Second Life After Divorce
Ayana tahu pria itu -- Rendra Pratama -- adalah kakak kelasnya semasa SMA dulu.
Rendra kenal dia -- Ayana Nanggari-- hanya sebatas tetangga jauh.
Kejadian itu sekitar tiga belas tahun yang lalu. Sampai saat ini, mereka sudah saling tidak bertemu satu sama lain. Siapa yang tahu jika takdir justru mempersatukan mereka dalam sebuah ikatan pernikahan?
Namun, berbeda dengan perjodohan-perjodohan biasa. Mereka dijodohkan dalam keadaan dimana mereka sudah pernah mengalami gagal dalam pernikahan masing-masing, sebelumnya. Apa yang mendasari mereka menyetujui pernikahan dari perjodohan itu? Apakah pernikahan mereka akan menjadi pernikahan kedua untuk selamanya?
...***...
"Sah?"
"Sah!" Jawaban serentak para saksi.
Doa melantun begitu merdunya terdengar oleh setiap telinga yang mencermati. Terkadang hingga menembus hati yang membuat linangan air mata mengalir dengan mudahnya.
Janji suci telah diikrarkan. Menyatukan dua raga menjadi satu jiwa. Apakah itu berhasil? Untuk kebanyakan orang, ya. Berhasil. Namun, masih belum bekerja untuk Ayana dan Rendra. Pernikahan memang sesuatu yang amat sakral. Karena alasan dasar sebuah pernikahan adalah menautkan dua hati. Namun, apa jadinya jika sebuah kesakralan itu dilakukan untuk sebuah alasan lain?
Ayana : "Anak Perempuanku yang masih berusia tiga tahun butuh sosok ayah. Setiap harinya dia selalu menanyakan dimana ayahnya. Biarlah aku memutuskan menjadi seorang ibu dan istri untuknya. Aku yakin, Mas Rendra akan menjadi seorang ayah yang baik. Begitu yang sering ku dengar dari orang-orang terdekatku."
Rendra : "Aku sudah pernah mengecewakan orang tuaku. Kegagalan dalam pernikahanku yang pertama adalah suatu kesalahan terbesar dalam hidupku, yang membuat mereka amat kecewa. Aku menuruti kemauan mereka untuk menikah lagi. Setahuku semasa sekolah, Ayana adalah perempuan yang pintar dan polos. Aku yakin, bisa membahagiakan ayah dan ibuku dengan menuruti kemauan mereka. Untuk membangun sebuah rumah tangga yang utuh."
Ayana dan Rendra : "Walaupun... Pernikahan kami, tidak didasarkan atas rasa cinta."
Bak kaca yang terurai menjadi kepingan kecil ketika mendapat hantaman kuat, begitu pula jika diibaratkan dengan hati yang retak karena rasa sesal mendalam. Meskipun kecewa itu berasal dari pilihan hati individu masing-masing insan. Keyakinan yang mereka jalani akan menjadi suratan nasib hasil ketetapan mereka masing-masing, selanjutnya. Biarlah mereka menjalani keputusan sakral tanpa perasaan kuat yang melandasinya, karena keduanya tahu pilihan yang terbaik. Namun, garis hidup justru berkata lain. Benih-benih rasa kasih itu tumbuh dengan sendirinya tanpa arahan.
...***...
"Aila... Bulan... Hati-hati! Jangan lari-lari nak!" Ayana setengah berteriak, namun dengan nada lembut mengawasi kedua anaknya. Sekarang. Sebelumnya, Aila adalah anak satu-satunya ketika dirinya masih menjanda.
Satu Minggu setelah pernikahannya bersama Rendra--seorang duda--dengan Bulan sebagai putrinya, menjadikan Aila memiliki saudara tiri sebayanya. Usia mereka hanya terpaut satu tahun. Bulan lebih tua dari Aila.
Selama satu Minggu mereka tinggal serumah, Aila dan Bulan nampak akrab, walaupun terkadang sering berebut mainan atau bertengkar karena hal kecil, itu sesuatu yang sangat wajar bagi anak kecil seumuran mereka.
Ayana sudah biasa menanganinya, karena sejak Aila bayi, dirinya terus bersama Aila. Sehingga ia belajar lebih banyak tentang psikologi anak di internet. Namun tetap saja mereka dapat bermain berdampingan dan seringnya saling melengkapi, karena mereka memang tumbuh sebaya.
