkan tenaga dan keahlian saya untuk memastikan bahwa rumah pak Dewa selalu aman."
"Bagus kalau begitu Pak. Pertahankan agar tetap seperti ini."
"Baik pak Dewa!"
Dewa mulai masuk ke dalam mobil. Ia duduk di bangku kemudi dan mulai melajukan mobilnya. Mobil yang dikemudikan oleh Dewa bergerak pelan dan mulai menghilang dari pandangan mata Damar.
Damar tersenyum simpul melihat bayangan mobil sang majikan dari tempatnya berdiri. Dari raut wajah lelaki itu seperti mengisyaratkan bahwa ia begitu menikmati perannya saat ini. Seorang security yang sekaligus menjadi simpanan istri sang majikan.
Di atas buku nikah, Dita memang milikmu, namun di atas ranjang, sepenuhnya Dita adalah milikku. Kasihan sekali kamu pak Dewa, ketika keadaanmu kembali pulih, kamu hanya akan menikmati sisaku. Karena selama ini, akulah yang menikmati sepenuhnya tubuh istrimu.
***
"Nyonya besar sedang memikirkan apa? Mengapa saya lihat, Nyonya besar begitu gelisah?"
Mbok Darmi, yang merupakan asisten rumah tangga yang sudah sepuluh tahun ikut bersama oma Widuri, nampak sedikit keheranan melihat sang majikan yang sedikit gelisah. Sedari tadi mbok Darmi melihat oma Widuri mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di atas meja.
"Darmi, di mana Kasim? Aku ingin meminta bantuan kepadanya."
"Sebentar ya Nyah, saya panggilkan Kasim terlebih dahulu."
Mbok Darmi menjalankan perintah sang majikan untuk memanggil Kasim yang merupakan tukang kebun di rumah ini. Tak selang lama, mbok Darmi kembali menemui oma Widuri bersama Kasim.
"Nyonya memanggil saya?"
"Sim, aku ingin meminta tolong kepadamu."
"Apa itu Nyah?"
"Tolong pasang CCTV di kamar yang berada di dekat gudang."
Pak Kasim hanya bisa terperangah. Ia sedikit terkejut karena tidak biasanya sang majikan meminta tolong kepadanya untuk hal-hal seperti ini. "Maaf jika saya lancang, Nyah. Namun kalau boleh tahu, untuk apa CCTV di kamar itu Nyah?"
Oma membuang nafas sedikit kasar. "Sudah, lakukan saja apa yang menjadi kemauanku ini Sim. Dan ingat, pasang CCTV itu di tempat yang tersembunyi. Dan pastikan tidak ada seorang pun yang tahu."
"Baiklah Nyah. Saya akan melakukannya."
"Bagus Sim, untuk pekerjaan ini, aku akan memberikan bonus untukmu. Dan aku akan me......"
Hoekkk... Hoekkk.... Hoeekkkk...
Ucapan oma Widuri terpangkas tatkala mendengar suara seorang wanita yang sedang muntah-muntah. Dahi oma Widuri sedikit mengernyit. "Darmi, kamu mendengar suara itu juga bukan? Siapa yang muntah-muntah di pagi hari ini?"
Mbok Darmi mulai menajamkan indera pendengarannya. "Sepertinya dari kamar tuan Dewa, Nyah."
Senyum manis tetiba terbit di bibir oma Widuri. Ia merasa sangat bahagia mendengar Dita muntah-muntah. Ini bisa menjadi satu jalan untuk membuktikan bahwa saat ini Dita sedang berbadan dua.
Bagus, aku pastikan sebentar lagi kamu akan menerima balasannya Ta. Namun aku akan tetap memasang CCTV di dalam kamar itu. Aku harap hal itu dapat memperkuat bukti yang aku punya, untuk menyingkirkanmu dari kehidupan cucuku. Dewa, meskipun nantinya hal itu akan sangat menyakiti hatimu, Oma harap kamu bisa kuat dalam menghadapinya. Dan untuk kamu Ta, kamulah yang sudah bermain api, maka bersiaplah jika sampai api itu akan membakar tubuhmu dengan sendirinya.
.
.
. bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
💗vanilla💗🎶
semangat oma
2024-03-02
0
Ferra Yhanti
hebat Oma 👍💪 selamat menikmati Dita 🤭
2023-01-29
0
Novianti Ratnasari
bagus Oma.
2022-07-01
0