“Apa kamu yakin akan menikah denganku?” Tanya Rendra dengan ragu.
“Kalau tidak yakin, mungkin aku menolaknya mas.” Jawab Ayana juga yang sebenarnya nampak ragu. “Lalu, apa mas Rendra juga yakin mau menikahiku?” Ayana mencoba membalikkan pertanyaan yang sama.
Rendra nampak terdiam dan berpikir sejenak. “Ya... Mungkin, aku akan menjawabnya sepertimu Ay.” Kata Rendra yang menggaruk leher bagian belakangnya, dengan nampak bimbang.
“Mas... Kita ada di posisi yang sama. Kita dijodohkan orang tua kita. Kita single parent. Dan kita saling kenal satu sama lain walau itu sekitar tiga belas tahun yang lalu. Aku yakin, orang tua kita akan sangat berhati-hati dengan pilihan mereka, karena kita sama-sama pernah mengalami kegagalan. Mari untuk selanjutnya kita bekerjasama menjadi pelengkap yang baik untuk anak-anak kita.” Ungkap Ayana dengan ketulusan.
“*Ya. Mari kita bekerjasama untuk ke depannya. Demi anak-anak kita.” Rendra-pun nampak setuju. “Jadi, kita akan menikah?”
Rendra memberikan tangannya meminta balasan Ayana untuk menjabat tangannya. Sekian detik Ayana berpikir dan akhirnya ia menerima jabat tangan dari Rendra.
“Iya mas.” Jawab Ayana menganggukkan kepala dan tersenyum*.
...****************...
“Halo? Ya. Jadi kapan kira-kira laptop saya selesai pak?” Rendra berbicara dengan seorang yang ada di ujung sana dengan dihubungkan sinyal ponsel yang menempel pada telinganya. “Jadi masih sekitar satu minggu lagi? Iya pak. Tolong secepatnya. Terima kasih... Selamat siang.” Rendra lalu memencet tombol touchscreen pada layar smartphone-nya dan menaruhnya di meja kerjanya. Dekat dengan laptop Ayana.
Ia melihat jam tangannya, masih pukul sebelas lebih seperempat waktu Indonesia bagian barat, namun pekerjaannya sudah selesai. Sebentar lagi, ia akan istirahat siang di kantor. Ia masih menggunakan laptop Ayana, karena laptopnya masih diperbaiki setelah Bulan tidak sengaja menumpahkan air ke latopnya secara tidak sengaja. Sebenarnya, ia merasa tidak enak pada Ayana karena mungkin akan menganggu pekerjaan Ayana. Pekerjaannya sudah selesai. Tapi masih ada waktu untuk jam makan siang. Ia tiba-tiba penasaran dengan laptop Ayana yang masih menyala di depannya itu. Ayana adalah seorang penulis. Apa saja tulisan yang sudah dihasilkannya? Ia sama sekali belum pernah berkomunikasi dengannya tentang pekerjaan Ayana.
Ia mencoba mencari folder yang berisi tulisan-tulisan yang dihasilkan Ayana. Ia mencarinya disana. Ada beberapa folder dengan judul, kumpulan esai, cerpen dan novel. Ia membuka folder esai. Ada beberapa file word dengan masing-masing judul. Beberapa judul, bertuliskan media yang sudah pernah diterbitkan di beberapa media digital ternama di Indonesia. Ia kembali dan beralih ke folder lain. Cerpen. Isinya hampir sama dengan esai. Beberapa tulisan judul, disampingnya bertuliskan media yang telah memuat tulisan Ayana tersebut. Hanya saja lebih banyak dari esai. Rendra melihatnya, lalu menggelengkan kepalanya.
“Ternyata Ayana memang penulis yang berbakat. Karyanya banyak yang dimuat.” Ucapnya.
Terakhir, ia beralih ke folder novel. Ada beberapa novel dengan judul disana. Berbeda dengan cerpen, novel Ayana dimuat di media aplikasi. Saat Rendra ingin keluar dari folder terebut, ia terhenti dan tak sengaja membaca salah satu judul yang membuatnya ingin tahu lebih jauh. Judulnya ‘Mantan Suami.’
