Steven membantu Reva mendorong kedua koper besarnya.
Reva sendiri menggendong Jason.
Steven lalu memencet bel.
Mbok Min turun untuk menjemput mereka.
"Mbak Reva..." sapanya.
"Halo Mbok...
Apa kabar ?"
"Baik Mbak...
Ayo mbak..sudah saya siapin juadah sama teh anget diatas." kata mbok Min sambil meminta koper dari Steven.
Steven menggeleng.
"Ini berat.
Biar saya aja."
Mbok Min menatap kosong.
Reva tertawa.
"Mbok..biar dia aja yang bawa.
Yuk keatas." ajaknya.
Di apartemen, Steven mendorong koper Reva ke kamar yang ditunjukkan oleh Mbok Min.
Jason langsung menarik tangan Reva ke kamarnya sendiri.
Meminta Reva untuk menggendongnya mengambil mainan yang ada diatas rak.
Saat Reva keluar, dia melihat Steven sedang menatap foto Tia yang dibingkai besar dan digantung di dinding bersebelahan dengan foto pernikahan nya bersama Michael.
Reva mengamati Steven.
Mata Steven memancarkan kekaguman.
Reva mengernyit.
"Kamu ngefans sama tanteku?" tanyanya.
"Siapa yang enggak ?" tanya Steven balik bertanya. Matanya masih memandang foto Tia.
"Boss ku beruntung." katanya menunjuk foto Michael.
Reva mengangguk. Lalu berjalan ke sofa dan duduk.
Kepalanya kembali menoleh ke arah Steven.
"Kamu gak mau duduk ?
Udah disediain minum."
Steven akhirnya melepaskan pandangannya pada foto Tia dan berjalan ke sofa.
"Kapan ke kampus?" tanyanya.
"Minggu depan.
Aku liat-liat apartemennya dulu."
Jason menghampiri Steven lalu duduk di pangkuannya. Memegang bis mainannya.
Steven menatap sayang padanya.
"Jason, kamu mirip Mommy ya.." katanya.
Reva yang sedang menatap Steven kembali mengernyit sebentar.
"Kamu bener-bener ngefans tanteku." putusnya.
"Tante kamu punya segala hal yang membuat seorang pria bangga bisa memilikinya.
Kamu bisa tanya om kamu." jawab Steven mengelus rambut Jason yang kaku.
"Hmm...seluruh keluarga kami bangga sama tante Tia.
Dan karena tante Tia ada disini makanya aku dibolehin kuliah di luar negeri.
Sebetulnya tadinya aku mau ikut jejak tante, kuliah di Aussie."
Steven memandang Reva.
"Aussie juga oke.
Tapi kamu disini ada yang jagain." katanya.
"Om Sandy juga bilang begitu.
jadi aku ngambil disini."
"Om Sandy ?
Sandy ?
Bossku?"
Reva mengangguk.
"Iya. Sandy Boss kamu tuh."
Steven meminum tehnya.
"Kalo kamu mau, kamu bisa nyewa apartemen di tempatku.
Aku punya apartemen di dekat kampus."
"Tinggal sama kamu ?" Reva mengernyit.
"enggak.
Aku punya dua apartemen."
"Ngapain kamu punya dua ?" tanya Reva.
"Ya buat disewain sama orang-orang kayak kamu. Tempatnya oke kok.
Dan kalo kamu beneran mau tinggal disitu, aku kasih diskon buat kamu."
"Kenapa kosong ?"
"Baru seminggu yang lalu, Sien pindah ke apartemen pacarnya." jawab Steven mengangkat bahu.
"Kamu sendiri tinggal dimana ?"
"Gedung sebelahnya.
Apartemenku itu aku beli pake setahun gajiku sendiri waktu kuliah.
Abis itu tahun berikutnya aku beli apartemen lain yang sekarang aku tempatin.
Mereka semua itu orang baik." tunjuk Steven ke foto Michael.
"Penghasilanku jauh diatas rata-rata penghasilan mereka yang punya posisi sama seperti ku.
Bahkan kalo dibandingin sama Amerika.
Makanya kami semua loyal.
Gak ada yang pindah walaupun dibajak." cerita Steven.
"Dan kami semua punya saham disana." sambungnya.
Steven menatap Reva. Menilainya.
"Jadi kalo kamu mau sama aku, dijamin kamu gak bakal kelaparan." katanya iseng.
Reva memerah.
"Siapa yang mau sama kamu ?
Aku kesini mau kuliah kok.
Abis itu balik tanah air."
"Yaa..mana tau..." jawab Steven enteng.
Reva tercengang.
"Ya udah..aku balik dulu." katanya berdiri menurunkan Jason dari pangkuannya.
"ikut akel..ikut.." kata Jason merengek, memegang kaki Steven erat-erat.
"Uncle mau balik kantor. Nanti Papi marah ke uncle lho." kata Steven kembali duduk.
Jason menggeleng.
