BAB 2

Terik sinar matahari, hari ini begitu panas Zeline sudah ke sana ke mari mencari lowongan pekerjaan, namun tak ada satupun tempat yang sedang membutuhkan karyawan baru.

Zeline mampir ke sebuah warung kecil untuk membeli sebotol air mineral dan satu buah roti kemasan untuk menganjal perutnya yang kosong.

Zeline merongoh tasnya lalu mengambil uang pecahan sepuluh ribu, untuk membayar air mineral dan roti yang ia beli.

" Ini jadi berapa ya Bu? " tanya Zeline sambil menunjukan makanan yang di belinya.

" Owh itu jadinya 7000 ribu aja Nenk. "

Zeline memberikan uang nya yang telah ia siapkan tadi, lalu memasukan roti dan air mineralnya ke dalam tas.

" Nenk.. tunggu dulu Nenk."

Zeline menghentikan langkah kakinya saat Ibu warung itu memanggilnya, Zeline membalikan badannya untuk menemui Ibu warung itu.

" Iya Bu, ada apa ya? "

" Ini Ibu bikin bubur kuah kuning, kebanyakan nah tunggu sebentar Ibu bungkusin buat Nenk dulu. Tunggu sebentar ya Nenk. "

Beberapa saat kemudian Ibu warung itu keluar dari dalam warungnya, sambil membawa kantung keresek di tangannya.

" Nah ini Buat Nenk... " ujar Ibu warung iba seraya memberikan kantung keresek Yang berisi bubur itu, menurut pandangannya sepertinya wanita ini sedang mencari pekerjaan.

" Jadi berapa ya Bu?".

" Udah engak usah, itu gratis buat Nenk buat ganjel perut. " kata si Ibu warung.

" Duh Ibu maafin Zeline, Zeline jadinya ngerepotin Ibu. " ucap Zeline seraya mengambil alih keresek hitam itu.

" Engak kok Nenk, iya sama-sama Nenk. "

" Kalau gitu Zeline pamit dulu ya Bu, sekali lagi terimakasih untuk buburnya. "

Ibu warung itu tersenyum lalu mendoakan Zeline, supaya wanita itu cepat mendapatkan pekerjaan kelihatannya dia orang yang baik.

...

Waktu telah menunjukan pukul 12:00 siang, terik matahari semakin menyegat ubun-ubun, sambil beristirahat Zeline duduk di sebuah bangku taman.

Zeline teringat ia tadi membeli satu buah roti dengan sedikit semangat Zeline membuka bungkus roti itu lalu memakannya.

Sedikit demi sedikit roti yang tadi ia beli, kini mulai tandas habis di makannya, Zeline membuka tutup botol air mineralnya lalu menegeuknya sampai rasa haus di kerongkongannya hilang.

Zeline mengelus perutnya yang sudah lumayan kenyang, tiba-tiba mata Zeline tertuju pada sebuah tiang listrik yang bertuliskan lowongan pekerjaan. Karena tulisanya tidak terlalu jelas, Zeline pun menghampiri tiang listrik agar apa yang tertera dalam poster itu bisa ia baca dengan jelas.

Dengan mata yang berbinar terang Zeline menarik poster itu, lalu ia pun bergegas menuju ke alamat sebuah perusahaan yang tertera dalam poster itu.

Beberapa saat kemudian Zeline telah sampai di depan perusahaan yang menjulang tinggi, sebelum masuk Zeline ingin memastikan sekali lagi, apakah lowongan pekerjaan di sini masih ada yang kosong. Barangkali lowongan pekerjaan itu sudah ada orang yang mengisinya.

Zeline pun menghampiri Pos Satpam yang berada dekat tak jauh dari arahnya sekarang.

" Permisi Pak, maaf saya mau tanya apa lowongan pekerjaan di sini masih ada?" ucap Zeline sopan.

" Iya Mbak.. kebetulan perusahaan di sini masih membutuhkan satu karyawan lagi, kalau Mbak mau saya antarkan Mbak untuk menemui Menejer Perusahaan ini. " kata Pak Security itu.

" Saya mau Pak.. " dengan wajah yang tadinya ragu kini mulai cerah seketika, saat tahu perusahaan besar ini masih membutuhkan seorang karyawan baru.

Wajah Zeline kini murung kembali, ia ingat bahwa dirinya hanya seorang lulusan SMA. Apa mungkin perusahaan ini mau menerimanya bekerja, sedangkan ia hanya lulusan SMA.

Zeline mengingati dirinya sendiri untuk tidak pesimis dulu, kita tidak akan mengetahui hasilnya, jika kita belum benar-benar mencobanya.

