Akhirnya hari yang ditunggu oleh kedua orang tua datang juga. Hari pernikahan kedua anaknya. Pernikahan Mandala dan Emilia.
Acara ijab qabul berjalan dengan lancar. Mandala begitu lancar saat menyebutkan nama lengkap istrinya. Tak rugi mereka bermusuhan selama ini. Karena sering bertengkar, Mandala sering menyebut nama Emilia dengan lengkap saat dia sedang geram akan tingkah ajaib perempuan itu.
Sekarang keduanya sudah sah menjadi suami istri. Semua proses telah dilalui. Dari proses ijab qabul sampai acara resepsi yang di gelar secara megah dan meriah di sebuah ballroom hotel berbintang milik Pak Rama.
Pukul sepuluh malam acara baru selesai. Semua tamu sudah meninggalkan hotel termasuk kedua orang tua sang pengantin. Kini tinggal kedua pengantin yang masih tinggal di hotel. Sebuah suite room sudah Rama siapkan untuk malam pertama putranya.
Emilia duduk di tepi ranjang sambil meremas tangannya. Walau bagaimanapun dia tidak bisa menghilangkan rasa gugupnya. Setelah masuk ke kamar, Mandala langsung masuk ke kamar mandi. Sampai sekarang, sudah hampir setengah jam dia belum juga keluar.
Emilia beranjak berdiri melangkah ke depan kaca meja rias disana. Tangannya diulurkan ke belakang untuk membuka rit gaunnya.
Susah sekali, umpatnya. Dari tadi dia hanya bisa membuka sedikit rit gaunnya. Ingin ke bawah lagi tapi susah sekali menggerakkan benda itu turun. Rasanya Mili ingin langsung menyobek gaun yang dipakainya. Tapi jiwa waras dan rasa sayang setelah melihat berapa uang yang di keluarkan untuk membeli gaun ini, membuatnya mengurungkan niatnya.
Mili segera berbalik saat dari kaca terlihat bayangan Mandala yang sudah keluar dari kamar mandi sedang memperhatikannya. Entah sejak kapan dia berdiri disana. Mili tidak ingin Mandala melihat punggung polosnya yang sedikit terbuka. Enak saja, batinnya.
Mandala berjalan ke arah Mili. Makin lama makin dekat jarak keduanya. Antara takut dan juga gugup, itu yang Mili rasakan saat ini.
"Ka-kau mau apa? Jangan mendekat...jauh-jauh sana...hus...hus...hus...!!!" Mili seolah mengusir seekor kucing.
Mandala mengeluarkan seringai iblisnya. Bukannya menjauh, Mandala semakin maju. Maju terus pantang mundur mengikuti langkah Mili yang mundur ke belakang.
"Berhenti disitu!" Bentak Mili saat dia tidak bisa melangkah lagi. Punggungnya sudah membentur meja rias. Tak bisa mundur lagi.
"Kenapa? Takut?"
Sekarang Mandala sudah berdiri tepat di hadapan Mili. Tangannya menjulur ke belakang tubuh Mili.
Sreeet....terdengar suara benda bergeser.
"Hei...mau apa kau? Jangan macam-macam!" Suara Mili sedikit melunak karena sekarang dia berada di dada Mandala. Wangi aroma sabun terasa mengganggu indra penciuman Mili.
"Sudah selesai!" Ucap Mandala saat dia sudah berhasil membuka rit gaun Mili dengan sempurna. Mandala segera menjauhkan tubuhnya.
"Mandilah..setelah itu aku akan melahap mu!" Goda Mandala.
"Jangan bermimpi!" Mili berjalan menghadap Mandala. Karena punggungnya sudah terespos dengan sempurna sekarang. Dia tidak ingin Mandala melihatnya.
Karena terlalu fokus dengan Mandala, Mili tidak menyadari bahwa pintu kamar mandi dalam keadaan tertutup.
Dugh...kening Mili membentur pintu.
"Auw...!" Pekik Mili kesakitan sambil mengusap keningnya. Dia melupakan punggungnya yang bebas dilihat oleh Mandala.
"Hati-hati istri ku kalau jalan!" Teriakkan Mandala menyadarkan Mili.
Mili segera membuka pintu kamar mandi dan masuk. Braaakkk....Mili membanting pintu dengan keras. Setelah itu dia mengumpat di dalam kamar mandi.
Mandala senang melihat wajah kesal Mili. Tapi senyumnya sirna saat ada yang bergejolak di bagian bawahnya.
"Shiittt...," umpatnya. Juniornya bangun hanya dengan melihat punggung Mili.
Hampir satu jam Mili belum juga keluar dari kamar mandi.
"Istri ku, kamu mandi atau tidur di dalam? Ini sudah satu jam kamu di dalam!" Teriak Mandala dari luar.
"Bukan urusan mu!" Balas Mili dari dalam.
"Ayolah buruan keluar! Aku sudah ngantuk!" Teriaknya lagi.
"Tidurlah. Aku tidak menyuruh mu untuk menunggu ku!"
"Kau lupa ini malam pertama kita. Atau kau juga melupakan bahwa sekarang kau sudah menjadi istri. Istri dari seorang Mandala!"
"Ya...aku lupa. Saat ini aku sedang amnesia. Sebaiknya tidurlah dulu. Jangan menunggu ku. Dan jangan mengharap malam pertama dari ku!"
"Lalu aku harus melakukan malam pertama dengan siapa kalau bukan dengan istri ku? Ayolah Mili, keluarlah. Aku sudah tidak sabar!"
"Bodo amat!!!"
"Kalau kelamaan nanti bulu-bulu mu rontok semua Mili. Bulu yang di atas, bulu yang di bawah, bahkan yang di sela-sela juga ikut rontok. Mau kamu?"
