Perusahaan Property Indonesia
Jam telah menunjukan pukul 06:30 Zeline telah berada di depan tempat kerjanya yang baru, Zeline menyapa Security itu dengan ramah lalu melanjutkan jalan kaki nya.
Zeline berjalan masuk ke dalam perusahaan sesekali ia menghirup udara segar yang keluar dari dalam mesin ac.
" Zeline sini.. " ucap Lena dia sekarang menganggap Zeline sebagai teman baiknya.
Zeline tersenyum lalu berjalan ke arah Lena.
" Iya Len kenapa? "
" Kamu duduknya di situ aja biar deket sama aku.. " tunjuk Lena pada meja yang berada tepat di sampingnya.
" Tapi itu kan tempatnya Frangky.. " saut Zeline seraya matanya mengarah pada tempat di sebelah Lena.
Lena berdiri dari duduknya " Udah engakpapa kok, Frangky orang nya baik.." ucap Lena seraya menepuk pelan pundak Zeline.
" Nah tuh Frangky dateng.. " tunjuk Lena pada Frangky yang baru saja tiba di kantor.
" Ape lo.. " kata Frangky dengan gaya maconya.
"Frang tukeran meja ya, lo di sana Zeline di sini, kan elo baik orang nya. " rayu Lena.
Frangky memainkan dua dagunya menggunakan kedua jari tangan nya, seraya menatap ke arah Lena dan Zeline bergantian.
" Udah engakpapa ko, lagian kan kita masih satu ruangan ini. " cicit Zeline lembut.
" Kalau buat elo sih boleh-boleh aja, yaudah elo duduk di meja gue, gue duduk di meja lo. " ujar Frangky ia pun berjalan kembali ke depan menuju tempat Zeline.
" Makasih ya Frang.. " ucap Lena antusias diikuti Zeline.
Frangky hanya menjawab dengan deheman lalu mulai merapikan meja untuk kerjanya.
Hari ini Zeline kedapatan pekerjaan di luar kantor. Yang berarti Zeline hari ini bekerja di luar kantor seharian.
Zeline bersiap-siap setelah mendapatkan perintah dari Clara selaku atasan di bagian Divisi Pemasaran. Kebetulan sekali Zeline berpasangan dengan Lena mereka berdua akan bekerja di luar kantor.
" Zel akhirnya kita kerja di luar bareng.. first time lagi. " ucap Lena antusias.
" Iya Lena.. aku seneng banget. "
" Woy kalian berdua udah kaya apaan aja.. "
" Diem lo Frang.. " balas Lena judes.
Zeline dan Lena mengambil tas mereka masing-masing lalu memakainya, mereka juga tak lupa untuk membawa proposal serta poster-poster yang akan mereka tawarkan kepada para konsumen.
-
Zeline dan Lena kini mereka berdua telah berada di jalan. Akhirnya pekerjaan mereka berdua hampir selesai karena terlalu cape, Zeline dan Lena memutuskan untuk beristirahat di sebuah Cafe yang berada tak jauh dari tempat mereka sekarang.
Mereka memilih meja yang berdekatan dengan jendela, Zeline dan Lena pun duduk di kursi itu dengan saling berhadapan satu sama lain.
" Zel kamu mau pesen apa? " Tanya Lena seraya membaca menu.
" Aku mau minum aja deh.. aku pesen jus mangga aja deh.. " saut Zeline lembut sambil melihat-lihat menu yang satunya lagi.
" oke.. "
Lena memanggil sang Waitress dengan sigap beberapa detik kemudian sang Waitress pun datang.
" Mbak saya pesen jus jeruk sama mangga nya satu ya. " kata Lena.
" Baik Mbak silahkan di tunggu.. " balas ramah waitress itu.
Sambil menunggu pesanan mereka datang Zeline dan Lena mengobrol layaknya seorang teman yang sudah kenal dalam waktu lama.
" Zel kamu tinggal di mana? "
" Aku tinggal di kontrakan kecil Len. " jawab Zeline tanpa rasa malu sedikitpun.
" Ibu sama Ayah kamu?"
Zeline menarik nafasnya pelan lalu menghembuskannya " Ibu sama Ayah aku udah lama meninggal." ucap Zeline sambil tersenyum ke arah Lena.
" Maafiin aku ya.. Zel aku engak tau.. " saut Lena raut wajahnya merasa tak enak oleh Zeline.
" Udah engak papa, tuh jus nya udah dateng yu kita minum. "
Lena tersenyum mereka berdua pun meminum jusnya masing-masing hingga tandas tak tersisa sedikitpun.