Sesekali Ayana memperhatikan mereka berlarian kesana kemari, dengan berteriak-teriak senang. Ayana mengawasi mereka sambil bekerja. Ayana adalah seorang penulis, sehingga pekerjaannya bisa dilakukan di rumah. Sehari-harinya duduk di depan laptop untuk membuat tulisan. Walau barang-barang dirumah tidak nampak rapi karena ulah anak-anak, namun Ayana tetap merasa senang melihat mereka. Saat ini, kebahagiaannya hanya melihat putrinya bahagia.
Tok...tok...tok...! Tiba-tiba terdengar pintu rumah diketuk. Ayana berdiri dan membukakan pintu. Di ambang pintu yang terbuka, berdiri laki-laki berbadan tinggi sekitar 180 sentimeter, dengan model rambut Ivy league style pendek, berbadan tegap, berkulit putih dan wajah bersih. Ayana tersenyum canggung melihatnya. Ia sudah memperkirakan laki-laki inilah yang mengetuk pintu. Dialah Rendra, suami barunya. Hal sama yang dilakukan Ayana, Rendra-pun tersenyum melihat Ayana membukakan pintu.
"Ayah...!!!" Teriak Bulan saat tahu laki-laki yang baru memasuki ruang tamu itu. Rendra masuk dan memeluk Bulan yang berhambur padanya. Aila yang tadi ikut berlarian, segera berhenti dan diam melihatnya dengan tatapan aneh. Rendra menyadarinya.
"Sini... Aila sayang. Kamu juga mau dipeluk ayah?" Ucap Rendra lembut.
Aila menoleh ke arah ibunya.
"Ma..." Nada Aila nampak sedikit manja dan menginginkan hal itu. Ayana tersenyum dan menggandeng Aila, lalu menuntunnya untuk mendekat pada Rendra. Aila yang sedikit malu, akhirnya mau juga digendong Rendra. Ayana senang melihatnya. Paling tidak, Aila sudah dapat merasakan kenyamanan dari orang tua laki-laki barunya.
"Mas, mau makan?" Tanya Ayana lembut.
"Nanti saja. Aku mau mandi dulu." Ucap Rendra seraya menurunkan gendongan Aila. Ayana mengangguk beberapa kali dengan senyum manisnya mendengar ungkapan Rendra.
Aila dan Bulan kembali bermain-main dengan riangnya. Sementara Rendra berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan dirinya, Ayana kembali ke kursi kerjanya di dekat ruang tamu.
Ayana memang meminta Rendra untuk menempatkan sebuah meja dan kursi untuk tempatnya bekerja, yaitu menulis. Rumah yang mereka tempati adalah rumah hasil kerja keras yang dibeli Rendra ketika tiga tahun ia menduda. Baru saja ditempatinya ketika ia menikah dengan Ayana.
Sebelumnya rumah itu hanya sebuah tabungan jangka panjang, karena selama ini Rendra tinggal bersama orang tuanya. Selain menemani orang tuanya ada yang menjaga dan menemani Bulan, putrinya.
Ayana, yang awalnya juga tinggal bersama orang tuanya, dengan senang hati menerima tawaran Rendra untuk tinggal bersama. Selain ia harus menuruti perintah suami, ia juga tidak lagi membuat cemas orang tuanya karena status single mom yang selama sembilan bulan terakhir melekat padanya. Mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan yang direncanakan orang tua mereka.
Orang tua mereka saling tertarik dengan calon menantu masing-masing saat itu. Awalnya, orang tua Ayana dan Rendra memang sudah saling mengenal satu sama lain. Mereka-pun sama-sama menghadiri acara pernikahan pertama anak-anak mereka dulu.
Saat mengetahui kabar jika anak-anak mereka saling berpisah dengan pasangannya masing-masing, mereka berinisiatif menjodohkan Ayana dan Rendra. Walau perpisahan Rendra dengan mantan istrinya jauh lebih dulu dibandingkan perpisahan Ayana dengan mantan suaminya. Rencana orang tua Ayana dan Rendra berjalan lancar setelah mengetahui respon positif dari anak mereka. Tak memerlukan waktu lama untuk menjadikan perjodohan mereka sah dalam ikatan pernikahan.