"Aku ini manusia bukan binatang berbulu Mandala!" Geram Mili dari dalam.
Setelah itu tak ada perbincangan lagi.
Mandala diam. Mili pikir Mandala sudah tidur karena sebelumnya Mandala bilang dia sudah mengantuk.
Mili membuka pintu pelan. Tak ingin membangunkan Mandala yang disangkanya sudah tidur. Mili mengambil tasnya. Mengeluarkan crem malam. Dia duduk di depan meja rias yang berada di sebelah ranjang. Selesai memakaikan semua yang biasa ia pakai sebelum tidur, Mili beranjak berdiri. Ia melangkah ingin menuju ke sofa di dekat pintu. Rencananya malam ini ia akan tidur disana.
"Mau kemana?" Mandala yang tidur di dekat meja rias, menahan tangan Mili yang ingin pergi. Sebenarnya tadi dia hanya pura-pura tidur saja. Tapi karena melihat Mili yang akan menuju sofa, terpaksa dia harus menahannya.
"Aku mau tidur di sofa malam ini. Atau kau saja yang tidur disana?"
Mandala bukannya menjawab, dia justru menarik tangan Mili. Membuat Mili jatuh di atas badannya dan langsung menguncinya dengan memeluk pinggang Mili.
Mili terus saja meronta di dekapan Mandala.
"Lepasin nggak?"
Cuuuppp...Mandala mencium bibir Mili. Hanya sebuah kecupan sebentar. Mili membelalakkan matanya.
"Kau...kenapa berani mencium ku seenak jidat mu?"
"Kenapa? Kau istri ku. Apapun yang ada pada mu adalah milik ku. Salah mencium milik sendiri?"
"Kau...jangan pernah bermimpi bisa memiliki ku?" Mili masih saja bergerak-gerak di atas tubuh Mandala. Membuat Mandala tersiksa karena harus menahan hasratnya.
"Diam atau aku akan melakukannya sekarang!" Ancam Mandala untuk menghentikan gerak Mili di atasnya.
Berhasil. Mili diam. Mandala tersenyum. Dia melupakan bahwa yang dihadapinya seorang Mili. Melihat Mandala lengah, Mili langsung menggigit lengan Mandala yang masih bisa dijangkaunya.
"Auw...Mili sakit!"
"Rasain!" Gantian Mili yang tersenyum puas. Dia juga akhirnya bisa bebas karena Mandala melepas pelukannya.
Mili berdiri tapi lagi-lagi Mandala menariknya. Sekarang gantian Mandala yang berada di atas tubuh Mili. Mandala mengungkung tubuh Mili. Menjadikan kedua tangan dan lututnya sebagai penopang agar tidak menindih Mili.
Tak bisa bergerak, itu yang Mili rasakan saat ini. Ketakutan pun seketika muncul dari wajahnya. Mandala bisa melihatnya.
"Puas...hari ini kamu sudah menggigit tangan ku dua kali di tempat berbeda!"
"Hari ini kamu juga sudah mencium diri ku dua kali di tempat yang berbeda! Mili membela dirinya.
"Baik...artinya kita impas?" Tanya Mandala.
Mili menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Minggir. Aku mau tidur!"
Mandala segera membuang tubuhnya ke samping dan langsung memeluk tubuh Mili yang masih terlentang.
"Singkirkan tangan mu! Aku mau tidur di sofa!"
"Diam dan tidurlah. Jangan ganggu tidur ku atau kau ingin aku menyantap mu sekarang!"
Tak ada jawaban. Mili juga sudah terlalu lelah untuk terus bertengkar. Rasa ngantuk sudah menyerangnya. Secepat kilat dia sudah tertidur.
Melihat Mili yang hanya diam saja. Mandala menaikkan wajahnya. Dilihatnya wajah cantik itu sudah terlelap. Mandala tersenyum. Dia tidak menyangka akan menikahi Mili yang sejak kecil selalu bertengkar dengannya. Menikah dengan musuh abadinya. Entah seperti apa perjalanan kehidupan rumah tangganya selanjutnya.
Mandala mencium kening Mili sebelum dirinya ikut terlelap di sampingnya.
Ada yang penasaran tidak, kenapa Mandala bilang Mili telah menggigitnya dua kali begitupun dengan Mili yang mengatakan Mandala juga menciumnya dua kali?
Jawabannya...
Setelah selesai mengucapkan ijab qabul, semua menyuruh Mili untuk mencium tangan Mandala.
Dengan rasa enggan dan terpaksa Mili melakukannya. Senyum puas jelas terpancar di bibir Mandala. Tapi seperti biasa hanya berlangsung sebentar karena setelah itu ia merasakan sakit di punggung tangannya. Kali ini Mili bukannya mencium tapi menggigit tangannya. Siaaalll.
Acara selanjutnya setelah Mili mencium tangan Mandala. Kini gantian Mandala yang mencium kening Mili. Haruskah Mandala membalasnya dengan menggigit kening Mili. Tentu saja Mandala masih waras untuk tidak berbuat begitu. Mana mungkin dia menggigit kening Mili di depan banyak orang. Orang akan berpikir dia drakula jika berbuat begitu.
Setidaknya sakitnya berbuah manis dengan bisa mencium Emilia. Kenapa dia bisa merasa sesenang ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Sita Sit
aku suka bgt kisah Mandala mili udah beberapa kali baca gak bosen
2023-01-30
0
Anggi
😍😍😍😘
2021-10-19
0
Potato Peach
Pasangan kocak saling balas perbuatan seru bgt😄😄😄
2021-10-17
0