Dengan semangat Zeline menggikuti langkah kaki Pak Security itu, walaupun pada kenyataanya rasa gugupnya tak bisa ia sembunyikan.

Langakah mereka berhenti saat tiba di sebuah ruanga besar, Zeline masuk ke dalam menggikuti langkah kaki Pak Security.

" Selamat siang Bu, maaf saya membawa pelamar baru ke sini. "

Ratna selaku Menejer perusahaan itu, mengalihkan pandangan matanya menuju arah Pak Security.

" Iya silahkan.. " jawab Bu Ratna ramah.

" Ini Bu.. pelamar barunya. " saut Pak Security seraya menunjuk ke arah belakang, Zeline pun berjalan sedikit ke depan.

" Owh iya mari.. " balas Bu Ratna seraya tersenyum lalu mempersilahkan Zeline untuk duduk.

" Kalau begitu saya permisi dulu ya Bu." Pak Security pun keluar ruangan itu, seraya menutup pintunya kembali seperti semula.

Ratna tersenyum ke arah Zeline, entah megapa Ratna merasa bahwa Zeline cocok mengisi pekerjaan di bidang yang sedang di butuhkan di perusahaan ini.

" Oya sebelumnya, boleh saya liat surat lamaran kerja kamu? "

Zeline mengangguk sambil tersenyum ia pun mengeluarkan apa yang di minta oleh Bu Ratna dari dalam tasnya.

Zeline menyerahkan Surat lamarnya, dengan senang hati Bu Ratna menerimanya.

Zeline gugup bagaimana jika Bu Ratna berubah pikiran melihat dirinya hanya seorang lulusan SMA.

Bu Ratna tersenyum " Kenapa kamu gugup? kayak saya introgasi kamu aja. "

Zeline tersenyum bagaimana ini sudah hampir lima belas menit, namun Bu Ratna tidak mengatakan apa-apa lagi.

" Bu bagaimana apa saya di terima, tapi sekali lagi mohon maaf saya hanyalah seorang lulusan SMA. "cicit Zeline ia memberanikan diri untuk bertanya.

" Bagi saya pangkat itu tidak terlalu penting dalam pekerjaan, yang terpenting itu kinerja seseorang dalam melakukan pekerjaan itu. " ucap Bu Ratna bijak.

Zeline tersenyum sungguh atasan idaman Bu Ratna ini, pasti para pekerj di perusahaan ini sangat bersyukur memiliki atasan seperti Bu Ratna ini.

" Jadi Bu bagaimana? apa saya di terima untuk bekerja di sini? "

" Ya silahkan.. " tunjuknya pada arah pintu seraya menatap Zeline.

Zeline gugup sudah pasti ia tidak akan di terima, Bu Ratna malah menyuruhnya untuk keluar.

" Yasudah kalau begitu terimakasih untuk waktunya, saya permisi Bu.. "

Ratna terkekeh melihat tingkah polos Zeline. " Zeline tunggu dulu. "

Zeline pun berhenti melangkah lalu menoleh ke arah belakang " Ada apa lagi ya Bu? " sepertinya urusan di antara mereka sudah selesai.

" Maksud saya silahkan.. akan saya tunjukan ruangan kamu. "

Mata Zeline berbinar-binar sungguh ini di luar dugaanya, jadi untuk kalian juga tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, jika Allah sudah berkehendak jadi maka jadilah.

Zeline menggikuti langkah kaki Bu Ratna, matanya tak bisa berhenti terpana melihat setiap titik sudut perusahaan ini.

Sampai pada akhirnya mereka berdua tiba di sebuah ruangan berlapis kaca, banyak orang-orang yang sedang bekerja. Tiba-tiba saat Bu Ratna masuk semua karyawan menghentikan kerjanya lalu memberi hormat kepada Bu Ratna.

" Selamat siang semuanya.. " ucap Bu Ratna.

" Siang Bu.. " jawab seluruh karyawan itu.

" Yahh hari ini kalian akan mendapatkan teman kerja baru. "

Ratna menyuruh Zeline masuk ke ruangan Divisi Pemasaran, Zeline pun mengangguk lalu masuk ke dalam ruangan itu.

" Nah semuanya perkenalkan ini namanya Zeline karyawan baru di perusahaan ini, saya harap kalian semuanya bisa menjalin kerja sama yang baik sekaligus menjadi teman yang baik. "

Semuanya mengangguk tersenyum ke arah Zeline, Zeline pun membalas senyuman teman-teman barunya dengan tulus.

" Nah Zeline saya tempatkan kamu di Divisi Pemasaran.. semoga kamu betah ya.. " ucap Bu Ratna lembut.

