Kalian sama saja

Semua mata menatap tajam ke arah dua orang yang menjadi tersangka utama itu bergantian.

"Bohong...semua itu bohong. Ayah, Ibu, jangan percaya dengan yang dia katakan. Aku tidak hamil. Beneran!"

"Jangan bilang kamu sudah menggugurkannya. Kenapa kamu setega itu? Bukankah aku sudah bilang, aku akan bertanggung jawab!"

"Kau...tutup mulutmu atau kucekik kau sekarang!" Mili sudah beranjak berdiri dan langsung mencekik leher Mandala.

"Hei, lepas...kalau aku mati, anak kita akan menjadi yatim sebelum melihat indahnya dunia ini!" Dalam hati Mandala sedang bertepuk tangan.

Rasakan apa yang kurasakan kemarin, batinnya bersorak.

Mandala segera menggenggam tangan Mili yang ada di lehernya.

"Kau tahu, aku merindukan sentuhan tangan lembutmu ini. Apa semudah itu kamu melupakan malam-malam indah yang sudah kita lewati bersama?"

"Kau...!!" Mili sungguh geram.

Mandala bersorak hore di dalam hatinya. Senyum tipis diperlihatkan olehnya. Sangat tipis hingga tidak ada yang bisa melihatnya selain Mili tentunya.

Namun kesenangannya langsung lenyap begitu saja saat dia mendengar suara seseorang yang berdiri di belakangnya.

"Jadi, semua itu benar! Kemarin kamu bilang wanita ini telah berbohong. Tapi barusan aku mendengarnya sendiri. Ternyata apa yang dia katakan tentangmu itu benar. Kamu pria brengsek!"

"Kinan!" Mandala terkejut dengan kehadiran Kinan disini. Mandala ingin mendekat tapi Kinan menyuruhnya berhenti dengan isyarat tangannya.

"Kemarin perempuan ini bilang, kalian sudah melewati malam-malam yang indah bersama. Tapi waktu itu kamu menyangkalnya. Tapi sekarang kamu malah bilang dia sedang hamil. Mengandung anak darimu. Kamu benar-benar pembohong. Awalnya aku ingin mempercayaimu, kembali bersama memperbaiki hubungan kita tapi sepertinya itu tidak mungkin, semua sudah berakhir." Kinan berkata di tengah isak tangisnya.

Semua yang berada disana mendengarkan apa yang dikatakan Kinan dengan jelas. Semua sangat terkejut kecuali orang tua Mandala. Karena Mandala sudah menceritakan apa yang terjadi sebelumnya yang membuat hubungannya dengan Kinan kandas.

Itu sebabnya saat Lesmana mengajaknya makan bersama, Rama menolaknya. Namun mungkin ini memang sudah jalannya harus berakhir begini.

Pak Bayu dan keluarganya merasa tidak enak sendiri mendengar semua itu. Bukankah itu adalah sebuah aib yang harus ditutupi dari orang luar. Tapi mereka justru berada disana.

"Sebaiknya kami pergi dari sini sekarang. Permisi Pak Lesmana, Pak Rama!"

"Maaf atas ketidaknyamanan ini. Anda juga harus mendengar aib keluarga kami. Saya benar-benar tidak enak!" Permintaan maaf terlontar dari mulut Lesmana.

"Tidak masalah Pak Lesmana. Setiap keluarga punya masalahnya sendiri. Mungkin kita tidak ditakdirkan menjadi besan!" Setelah berjabat tangan, Keluarga Bayu undur diri.

Mili sangat marah. Setelah melihat keluarga Pak Bayu pergi, amarah Mili langsung meledak. Jangan harap Mandala akan lolos dari amarahnya.

Kinan pun setelah mengatakan itu segera pergi. Awalnya dia bermaksud menemui Mandala di rumahnya. Dia ingin mempercayainya dan memintanya untuk kembali. Tapi sesampainya di rumah Mandala, Kinan tak menemuinya. Kata pembantu di rumahnya, Mandala makan di luar dengan kedua orang tuanya. Setelah meminta alamat restorannya, Kinan bergegas menyusulnya. Tapi lihatlah...apa yang ia dapat setelah sampai di sana. Sebuah pengakuan yang begitu menyakitkan menghantam hatinya. Dadanya langsung sesak seperti tertimpa batu besar.

"Kinan tunggu!" Mandala mencoba mengejar Kinan. "Aku hanya ingin membalas perempuan ini karena itu aku berbohong. Percayalah!" Teriak Mandala yang berhasil menghentikan langkah kaki Kinan. Kemudian Kinan berbalik menatap Mandala.