♡♡♡♡♡♡
Zeline dan Lena mereka melanjutkan pekerjaan mereka yang sempat tertunda tadi.
"Len.. aku mau ke air nih kebelet.. " ucap Zeline ia tiba-tiba saja ingin buang air kecil.
" Aku, aku anter Zel? "
" Udah engak usah, aku sendiri aja kamu lanjutin lagi aja. " tolak Zeline lembut.
" Yaudah jangan lama-lama ya. " peringat Lena.
Zeline membentuk jarinya menjadi huruf O, karena toiletnya berada di sebrang jalan, Zeline pun mulai berjalan menuju toilet itu.
Tiba-tiba seorang wanita mendorongnya dengan sangat kuat dari arah belakang, sontak tubuh kecil Zeline jatuh mengenai rerumputan yang berada di pinggir jalan itu.
Zeline bangun saat menoleh ke belakang banyak orang-orang berkerumun, Zeline mendekati kerumunan itu dengan badan yang lumayan sakit-sakit.
"Nona.. Nona tidak apa-apa? kenapa Nona menolong saya.. " ujar Zeline panik ia takut wanita itu kenapa-napa.
Wanita itu tersenyum " kamu ini masa orang yang butuh pertolongan ngak aku tolongin. " saut wanita itu dengan suara yang parau.
Tiba-tiba mata wanita itu tertutup sontak Zeline meminta semua orang yang berada di situ untuk menolong wanita itu.
Semua orang yang berada di sana mengantarkan Zeline dan wanita itu ke sebuah Rumah Sakit Medika yang jaraknya tak terlalu jauh.
Zeline menanggis histeris seraya memegang tangan wanita baik itu " Kumohon bertahanlah.." ucap Zeline dengan suara isaknya.
Akhirnya mobil yang mengantarkan mereka telah sampai di depan Rumah Sakit Medika, Zeline memanggil seorang perawat untuk membatu membawanya ke dalam menemui Dokter.
Thalia kini sedang di tangani oleh Dokter, karena belum boleh untuk di temui. Zeline menunggu wanita itu di luar ruangannya.
Zeline baru ingat ia lupa memberitahu Lena, Zeline merongoh tasnya lalu mengambil benda pipih itu untuk menelpon Lena.
*Telepon*
Zeline: Len maaf aku ninggalin kamu.. aku lagi ada di Rumah Sakit.
Lena: Kamu kenapa Zel? kamu sakit? kenapa ngak bilang tadi, terus sekarang keadaan kamu gimana? " beribu macam pertanyaan keluar dari mulut Lena.
Zeline: Bukan aku yang sakit Len.. nanti aku ceritaan.. tolong bilangin sama Bu Clara maaf aku engak bisa ke kantor..
Lena: Iya yaudah kamu hati-hati, kalau ada apa-apa jangan lupa telepon aku. "
Zeline: Iya sekali lagi makasih ya Len..
Panggilan pun berakhir. Zeline berjalan lagi ke depan ruangan tadi sambil menunggu Dokter keluar untuk mengetahui keadaan wanita itu sekarang.
....
Akhirnya Dokter pun keluar, Zeline mengahmpirinya untuk menanyakan keadaan wanita itu.
" Dok bagaimana keadaan nya? " Tanya Zeline gugup.
" Pasien sudah siuman anda boleh masuk ke dalam, tapi ingat jagan terlalu lama pasien membutuhkan istirahat yang cukup. " tutur sang Dokter.
" Baik Dok.. sekali lagi terimakasih Dok. " Zeline membuka gagang pintu ruangan itu. Terlihat seorang wanita terbaring lemah tak beradaya dengan sebuah infus yang menyelang indah di tangan kanannya.
Zeline duduk di kursi yang tersedia dekat berangkar tempat tidur pasien.
" Nona bangun lah.. maafkan aku.. seharusnya aku yang berada di sini sekarang. " Zeline mengenggam tangan wanita itu dengan erat.
Seperti mendegar ucapan Zeline, perlahan lahan mata yang tadinya terpejam kini mulai membuka secara perlahan.
" Nona syukurlah kau sudah bangun.. " Zeline mengelus tangan wanita itu lembut.
" Aku hanya tertidur saja bukan mati. Kau tidak perlu menanggis aku tidak apa-apa. " Thalia membalas mengelus tangan Zeline yang sedang mengenggam erat tangan nya.