" Terimakasih Bu, terimakasih sudah mau nerima Zeline kerja di sini. " saut Zeline dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

" Iya sama-sama udah dong, kaya lagi nonton drakor aja kamu nangis. " balas Bu Ratna seraya menepuk pelan pundak Zeline.

♡♡♡♡♡♡

Di Perusahaan United Tractors, Tbk (UNTR) Indonesia

United Tractors adalah sebuah Perusahaan Tambang terbesar yang berada di Indonesia,di pimpin oleh seorang CEO muda bernama Arthur Rajendra Mahatama.

Putra dari Tuan Besar Savero Mahatama seorang pembisnis handal di bidang Tambang. Namun karena umurnya yang sudah semakin menua, Savero memberikan jabatannya pada putera pertamanya yaitu Arthur Rajendra Mahatama.

Ibu Arthur bernama Leta Lateshia Lovata mantan seorang Pengacara terkenal di Indonesia, namun karena usianya yang sudah semakin menua. Leta pun memutuskan untuk pensiun dari jabatannya.

....

Di sebuah ruangan terlihat seorang pria sedang mendatangani berkas-berkas yang membutuhkan tandatangannya.

Sesekali pria itu melirik jam tangannya, berharap malam segera datang ia tak sabar untuk bertemu dengan pujaan hatinya, siapa lagi kalau bukan Arthur Rajendra Mahatama.

Akhirnya waktu yang di tunggu pria itu tiba juga, kini jam telah menunjukan pukul 06:00 sore. Arthur keluar dari dalam ruangannya diikuti oleh sang asisten dari belakang.

Arthur keluar dari mobil dengan berwibawa, ia merapikan jasnya lalu melanjutkan jalan kakinya.

" Hallo sayang apa kau sudah menunggu lama?" ucap Arthur seraya mencium pipi wanita itu dari arah belakang.

" Tidak.. kau tepat waktu.. " balas wanita itu dia Thalia Maheswari kekasih dari Arthur.

Arthur tersenyum lalu duduk di kursi depan Thalia.

Mereka pun memanggil seorang Waitress lalu memesan makana apa yang mereka pilih.

" Kau kenapa? " Tanya Arthur khawatir tak biasanya wajah Thalia terlihat murung seperti itu.

Tahlia menggelengkan kepalanya "Aku tidak apa-apa." Thalia meyakinkan Arthur agar tidak mengkhawatirkannya.

" Kau serius?"

" Yeah i am sure." jawab Thalia sambil tersenyum.

Tak lama dari itu seorang Waitress datang dengan membawa sebuah nampan di kedua tangannya. Mereka berdua pun mulia memakan makanannya masing-masing tanpa mengeluarkan suara.

" Arthur.. jika aku pergi apa kau akan mencariku?" ucap Thalia setelah mereka selesai makan.

Wajah yang semula biasa kini menjadi serius mendengarkan perkataan yang keluar dari mulut Thalia.

" Aku akan mencarimu, jika bisa akan ku cari sampai ujung dunia pun. "

Thalia tersenyum " I love you, I wish I could always be by your side. " kata Thalia, Arthur tersenyum inilah yang Arthur sukai dari Thalia.

" Kamu memang harus selalu berada di sampingku Thalia Maheswari will you marry me? " ucap Arthur seraya mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah berbentuk love dari dalam saku jasnya. Arthur sudah menyiapkan cinci itu sejak lama, namun Arthur baru memberikannya sekarang.

" Yes I will.. " saut Thalia dengan mata yang sudah berkaca-kaca, ia terharu melihat sikap Arthur yang tak pernah berubah kepadanya sedikitpun.

Arthur memasangkan cicin yang sudah ia persiapkan sejak dulu, di jari manis tangan Thalia.

Arthur mencium tangan Thalia dengan penuh cinta.

" Berjanilah padaku untuk selalu bersamaku. " cicit Arthur seraya mengenggam tangan Thalia.

"I'm promise.. " balas Thalia suaranya sedikit terisak.

Arthur beridiri dari duduknya lalu berjalan sedikit ke arah Thalia yang berada tidak jauh dari depannya.

Thalia pun berdiri dan mereka pun saling memeluk satu sama lain, seolah-olah itu adalah pelukan terakhir mereka.

JANGAN LUPA UNTUK LIKE, KOMEN CERITA INI KALAU BOLEH BAGI VOTE NYA JUGA, NGAKPAPA BIAR CERITA INI BISA BOOMING JANGAN LUPA UNTUK TERUS DUKUMG CERITA INI DENGAN CARA LIKE, KOMEN SERTA VOTE NYA TERIMAKASIH.

TOLONG DI MAKLUMI JIKA DALAM CERITA TERDAPAT KATA ATAU RANGAKAIN CERITA YANG TIDAK SESUAI TERIMAKASIH☺☺☺

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!