Yes, berhasil. Sekarang aku tinggal merayunya saja, pikir Mandala dengan senyum yang sudah terbit di bibirnya.

Mandala ingin mendekati Kinan. Baru langkah pertama, ada tangan yang sudah menahan lengannya.

"Mau kemana? Setelah berhasil mengacaukan hidupku, sekarang kamu ingin pergi begitu saja. Pergi mengejar perempuan lain. Hik..hik..hik..!!" Tangis Mili menghayati.

"Seandainya kamu membiarkanku bersama pria lain, pasti kamu bisa bersama dengan kekasihmu lagi. Kamu tidak perlu bertanggung jawab atas kehamilanku ini. Kamu jahat Mandala!" Lanjut Mili semakin terisak.

Kinan yang masih memandang sepasang manusia yang berada di hadapannya merasa muak. Cukup sudah. Dia tidak tahan lagi melihat keduanya. Secepat kilat Kinan berbalik dan segera pergi. Mandala tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa memandang punggung Kinan yang semakin lama semakin menghilang.

Kedua orang tua mereka hanya bisa geleng kepala. Sekarang semua tahu bahwa apa yang anak mereka ucapkan hanyalah suatu kebohongan. Mereka tak habis pikir, dimana otak anak mereka. Kenapa bisa bercanda sejauh ini. Sekarang nama baik keluarga mereka sedang dipertaruhkan.

Apalagi orang tua Mili. Mereka dari pihak perempuan. Pastilah akan berdampak besar bagi masa depan Mili jika kabar ini sampai tersebar luas. Lesmana benar-benar geram. Dia kecewa dengan putri kesayangannya itu.

"Kita pulang sekarang!" Lesmana memerintahkan keluarganya untuk pulang.

"Mas Lesmana tunggu! Sebaiknya kita bicarakan masalah ini di tempat saya. Bagaimanapun semua ini harus segera diselesaikan!"

"Baiklah."

Dan disinilah mereka semua berada. Di ruang tamu rumah Pak Rama.

*flasback off*

"Gara-gara kamu semua jadi begini!"

"Kau dulu yang memulainya." Bantah Mandala.

"Lihatlah kau sudah mengacaukan hidupku. Dasar pengacau!" Bentak Mili.

"Kau yang pengacau!" Tak kalah tingginya.

"Kau!"

"Sudah-sudah cukup. Diam semua. Kalian sama saja!" Akhirnya kesabaran Rama habis sudah. Menghadapi dua sosok di hadapannya ini, dia tidak bisa bersikap lembut lagi. Dia harus tegas dan keras pada keduanya.

"Kita nikahkan mereka. Secepatnya!" Akhirnya Rama memutuskan hal itu. Mungkin dengan menikahkan keduanya, mereka bisa hidup berdampingan dengan rukun.

Orang tua yang lain menyetujuinya. Mungkin mereka mempunyai pemikiran yang sama.

***

Tanggal pernikahan sudah ditetapkan Rencananya sebulan lagi mereka akan menikah. Kedua orang tua menyambut dengan antusias pernikahan anak-anaknya. Dulu mereka memang berencana ingin menjodohkan anak-anak mereka. Namun melihat hubungan anak-anak mereka yang tidak pernah akur, memupuskan harapan mereka untuk berbesanan. Namun hal yang sebelumnya tidak mungkin untuk terjadi itu, justru sekarang akan segera terwujud. Akhirnya sebentar lagi mereka bisa berbesanan.

Semua rencana pernikahan diatur oleh para orang tua. Mandala dan Mili sama sekali tidak ingin terlibat. Mereka masih belum terima dengan pernikahan itu. Ingin rasanya keduanya kabur. Pergi ke tempat yang jauh hingga tidak ada yang bisa mencarinya.

Keduanya masih berusaha membatalkan rencana pernikahan mereka. Mili berusaha membujuk Ibunya. Siapa tahu Ibunya akan luluh. Karena Mili tahu betapa sulitnya mengubah keputusan Ayahnya itu.

"Bu, tolong Mili. Bujuk Ayah agar membatalkan pernikahan ini!" Rengek Mili saat Ibunya sedang mengantarkan makanan ke kamarnya. Intinya sekarang Mili sedang mogok makan. Ia melakukan protes. Tapi percuma, sudah seharian dia tidak makan, Ayahnya sama sekali tidak peduli. Itulah kenapa Nadine membawakan makanan ke kamar Mili.

"Ibu tidak bisa, Nak. Bercandaan kalian sudah kelewatan. Dan pernikahan ini, ini juga demi kebaikanmu sendiri kelak."