“Ini novel?” Rendra berbicara sendiri. Seolah bertanya pada laptop Ayana.
Rendra meng-kliknya dua kali untuk membuka file tersebut. Saat sudah terbuka ia melihatnya, tidak seperti isi novel biasanya dengan ratusan halaman. Isinya kosong. Hanya ada beberapa paragraf. Ia lalu mulai membacanya. Sebelum sempat ia membaca satu kalimat, tiba-tiba pintu kantornya dibuka secara tiba-tiba dari luar. Rendra amat terkejut dengan itu dan ia segera mengeluarkan file tersebut dengan tergesa-gesa dan kikuk. Willy masuk ke kantornya tanpa mengetuk pintunya terlebih dulu. Rendra berdehem.
“Ada apa Wil?” Tanyanya masih dengan kikuk. Willy yang menyadari kekagokan Rendra itu menjadi curiga.
“Kenapa Ren? Apa kamu sedang nonton film porno?” Tanya Willy tanpa basa basi.
Rendra semakin terkejut dengan ungkapan Willy.
“Tidaklah! Tentu saja tidak!” Tanggap Rendra menaikkan nadanya. “Aku, baru saja menyelesaikan kerjaanku. Ada apa?” Tanya Rendra lagi.
“Oh... Itu ada istrimu menunggu di luar.” Kata Willy?
“Ayana?!” Rendra terperanjat seketika.
“Katanya, dia sudah menghubungimu tapi tidak aktif.” Jelas Willy.
Rendra mengecek smartphone-nya yang ternyata memang mati.
“Oh sial!” Kata Rendra.
“Ini sudah jam istirahat. Bersenang-senanglah.” Ujar Willy dengan menyeringai campur menggoda, lalu ia segera pergi dari kantor Rendra. Rendra nampak kembali kikuk dengan ungkapan Willy tersebut.
...****************...
“Aya?” Rendra menyapa Ayana yang tengah berdiri di luar membelakangi pintu masuk tempat kerja Rendra berada. Saat mendengar namanya dipanggil, Ayana menoleh dan ada Rendra dengan tatapan bingung disana. Ayana tersenyum dan mendekat ke arah Rendra.
“Mas?” Ayana menyapa balik.
“Kamu disini? Anak-anak?” Tanya Rendra bingung.
“Tadi, ibuku kerumah. Membawakan banyak makanan. Aku pikir, mas pasti belum makan kan? Makannya aku membawanya untuk makan siang.” Ayana menunjukkan kotak bekal yang ia bawa dari rumah.
“Anak-anak sedang tidur, makannya aku bisa kesini.” Jelas Ayana dengan menguntai senyum manis di wajahnya.
Mendengarkan Ayana, Rendra lega dan menganggukkan kepalanya beberapa kali.
"Tadi, aku sudah menelfon mas Rendra berulang kali, tapi tidak aktif.”
“Maaf. Aku tidak tahu kalau hp-ku mati. Mungkin batrenya habis.” Jelas Rendra. “Ayo kita kesana Ay.” Rendra menunjuk salah satu kursi panjang berada di bawah pohon besar di samping tempat kerja Rendra. Ayana menyetujuinya. Ia berjalan mengikuti Rendra. Mereka duduk dengan santai disana. Ayana memberikan bekal yang ia bawa pada Rendra.
“Terima kasih.” Kata Rendra. “Tapi, seharusnya kamu tidak perlu repot-repot kesini. Nanti saat aku pulang, aku juga akan memakannya.” Rendra merasa tidak enak.
Ayana menghela nafas pelan. “Sebenarnya, aku kesini bukan cuma karena ini mas.” Ayana berbicara dengan nada ragu. Rendra mengkerutkan alisnya tanda tak mengerti. “Mas Rendra lupa membawa dompet kan?” Tanya Ayana.
Rendra berpikir. Ia seakan teringat sesuatu dan segera merogoh saku bagian belakangnya.
“Ya ampun!” Serunya kemudian. “Kenapa aku baru sadar ya?” Rendra nampak berbicara sendiri lagi.