Rendra keluar dari kamar mandi. Ia mengalungkan handuk kecil di leher bagian belakangnya, setelah mengeringkan rambutnya. Ia kemudian memasuki ruang tamu yang sudah kosong. Ia mencari dimana anak-anak yang ribut tadi. Rendra mengeceknya di kamar anak-anaknya. Dengan perlahan membuka pintu kamar anak-anak dan mengintipnya. Benar saja, ternyata mereka ada disana bersama Ayana.
Sekarang, Aila dan Bulan sudah mau tidur sendiri di kamar mereka. Awalnya, Aila tidur dengan ibunya dan Bulan dengan ayahnya di kamar yang terpisah. Mulai hari kemarin suasana sudah lebih beradaptasi dengan baik. Ayana berhasil membuat mereka tidur di kamarnya yang memang sudah disediakan untuk Aila dan Bulan. Aila dan Bulan tidur di kamar yang sama dengan ranjang kecil terpisah.
Ayana ada di tengah keduanya. Dengan sabar, Ayana menemani mereka sebelum tidur. Ayana bercerita dongeng sebelum tidur, mengambil intisari dari ceritanya dan menasihati mereka tentang nilai-nilai kebaikan. Begitu yang selalu Ayana kerjakan setiap malamnya pada Aila. Sekarang, Ayana hanya perlu melakukannya pada Bulan juga. Rendra tersenyum melihat mereka, lalu menutup kembali pintu kamar anak-anak dengan perlahan, agar tidak mengganggu mereka.
Rendra merasa sangat lapar dan berinisiatif untuk mengambil sendiri makan malamnya. Masakan istri barunya. Rendra sudah terbiasa makan diluar saat ia menduda, namun sekarang ia bisa pulang lebih awal karena ia tidak perlu mampir untuk makan diluar lagi.
Ayana selalu menyediakan masakan untuk makan malamnya. Sejujurnya, ia merasa masakan Ayana sangat enak. Lebih enak dari masakan ibunya. Mungkin Rendra akan betah jika harus makan malam dirumah terus.
Setelah selesai makan, ia mencuci sendiri piringnya. Bersamaan saat ia mau memulai mencuci piring, ia melihat Ayana keluar kamar anak-anak dengan perlahan. Mereka saling berpandangan melihat keadaan masing-masing dengan tatapan kikuk. Rendra segera kembali menyelesaikan mencuci piringnya dan menatanya di tatakan piring. Ayana mendekatinya.
"Sudah makan mas?" Tanya Ayana. Ia mencoba membangun suatu komunikasi yang selama dua Minggu ini nampaknya amat jarang terjadi diantara mereka.
"Sudah." Jawab Rendra singkat. Keheningan kembali menyapa mereka. Mereka hanya mematung berdiri dengan canggungnya. Nampaknya tidak ada lagi obrolan yang akan menyambungnya.
"Kalau begitu... Aku mau tidur dulu mas." Ucap Ayana.
"Ya. Aku akan mengerjakan tugas kantorku dulu." Rendra menunjuk arah belakang dengan jempol tangannya di samping telinganya. Mereka lalu sama-sama meninggalkan jejak kaki yang mereka injak baru saja. Ayana berjalan ke arah kamar, dan Rendra di sofa ruang tamu dengan segera membuka laptopnya.
"Seharusnya, aku tadi bilang... 'Biar aku saja yang mencuci piringnya mas.' Kenapa aku tidak melakukannya?" Ucap Ayana dalam hati setelah berbalut selimut di ranjangnya.
"Aku ingin berkata... 'Masakanmu enak Ay.' Tapi kenapa lidahku mendadak kaku?" Rendra mengolok dirinya dalam hati, ketika laptopnya sudah menyala di depannya.
...***...
Halo Readers... ini merupakan karya pertama saya di noveltoon. Mohon dukungannya ya. Silahkan baca, like, vote dan kasih komentar untuk masukan karya saya. Happy Reading...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
EndRu
baru mampir Kak
2023-07-26
1
Kusuma
aq mulai baca novelmu Thor
2022-06-18
0
Widya Piwi Christanti
aku kenal dengan penulisnya, inginku membaca novel ini ☺️ mbak ayu, semoga sehat selalu ya 🥰
2022-03-26
2