"Kebaikan apa yang Ibu maksud? Ibu tahu, Mili selalu berharap akan menikah sekali seumur hidup. Tapi kalau pasangan Mili itu Mandala sepertinya itu tidak bisa terwujud. Setelah ini mungkin akan ada pernikahan lagi!" Mili menghela napas pelan.

"Hush...jangan ngawur. Berkata yang baik. Karena perkataan itu ibarat doa. Percayalah, setelah kalian menikah, semua pasti berbeda. Yang penting kamu sebagai perempuan harus bisa menjalankan tugas dan tanggung jawabmu sebagai seorang istri. Sama seperti yang Ibu ajarkan padamu selama ini. Jangan kecewakan Ibu, Nak!"

"Tapi Bu..."

"Semua akan baik-baik saja. Percayalah!"

Kali ini Emilia hanya bisa pasrah. Menunggu akan datangnya keajaiban yang bisa menggagalkan pernikahannya.

Di sisi lain, Mandala terus saja membuntuti kemanapun Mamanya pergi. Bekerja pun dia tidak bisa fokus. Pernikahan yang harus dia jalani dengan musuh abadinya, harus bisa ia gagalkan. Mamanya sampai risih dibuatnya.

"Ma...!" Rengek Mandala setelah pulang bekerja.

"Tidak bisa. Semua sudah dipesan. Undangan juga sudah disebar. Jika kamu ingin kabur, silahkan. Tapi jika Mamamu ini tidak berada di dunia setelah itu. Salahkan dirimu sendiri. Karena kamulah penyebabnya!"

Ini kali kesekian Mandala merengek. Namun tetap saja usahanya selalu gagal. Haruskah ia pasrah dan menerima pernikahan ini begitu saja. Lalu pernikahan seperti apa yang akan ia hadapi jika yang menjadi istrinya saja musuh abadinya.

Malam pertama yang selalu diimpikan setiap pasangan, mungkinkah. Kemesraan bagi setiap pengantin baru, bisakah.

Aaahhhh....teriaknya frustasi. Mandala tidak bisa membayangkan apa jadinya dengan kehidupan pernikahannya kelak. Baginya semua terasa suram dan kelam tak ada sinar kebahagiaan. Benarkah?

Malam harinya saat Mandala berdiri di balkon kamarnya ada sebuah tepukkan di bahunya.

"Papa!" Ternyata Rama yang mendatanginya.

"Sedang apa? Pasti sedang membayangkan wajah cantik Mili?" Tebak Rama. Tak digubris oleh Mandala.

"Papa mau apa ke sini?" Mengalihkan pembicaraan.

"Kenapa kamu bersikap kasar sama Papa? Seharusnya kamu berterima kasih sama Papa?"

"Untuk?"

"Berkat Papa akhirnya kamu bisa mendapatkan Emilia!" Ucap Rama bangga.

"Papa tahu sendiri sejak dulu seperti apa hubungan kami berdua. Seharusnya Mandala marah bukannya berterima kasih."

"Benarkah. Emilia itu gadis yang cantik. Dia juga baik. Papa bingung kenapa kamu membencinya?" Ucapan Itu sangat menohok di hati Mandala. Iya, dia sendiri juga bingung kenapa dia sangat membenci Emilia. Mandala hanya diam.

"Kamu sebenarnya membencinya karena kamu tidak suka. Atau kamu membencinya karena kamu sebenarnya mencintainya tapi tak bisa memilikinya? Pikirkan itu!"

Rama menepuk kembali bahu anaknya sebelum pergi.

Sebelum keluar dari kamar Mandala, Rama berbalik dan berteriak...

"Setelah menikah, jadikan dia musuh abadimu di atas ranjang!" Setelah itu pintu ditutup.

Mandala hanya tersenyum mendengar perkataan Papanya. Mandala mulai memikirkan ucapan Papanya barusan.

Terpopuler

Comments

Chandra Dollores

Chandra Dollores

-pukul 1.50 am-

tadinya q cari novel buat pengantar tidur aja setelah kelelahan memimpin goyangan ranjang....

eh kok malah ketemu cerita seru seh..
tinggalkan kasur, ambil posisi, gassss sampe tuntasss..

((alamat dua ronde neh gara2 novel ini bikin mata otak dan stamina on lagi))

2021-10-21

0

Potato Peach

Potato Peach

Seru bgt, gmn kelanjutan rumah tangganya yah pasti kocak bgt🤣🤣🤣👍

2021-10-17

0

Disifa

Disifa

seruuu

2021-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!