Ayana tersenyum melihat tingkah Rendra. “Mungkin mas Rendra tadi sedang buru-buru. Akhir-akhir ini, aku lihat mas sibuk sekali?”
“Ya, memang sedang banyak kerjaan di kantor.” Rendra menunjuk ke arah tempat kerjanya. “Terus, apa kamu kesini juga membawakan dompetku?” Tanya Rendra penasaran. Ayana mengangguk beberapa kali menjawab pertanyaan Rendra. Ia mengambil dompet Rendra yang ditaruh di dalam tasnya, kemudian memberikannya pada Rendra.
“Mas, sebenarnya... Tadi dompet mas ada di kasur Bulan.” Kata Ayana dengan ragu. Rendra menoleh ke arah Ayana. “Aku minta maaf. Tadi aku tidak tahu kalau sebenarnya dompet mas ini dibuat mainan sama anak-anak.” Jelas Ayana merasa bersalah. “Aku tadi baru tahu saat aku membersihkan kamar anak-anak. Disana ada dompet mas Rendra, dan isinya berantakan.” Ayana terhenti sejenak.
“Maaf ya mas, kalau aku lancang. Aku tidak sengaja melihat isi dompet mas Rendra.” Jelas Ayana dengan tatapan menyesal. Aku hanya memasukkan semua isi yang keluar dari dompet mas.” Ayana nampak mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya lagi. “Tadi... Aku menemukan ini.” Ayana memberikan sebuah foto pada Rendra.
Foto dengan gambar wajah perempuan cantik. Namun, foto itu sudah sobek menjadi dua. Mungkin memang ulah anak-anak mereka seperti yang telah dijelaskan Ayana tadi. Rendra menerima foto itu dengan amat kikuk. Ia benar-benar malu minta ampun melihat dirinya seperti ini. Itu adalah foto mantan istrinya. Setelah foto itu ada di tangan Rendra, ia salah tingkah.
"Maaf mas, aku yang ceroboh karena tidak tahu. Itu mungkin masih bisa diperbaiki.” Ucap Ayana tulus.
Rendra bingung harus bersikap seperti apa? Foto itu sudah lama sekali. Sebenarnya, Rendra juga baru ingat kalau foto itu masih saja ada di dalam dompetnya. Kali ini, istrinya menemukannya. Ia benar-benar malu saat membayangkannya. Sekarang, apa yang Ayana pikirkan tentangnya? Pasti Ayana berpikir, ia masih mencintai mantan istrinya. Rendra segera meremas-remas foto yang ada di tangannya. Ayana yang melihatnya, terkejut bukan main. Kemudian, Rendra melemparnya ke tempat sampah yang ada di dekat mereka. Ayana melihat foto itu dibuang, lalu ia mengarahkan pandangannya ke Rendra dengan tatapan heran.
“Kenapa dibuang mas?” Tanya Ayana.
“Aku baru ingat kalau ada foto itu tersimpan di dompetku.” Kata Rendra dengan tersenyum canggung.
“Sebenarnya... Foto itu sudah tidak penting lagi untukku.” Rendra mencoba menetralisir rasa malunya di depan istrinya saat ini. Namun, Ayana terus menatap Rendra yang berbicara dengan tatapan kosong.
Rendra menyadari jika Ayana sedang memperhatikannya, lalu ia mencoba mengalihkannya. Ia segera mengambil bekal makanan yang dibawa Ayana.
“Aduh... kamu sudah repot-repot kesini membawa ini, masak dari tadi aku belum mencicipinya.” Kata Rendra mencoba mencairkan suasana walau masih ada kecanggungan disana. Rendra segera membuka bekal yang dibawa Ayana. Ayana lalu tersenyum kaku menanggapi Rendra. “Wah, apa ini? Kelihatannya enak sekali?” Tanya Rendra menunjuk salah satu masakan dari ibu Ayana.
Ayana melihat yang ditunjuk Rendra. “Itu jamur crispy asam manis mas.” Jawab Ayana. “Coba saja, pasti enak.” Tawar Ayana.