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka sedikit kasar, seorang pria berperawakan tinggi masuk ke dalam ruangan itu dengan raut wajah cemasnya.
" Sayang kau tidak apa-apa?" pria itu mengenggam tangan sebelah kiri Thalia, siapa lagi kalau bukan Arthur.
" Aku tidak apa-apa jangan mencemaskan aku seperti aku sedang sakit parah saja. "
Arthur mencium kening Thalia dengan mesra, ia masih belum sadar akan kehadiran Zeline di antara mereka berdua.
Arthur mengetahui Thalia berada di Rumah Sakit dari anak buahnya, yang menggikuti Thalia tanpa sepegetahuan Thalia, selama ini Arthur memperkerjakan seorang bodyguard untuk mengetahui kegiatan apa saja yang Thalia selalu lakukan.
" Mmm dari mana kau tau aku berada di sini?"
" Dari mana nya itu tidak penting."
" Tapi aku ingin tahu."
" Yang terpenting kau tidak apa-apa."
" Nona kalau begitu aku tunggu di luar saja.. "
Thalia mengalihkan pandagan nya dari Arthur ke Zeline " Jangan kau di sini saja, temani aku.. " pinta wanita itu, entah mengapa ia merasa nyaman berada di dekat Zeline.
Arthur yang baru sadar pun menoleh ke arah Zeline jadi ini wanita yang di tolong oleh Thalia batin Arthur seraya menatap Zeline dengan rasa tidak suka nya. Kenapa Thalia harus menolong wanita sial ini? dia yang sudah menumpahkan bir itu pada sepatuku.
" Tapi.. "
" Tetap di sini.. temani Thaliaku.. " timpal Arthur dengan suara datarnya.
Zeline tak berani menatap mata tajam Arthur ia lebih memilih untuk menundukan kepalanya ke bawah.
" Kalau begitu.. aku pergi keluar dulu untuk mencari buah-buahan segar untukmu. " Arthur lebih memilh keluar terlebih dahulu untuk memberikan ruang di antara mereka.
" Iya.. " saut Thalia, Arthur tersenyum ke arah Thalia lalu mencium kening nya.
" Siapa namamu? " kata Thalia ramah.
" Namaku Zeline Nona.. nama Nona siapa? "
" Namaku Thalia jadi jangan panggil aku Nona.. "
" Nona aku minta maaf ini semua terjadi karena Nona menyelamatkan nyawaku.. " air mata kembali menetas dari pelupuk mata Zeline.
Thalia tersenyum lalu memghapus air mata yang jatuh dari pelupuk mata Zeline " Mungkin ini sudah takdir.. " ucap Thalia sepertinya ia senang jika memiliki teman seperti Zeline.
" Sudahlah tidak perlu meyesalinya, yang terpenting kau tidak ada yang terluka dan aku baik-baik saja. "
Entah kenapa Zeline dengan beraninya memeluk tubuh Thalia. Pantas saja pria itu sangat mencinta Nona Thalia. Ternyata hati Nona Thalia memanglah baik.
Tapi kenapa waktu itu pria itu begitu kasar kepadanya bahkan sampai mempermalukan Zeline di depan umum pikir Zeline.
" Hei ada apa? kenapa kau jadi melamun. "
Zeline terhenyak dari lamunannya " Maaf Nona."
" Aku kan barusan udah bilang jangan panggil aku Nona.. panggil saja namaku Thalia, aku lebih suka orang lain memanggilku dengan namaku. Daripada memanggilku dengan sebutan Nona. " jelas Thalia.
" Bailklah aku minta maaf.. "
Tiba-tiba rasa pusing menghampiri kepal Thalia yang sedang memakai perban. Tak biasanya Thalia merasakan sakit sehebat ini. Namun sebisa mungkin Thalia menyembunyikan rasa sakitnya dari hadapan Zeline.
" Nona.. mak-maksudku kau tidak apa-apa? apa Nona ada yang merasa sakit di bagian lain.
" Tidak aku tidak apa-apa, aku hanya butuh istirahat temani aku, jangan tinggalkan aku jika aku sudah tertidur. "
" Baiklah aku di sini menunggu.. tidurlah yang nyenyak Thalia.. "
-
Arthur kini sudah berada di depan ruangan Thalia,dengan membawa dua kantong keresek berisi buah - buahan yang di pegang oleh sang asisten.
Arthur akan masuk kembali ke dalam setelah wanita itu, keluar dari dalam ruangan Thalia.
dukung cetita ini dengan cara
LiKe
Koment
Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments