Suara alarm di rutin subuh membuat respon di gendang pendengaran Ayana. Menyalurkannya ke otak untuk membuka matanya perlahan. Lamat-lamat, ia meraba tangannya ke meja kecil di samping ranjangnya dan mematikan ponselnya yang masih berbunyi tersebut. Walaupun ia sudah tahu ponselnya akan berbunyi pukul berapa petang ini, namun sudah kebiasaan ia selalu melihat waktu yang tertera pada ponselnya. Pukul setengah lima subuh. Ia meluruskan kakinya meregangkan segala persendian yang terdiam selama tujuh jam terakhir, lalu memejamkan matanya.
Saat ia berbalik, ia melihat di ranjangnya hanya ada dirinya. Tentu saja Rendra tidak masuk ke kamar mereka tadi malam. Ia duduk sejenak untuk mengumpulkan semua kesadaran yang berpindah sejenak ketika ia terlelap. Ia menggosok matanya perlahan, lalu menyingkap selimutnya dan kakinya turun dari ranjang. Ayana berdiri dan berjalan ingin keluar menuju kamar mandi.
Ia membuka pintu kamarnya, dan mendapati Rendra tertidur di sofa tanpa bantal dan selimut. Tidak. Ayana yakin tadi malam Rendra tidak tertidur. Rendra pasti sengaja tidur di sofa dan tidak memasuki kamar mereka. Sama seperti semalam sebelumnya. Saat anak-anak sudah mulai mau tidur sendiri, Rendra juga tidur di sofa. Apakah... Karena Ayana menutup pintu kamarnya? Atau memang...? Akh! Ayana tak mau memikirkan hal sepele di petang ia baru bangun seperti ini. Karena sejujurnya... ia sama sekali tidak keberatan. Ia akan segera membereskan dirinya dan menyiapkan segala keperluan untuk suami dan anak-anaknya di pagi hari. Segera Ayana pergi ke dalam kamar mandi.
Ayana berjalan hingga menghilang ke dalam kamar mandi dengan pintu tertutup. Mendengar pintu kamar mandi tertutup, Rendra membuka matanya. Sebenarnya... Ia sudah bangun dari tadi. Ketika ia mendengar Ayana membuka pintu kamar, ia yang tadinya rebahan di sofa segera pura-pura menutup matanya. Ia juga merasakan bahwa saat Ayana membuka pintu kamar, Ayana terhenti sesaat. Ia tidak yakin, tapi ia hanya merasa bahwa Ayana sedang melihatnya tidur di sofa. Apa yang sedang Ayana pikirkan tentangnya? Apa yang dilakukannya? Ayana pasti bertanya-tanya kenapa dia tidak tidur ke kamar tadi malam? Sedangkan dirinya, masih merasa sangat canggung jika hanya berdua tanpa anak-anak mereka. Ia tidak tahu bagaimana harus memulai komunikasi. Ia lalu perlahan duduk. Rendra memijit-mijit leher bagian belakangnya dengan memutar-mutar kepalanya merasakan ketegangan pada lehernya. Sejujurnya, ia kesulitan tidur di sofa.
Walaupun sekarang Ayana merupakan istri sahnya, Ia tetap bingung, ingin masuk ke dalam kamar atau tidak. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tentu saja tidak gatal. Pikirannya sedikit rumit saat ia harus memikirkan hal seperti ini.
...****************...
Aila dan Bulan masih menyelesaikan sarapan mereka di meja makan. Mereka saling bercerita riang dengan bahasa anak-anak yang mereka pahami. Ayana dan Rendra menanggapinya turut senang. Setelah Rendra menyelesaikan sarapannya, ia berdiri dari meja makan dan berjalan ke sofa memasukkan laptopnya ke dalam tasnya. Ayana yang melihat itu, ia segera berdiri dari meja makan. Rendra bersiap akan berangkat kerja.
“Ayah berangkat dulu ya.” Ucap Rendra pada anak-anak, setelah semua perlengkapan kantornya sudah masuk ke dalam tasnya.
“Salim!” Kata Bulan dan Aila berbarengan. Kemudian mereka berhambur ke arah Rendra dan mengambil tangan Rendra yang diberikan pada mereka. Anak-anak mencium tangan Rendra. Setelah itu, barulah istrinya mencium punggung tangannya.
“Aku lembur hari ini. Jadi, aku akan pulang malam.” Kata Rendra pada Ayana.
“Iya mas. Jangan khawatir soal anak-anak.” Balas Ayana lembut.
Rendra lalu tersenyum dan berjalan ke arah pintu keluar.
“Dada Ayah!!!” Teriakan mungil dari anak-anak mereka saat Rendra menuju mobilnya. Rendra terhenti, berbalik sejenak dan membalas sapaan sampai jumpa mereka. Ia lalu meneruskan langkahnya menuju mobilnya.