Rendra mencobanya. Lalu ia mengembangkan senyumnya. “Iya. Benar-benar enak!” Serunya. “Ternyata keahlian masakmu diturunkan dari ibumu ya? Ini enak sekali.” Puji Rendra sekali lagi.
Ayana hanya tersenyum mendengarnya. Rendra memakan lagi nasi dan lauk lainnya. Ia kemudian melihat Ayana yang duduk di sampingnya sedang menungguinya makan. Rendra mengambil satu sendok dan menyuapkannya pada Ayana. Ayana terkejut saat sendok yang dipegang Rendra mengarah padanya. “Kamu juga harus mencobanya ya.” Kata Rendra dengan mengulas senyumnya. Ayana mengerjap-kerjapkan matanya. Ia tiba-tiba salah tingkah. Lalu, ia melihat ke arah sekitar karena malu. Dengan ragu, Ayana menerima suapan dari Rendra. Rendra tersenyum melihatnya. Ayana yang mengunyahnya, lalu menaikkan alisnya dan ikut menikmatinya.
“Iya. Enak mas.” Kata Ayana. Rendra melanjutkan makannya. Kemudian, ia teringat sesuatu.
“Ay. Laptopmu masih kupakai. Bagaimana?”
“Iya mas. Aku masih belum ada deadline yang harus aku kejar.” Jawab Ayana.
“Tadi, aku melihat karya-karyamu. Ada esai, cerpen dan novel. Ternyata kamu memang bakat sekali menulis.” Puji Rendra kembali. Ayana tersenyum tersipu malu. “Dan tadi... “ Rendra seolah ragu ingin mengatakan sesuatu. “Aku melihat novel dengan judul, ‘Mantan Suami’.” Ucap Rendra yang mendadak membuat Ayana tersentak. Rendra bisa mengetahui dari sikap Ayana. “Maafkan aku kalau aku lancang ya.” Sekarang, gantian Rendra yang merasa bersalah. Ayana yang bingung, lalu mencoba tersenyum.
“Tidak apa-apa mas. Aku hanya ingin menulis dengan judul itu.” Kata Ayana dengan ragu.
“Apa itu nantinya benar-benar berhubungan dengan mantan suami kamu?” Tanya Rendra amat polosnya. Ayana melihat ke arah Rendra dengan tatapan salah tingkah kembali.
Drrrrrt... Drrrrrt... Drrrrrt... Tiba-tiba smartphone Ayana di dalam tas berbunyi. Sebelum sempat Ayana menjawab pertanyaan Rendra, Ayana buru-buru mengambil smartphone-nya dan mengangkat panggilan yang masuk.
“Halo?” Jawab Ayana berbicara dengan orang diseberang sana. “Ibu?” Kata Ayana yang membuat Rendra menoleh ke arahnya. “Anak-anak sudah bangun? Mereka mencari ku?... Iya. Iya bu, aku akan segera pulang.” Kata Ayana seraya menutup ponselnya dan memasukkannya kembali ke dalam tasnya.
“Maaf ya mas. Anak-anak...”
“Aku akan mengantarmu.” Potong Rendra yang juga sadar akan situasi disana.
“Tidak perlu mas.” Tolak Ayana dengan halus. “Mas kan harus bekerja lagi. Aku tadi bawa motor kok.” Kata Ayana.
“Apa kamu benar-benar tidak apa-apa?” Ujar Rendra dengan nada khawatir. Ayana melihatnya dengan tersenyum haru. Sebelumnya, mantan suaminya tidak pernah memberikan rasa khawatir seperti yang dilakukan Rendra saat ini. Ayana menganggukkan kepalanya. “Tenang saja mas. Aku pulang dulu mas.” Ayana berjalan cepat dan meninggalkan Rendra. Rendra masih duduk dengan membawa bekal yang belum habis sembari melihat punggung Ayana yang semakin menjauhinya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Nietta Harry
sepasang manusia dewasa yg berusaha masuk dan menyelami perasaan pasangan masing2👍😊
2021-09-19
3
Siti Afifah
mereka menjalani hbngan baru dg hati hati
2021-09-03
1
Lea Octa
perasaan dua²nya masih nano nano dan saling menduga-duga
2021-06-26
2