Bunda Farah tergesa-gesa menuju pintu rumahnya, saat mendengar bell berbunyi. Ia membuka pintu rumah dan menatap Kimmy yang tersenyum kepada dirinya.
"Eh, Kimmy, Bunda kira siapa," Ucap Farah sambil menyambut tangan Kimmy yang menyalami dirinya.
"Athar nya ada Bun?" Tanya Kimmy sambil melongok ke dalam rumah Bunda Farah.
"Ada di atas, kamu keatas aja sana," Ucap Bunda Farah.
"Ok deh Bun."
Kimmy memasuki rumah itu dan berjalan menuju ke lantai atas, dimana kamar Athar berada.
Terdengar suara musik rock yang kencang dari dalam kamar Athar. Kimmy pun mulai mengetuk pintu kamar itu.
Tok! Tok! Tok!
Namun Athar tak kunjung membuka pintu kamar nya.
Kimmy pun terlihat tidak sabar, ia langsung membuka pintu kamar itu dan memergoki Athar yang sedang berdiri di depan lemari pakaiannya dengan hanya menggunakan pakaian dalam saja tanpa pakaian lengkap.
"Aaaaaaaaaaaaa!"
Athar dan Kimmy berteriak menyaingi bunyi bising dari lagu rock yang diputar oleh Athar.
Athar berlari menuju ranjangnya dan menyambar handuk yang ia taruh di atas ranjang setelah ia memakai pakaian dalamnya. Lalu, ia membalutkan handuk itu ke tubuhnya.
"Kimmy ! apa-apaan sih lu, bukan nya ngetok pintu dulu !" Ucap Athar dengan wajah yang memerah.
"Elu budek, gue udeh ketok-ketok dari tadi tau ! Lu aja yang kagak denger !"
"Lah, terus ngapain lu masuk?" Tanya Athar yang terlihat salah tingkah.
"Gue kagak sabar Malihhhhh..." Ucap Kimmy yang terlihat menahan malu.
"Untung gue udeh pake sangkar burung, kalau enggak, duh... rugi amat gue di liat sama elu."
"Dih, najis.." Ucap Kimmy sambil menutup kembali pintu kamar Athar.
Kimmy kembali ke lantai bawah dengan jantung yang berdebar. Ia memicingkan matanya saat ia baru saja menuruni anak tangga yang terakhir di lantai dasar rumah itu. Sambil berpegangan di pegangan tangga, Kimmy menyentuh dadanya sambil menghela nafas panjang dan menghembuskan nya dengan perlahan.
"Kamu kenapa Kim?" Tanya Bunda Farah yang tiba-tiba sudah berada di samping Kimmy.
"Astaghfirullah !" Jerit Kimmy yang terkejut saat Farah menyapa dirinya.
"Kamu kenapa?" Tanya Bunda Farah lagi.
"Gak apa-apa kok Bun, Ki-Kimmy hanya haus," Ucap Kimmy yang tampak salah tingkah.
"Oh, haus, kamu ambil sendiri ya di dapur, Bunda mau nyiram tanaman dulu."
"I-iya Bun," Ucap Kimmy sambil berjalan ke dapur.
Bunda Farah hanya tersenyum dan berjalan menuju taman di depan rumahnya.
Kimmy meraih gelas dari dalam lemari dan menuangkan air putih dari teko yang berada di atas meja makan. Lalu, ia menenggak habis air tersebut hingga tak tersisa.
"Gila ! Mimpi apa gue liat si Athar begitu !" Gumam Kimmy sambil bergidik ngeri.
Terdengar siulan Athar yang baru saja turun ke lantai bawah. Mendadak saja Kimmy mulai salah tingkah dan beranjak ke wastafel untuk mencuci gelas yang baru saja ia pakai.
Athar yang terlihat tampan dengan menggunakan celana jeans dan kaos berwarna hitam pun menatap Kimmy yang sedang mencuci gelas. Athar tersenyum dan berjalan menghampiri Kimmy.
"Woiiii..!" Teriak Athar tepat di telinga Kimmy.
"Ih..! apaan sih lu ! gue getok juga nih pake gelas !" Ucap Kimmy yang terlihat kesal dengan Athar.
Athar tersenyum dengan manis dan menatap Kimmy dengan lekat.
"Ngeliat lu nyuci gelas begitu di dapur, gue jadi ngebayangin kalau lu jadi istri gue dan gue liat lu lagi nyuci piring dan masak di dapur."
Kimmy terbelalak dan menatap Athar dengan tatapan yang jijik.