"Ikut akel..."
Steven berpandangan dengan Reva.
"Kamu mau nemenin?"
"Kemana?"
"Taman bermain. Abis itu ke kantor. Sekalian aku tunjukin apartemen aku.
Nanti kamu pulang sama Boss aja." katanya.
Reva ragu sejenak lalu mengangguk.
"Oke..aku ganti baju dulu ya."
"Hmm.."
Satu jam kemudian, mereka bertiga sudah bermain di taman bermain.
Jason senang sekali.
Kembali mereka menjadi pusat perhatian para orang tua yang ada disana karena wajah keduanya muda sekali.
Apalagi wajah Reva.
Mereka berbisik-bisik.
Steven bukannya tidak tau.
Tapi dia sengaja tidak mempedulikan supaya Reva tidak merasa malu.
Dia mengajak mereka sedikit menjauh dari kumpulan ibu-ibu.
Reva sendiri ternyata tidak memperhatikan sekitarnya. Dia terlalu asik bermain dnegan Jason. Sama seperti Tia, Reva anak tunggal.
Lelah bermain, Jason mengantuk.
Steven lalu mengajak mereka kembali ke kota tempat kantornya berada. Satu jam dari tempat mereka sekarang.
Jason diletakkan di carseat dan langsung tertidur pulas.
Reva sendiri menikmati perjalanan menuju kota tempat dia akan kuliah.
Steven mengajak dia berputar-putar di Taipei menunjukkan kota itu pada Reva.
Dua jam kemudian, Steven menunjukkan apartemen miliknya.
Apartemen nya rapi.
Steven sudah membersihkan apartemen itu. Membuang barang-barang yang ditinggalkan oleh Sien dan hanya meninggalkan perabot milik Steven sendiri.
Sudah ada TV, mesin cuci, robot pembersih lantai, vacuum cleaner, kompor induksi.
"Apartemen kamu bagus Steven."
"iya dan gak jauh dari kampus kamu.
Kamu mau naik sepeda atau bawa mobil ?"
Reva menggeleng.
"Belum tau.
Liat nanti aja."
"Aku tinggal di sebelah.
Kalo jadwal kita bareng, kamu kuliah pagi, aku gak masalah nganterin kamu ke kampus."
Reva menggeleng lagi.
"Gak usah. Nanti kamu repot."
"Liat aja nanti.
Ada beberapa temanku yang tinggal disini juga.
Kalo kamu mau tinggal disini, aku kenalin nanti."
"Teman kamu bukannya udah pada tua-tua?" tanya Reva iseng mengganggu Steven.
"Sembarangan !!" sambar Steven sebal.
Reva tertawa terbahak-bahak.
"Reva...aku harap kamu mau nempatin apartemen ku disini.
Aku kasih kamu diskon. Lebih murah dibandingkan kamu cari yang sama di tempat lain." kata Steven serius.
"Ya..nanti aku ngomong sama om Michael dan Tante Tia." kata Reva.
Steven mengangguk.
Dia melirik arlojinya.
"Yuk..ke kantor.
Udah hampir jam 5."
"Jason...yuk...kita ke tempat Papi." ajak Reva.
Jason bertepuk tangan lalu berlari menghampiri Steven.
Steven menggendong Jason.
"Kok dia nempel banget sama kamu ya?" kata Reva.
"Dia tau cowok ganteng dan bermutu." jawab Steven asal-asalan.
"Kamu ini narsis ya ?
Pasti belum punya pacar !" putus Reva.
"Aku nyari yang seperti mommy nya dia." kata Steven sambil memandang Jason dengan sayang.
"Udah ketemu ?"
"Sejauh ini belum." jawab Steven.
Reva tertawa.
"Astaga...
Turunin standarnya !
atau kamu bakal membujang seumur hidup lho..
Kamu ini bukannya yang ganteng banget kayak om ku itu " tawa Reva.
Steven melotot.
"Kamu bocah ingusan..
mana ngerti soal mencari teman hidup yang serasi."
"Enak aja !
Aku ini udah delapan belas tahun !!" bantah Reva.
"Dan tau apa kamu soal perkawinan ?" kata Steven masih menggendong Jason.
"Tau banyak.
Yang jelas, perkawinan tante sama om ku itu bahagia.
Perkawinan papa mama ku juga bahagia." jawab Reva mengikuti Steven keluar dari gedung dan menuju mobilnya.
Steven membuka mobil lalu kembali meletakkan Jason di car seat.
"Kita ke kantor Papi ya Jason.."
Jason tertawa riang sambil bertepuk tangan.
...🎋💒🌴...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Berdo'a saja
👍👍👍
2022-08-26
1
🍾⃝ͩʜᷞεͧrᷠaͣ☠ᵏᵋᶜᶟ✰͜͡w⃠
lanjut thor
2021-05-25
1
Ris Andika Pujiono
kisah cinta segitiga ya ini thor
2021-05-25
1