Rendra menutup pintu mobilnya dan menyalakan mesinnya. Sekali lagi ia tersenyum sembari melambaikan tangan pada istri dan anak-anaknya, dan mereka membalasnya untuk mengantarkan keberangkatannya bekerja. Saat mobilnya sudah siap, Rendra mengemudikannya menjauhi rumah.
Rendra berprofesi sebagai seorang administrasi management di salah satu perusahaan tekstil yang tidak jauh dari rumahnya. Hanya memerlukan waktu lima belas menit untuk ia sampai ke tempat kerja. Pekerjaannya mengharuskannya sampai di tempat kerja pagi pukul delapan sampai sore, kadang juga malam jika lembur, seperti hari ini nanti. Maka dari itu, saat ia masih sendiri dulu, Bulan hanya bertemu dengannya saat malam hari.
Rendra sampai di tempat kerjanya. Setelah mengunci mobilnya, ia berjalan memasuki ruangan kantornya. Ia sudah setengah jalan menuju kantornya saat ini.
"Ren! Jalanmu beda hari ini!” Celetuk salah seorang teman kerjanya disana.
“Pengantin baru datang!” Yang lain ikut menjahili.
“Aduh! Tidak ada lagi yang mentraktir kita!” Semakin banyak.
Ada yang bersiul-siul pula. Rendra hanya tersenyum salah tingkah karena malu, mendengarkan mereka. Dua Minggu sudah berlalu semenjak pernikahannya dengan Ayana dilangsungkan, namun tetap saja suasana kantor masih terlihat seolah ramai dengan candaan bahwa Rendra sebagai mempelai baru. Teman-teman Rendra terus mengusilinya dengan nada-nada menggoda. Mereka semua adalah teman akrab. Selama Rendra menduda, seringnya ia keluar malam mengajak teman-temannya. Rendra terus berjalan menuju kantornya. Ia terlihat hanya melambai sambil tersenyum kikuk pada beberapa orang tanpa menanggapi apapun.
"Fiuh...” Rendra mengelap keningnya saat ia sudah memasuki kantor pribadinya. Ia menutup pintunya. Rendra melihat ke arah pintu kantornya, seolah bisa menerawang kondisi di luar kantor dimana teman-temannya sedang membicarakannya dan terus membuat candaan tentangnya. Ia lalu menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali dengan menyipitkan matanya. Apa-apaan ini? Ada apa dengan mereka semua? Pikir Rendra. Apakah pengantin baru harus mengalami ini? Bahkan ketika mereka semua tahu bahwa ia sudah pernah menikah sebelumnya? Rendra lalu meletakkan tas berisi laptop-nya di meja kerjanya. Ia lalu mengeluarkan laptopnya dan berniat memulai pekerjaannya.
Ceklek! Suara pintu kantornya tiba-tiba terbuka. Rendra yang masih menunggu laptopnya menyala itu, menengok ke arah pintu kantornya. Ada salah satu teman yang menggodanya saat diluar tadi, masuk ke ruangannya. Ia membawa secarik kertas dan berjalan mendekat ke arah Rendra.
“Ini datanya.” Katanya memberikan secarik kertas yang dipegangnya pada Rendra.
“Terima kasih.” Balas Rendra sembari menerima kertas tersebut.
Sebelum pergi, teman Rendra menyeringai dengan melirik tajam ke arah Rendra.
“Ren! Bagaimana tadi malam? Panas tidak?” Katanya dengan menaikkan salah satu alisnya.
Rendra hanya berdehem beberapa kali. “Kau ini...” Kata Rendra pasrah dengan godaan temannya. Ia bahkan tidak dapat membalas apa-apa.
“Ayo! Ceritakan!” Gusar temannya lagi.
“Ya... Begitulah.” Jawab Rendra bingung dan nampak tak dapat membalas candaan temannya.
“Sudahlah. Ayo! Aku ditunggu pak direktur mengerjakan ini!” Ucap Rendra sedikit bingung menanggapi temannya. Temannya hanya terbahak mendengar Rendra yang semakin kikuk dan nampak berkeringat. Ia keluar dan menutup pintu kantor Rendra dari luar. Mereka semua tahu sebenarnya Rendra suka sekali bercanda. Namun mereka sedikit bingung saat ini, Rendra tidak terlalu menanggapi candaan mereka. Rendra hanya ber-ekspresi diam dan memberikan sikap salah tingkah. Membuat semua temannya semakin puas menggodanya.
Kembali, Rendra menghela nafasnya. Ia berusaha fokus pada kertasnya. Terlintas pada pikirannya tentang candaan temannya. Apa yang tengah dilakukannya? Semalam? Pikirannya kembali merancu. Ia bahkan tidur di sofa semalam. Jika mereka tahu... Selama dua minggu ia menikahi Ayana, dirinya dan Ayana sama sekali belum pernah berhubungan intim.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Nietta Harry
sukaa alur ceritanya...😊lanjuutt
2021-09-19
2
Krisna New
jgn ada pelakor yaaaa...bosen
2021-07-15
1
Lea Octa
ceritanya bagus kaya kehidupan nyata sehari-hari
2021-06-26
2