"Kenapa? kok begitu mukanya?" Tanya Athar sambil tertawa kecil.
"Hayalan lu ketinggian Thar, hati-hati keserempet pesawat !" Ucap Kimmy sambil meletakan gelas yang baru saja ia cuci di atas rak piring.
"Canda kali," Ucap Athar sambil bersungut-sungut.
"Ya udah, buruan, jadi ke toko buku gak?"
"Iya, ayo.. gue udah siap," Ucap Athar sambil menggandeng tangan Kimmy.
Kimmy langsung melepaskan tangannya dari genggaman tangan Athar.
"Apaan sih !"
Athar tersenyum sambil memamerkan deretan giginya yang rapi dan putih.
"Eh, iya, gue kira pacar, ternyata sahabat. Nasib jomblo ya begini dah," Ucap Athar sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Makin hari, makin aneh lu Thar. Halu lu udah offside !" Celetuk Kimmy.
Athar hanya tertawa jahil sambil merangkul Kimmy.
"Yuk lah, kelamaan lu, ngomel mulu," Ucap Athar sambil menggiring Kimmy ke pintu depan rumahnya.
Terlihat Bunda Farah yang tampak anggun walaupun usianya sudah menjelang lima puluh tahun. Bunda Farah yang senang memakai daster batik panjang dan rambut nya yang berwarna cokelat terang, menoleh ke arah Athar yang sedang merangkul pundak Kimmy.
"Mau pacaran ya?" Tanya Bunda Farah.
Dengan cepat, Athar langsung menurunkan tangan nya dari pundak Kimmy.
"Enggak kok Bun," Ucap Athar yang tampak malu-malu kucing saat mendengar pertanyaan Bunda Farah.
"Halah, pacaran juga gak apa-apa," Ucap Bunda Farah sambil tersenyum menggoda.
"Enggak kok Bun, kita cuma sahabatan kok, iya kan Thar?"
"I-iya," Sahut Athar sambil melirik Kimmy yang terlihat sangat imut dan cantik dimatanya.
Bunda Farah tersenyum geli, bagaimana pun, dirinya pernah remaja. Bunda Farah melihat getaran-getaran cinta di mata dan bahasa tubuh Athar kepada Kimmy. Tetapi, Bunda Farah juga bisa melihat, bila Kimmy hanya menganggap Athar sahabat dan saudara bagi gadis itu.
"Ya sudah, kalau begitu," Ucap Bunda Farah sambil mematikan keran air yang berada di sampingnya.
"Bun, kami pergi ke toko buku dulu ya Bun," Ucap Athar sambil menghampiri Bunda Farah dan mencium tangan Bunda yang sangat menyayangi dirinya itu.
"Iya, hati-hati ya," Ucap Bunda Farah.
"Kimmy pamit ya Bun," Ucap Kimmy.
"Iya, hati-hati, salam buat Mama mu Kim," Ucap Bunda Farah.
"Iya Bunda,"
Kimmy pun memakai helm nya dan menyerahkan kunci Vespanya kepada Athar dan mereka pun pergi meninggalkan rumah itu menuju toko buku.
Bunda Farah menatap kepergian Athar dan Kimmy, ia tersenyum sendiri lalu ia pun duduk di bangku teras rumahnya. Bunda Farah masih ingat betul kejadian hampir tujuh belas tahun silam, saat ia dan Mama Nia sama-sama berjuang di ruang bersalin untuk melahirkan anak mereka masing-masing.
Sejak SMA, Bunda Farah dan Mama Nia seakan tak terpisahkan. Selain dengan kelima sahabat Bunda Farah, ia merasa sangat dekat dengan Mama Nia. Mama Nia punya arti tersendiri bagi Bunda Farah. Mama Nia adalah sahabat yang paling bisa diajak ke semua suasana hatinya. Saat senang, sedih dan juga menggila. Karena Mama Nia sangat loyal dan selalu ada untuk Bunda Farah.
Bunda Farah kembali tersenyum dan menggelengkan kepalanya dengan pelan,
"Perasaan baru saja kemarin hal itu aku lalui, tetapi kini, masa-masa itu sudah menjadi masa untuk anak-anak kami," Ucap Bunda Farah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
susi 2020
🤔🤔🥰😍
2023-06-06
1
susi 2020
🥰🥰😍😘
2023-06-06
1
baby chin
baru nemu cerita yg asyikk gini... gw langsung baca ceritanya dari mulai awal emaknya sahabatan... keren author
2021-07-31
2