Amfitrite sedang mengelilingi dan mengecek seluruh lautan. Seperti yang dia lakukan setiap hari karena ini adalah tugasnya. Saat dia berkeliling, dia melihat Furqon yang tergeletak di dasar laut yang paling curam. Dia mendekati Furqon. Melihat anak yang berusia 10 tahun yang nyaris kehilangan nyawa dan tersiksa itu membuat Amfit merasa iba dan tanpa pikir panjang dia memberi setengah dari kekuatannya. Agar dia dapat bertahan hidup.
“Manusia... bukankah manusia tidak dapat bernafas di air? Dia sangat tidak berdaya, kasihan sekali dia. Aku harus melakukan sesuatu sebelum Izrail datang kemari. Akan aku berikan setengah kekuatanku padanya agar dia dapat bertahan hidup.” ujar Amfitrite.
Karena nyawanya di ujung tanduk, Furqon dapat melihat Amfitrite dengan penglihatan yang buram. Cahaya itu mengelilinginya. Setelahnya Furqon hilang kesadaran. Dan Amfitrite membawa Furqon ke tepi pantai. Keesokan harinya, Furqon membuka matanya pelan-pelan. Dan batuk itu menyerang tubuhnya dan mengeluarkan air yang telah masuk ke dalam paru-paru. Setelah air keluar, mata jalangnya berkelana di sekeliling tepi pantai.
“Aku di tepi pantai? bagaimana bisa?”
Furqon tidak sadar dengan apa yang terjadi dengan dirinya.
“Ombaklah yang membawaku kemari!”
Tiba-tiba ada suara yang berbisik padanya dengan penuh ketenangan.
“Suara siapa itu?”
Furqon menoleh ke kiri dan kanan. Di sisi kanannya dia melihat angin yang menggumpal ada di dekatnya.
“Aku tak pernah melihat angin yang bergerombol seperti ini?” dengan mengamati angin tersebut.
Lalu Furqon mencoba menyentuh angin tersebut. Dan dia bisa menyentuhnya.
“Hei apa yang kamu lakukan manusia? Bagaimana kamu bisa memegangku?” Amaltheia bingung melihat yang terjadi.
“Angin bisa bicara? Makhluk apa kamu?” tanya Furqon.
“Aku tidak dapat menjawab tanpa izin dari pemimpin!” jawab Amaltheia.
“Pemimpin? Kamu punya pemimpin? Siapa dia?” Tanya Furqon penasaran.
“Kamu tak perlu tahu manusia, tapi kenapa kamu dapat mendengarku seakan-akan kamu dapat bicara denganku? Padahal jika aku membisikkan sesuatu pasti akan diterima dengan jiwa. Kemudian akan terolah dengan pikiran manusia.” tanya Amaltheia.
“Aku tidak tahu, yang aku tahu tadi aku tenggelam dan nyaris mati. Tapi aku melihat cahaya di sekelilingku. Dan tiba-tiba aku berada disini!” jawab Furqon.
“Kamu benar-benar dapat berbicara denganku, yang aku tahu kami hanya dapat berbicara dengan bangsaku dan para syeitan. Apakah kamu hantu?” tanya Amal penasaran.
“Hantu? Aku jadi arwah? Benarkah? Tidak-tidak, pasti itu salah!” Jawab Furqon.
“Sepertinya memang bukan. Ini benar-benar aneh!” kata Amaltheia.
Amaltheia menemui Amfitrite karena kebetulan jarak mereka saat itu dekat.
“Amfit, apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Amaltheia.
“Saya sedang mengelilingi lautan dan mengeceknya. Ini adalah tugasku dan melaporkannya ke atas. Kamu sendiri sedang apa kemari Mal? Apa tugasmu sudah selesai? Tanya Amfitrite.
“Aku kesini karena ingin melihatmu bertugas. Hei Am, kamu tahu nggak? Tadi aku membisikkan sesuatu pada seorang manusia. Tapi anehnya dia dapat mendengar suaraku seakan dia berbincang denganku. Padahal hal ini tidak pernah terjadi pada siapapun. Dan hebatnya lagi dia dapat melihatku Am.” Amaltheia menceritakan yang terjadi padanya.
Mendengar cerita amaltheia, Amfitrite merasa kaget dan gugup. Wajahnya langsung berwarna pucat pasi seketika. Karena berfikir jika iu terjadi adalah penyebabnya.
“Benarkah? Dimana?” Tanya Amfitrite dengan gugup.
“di tepi pantai sebelah barat.” Jawab Amaltheia.
“Yang dimaksud Amaltheia pasti anak laki-laki yang tadi malam. Bagaimana ini? Aku tidak tahu jika efek dari kekuatanku akan seperti ini. Bisa gawat jika pemimpin sampai dengar.” Isi pikiran Amfitrite.
“Amaltheia, bukankah pekerjaanmu masih banyak?” Tanya Amfit untuk menutupi kepanikannya.
“iya kamu benar Am, baiklah aku permisi dulu Am.” Pamit Amaltheia.
Mendengar kabar dari Amaltheia, Amfit merasa gelisah. Segera dia menuju barat untuk mencari anak yang telah dia selamatkan tadi. Dilihat di tepi pantai tidak ada seorang pun. Lalu Amfit berubah wujud menjadi merpati untuk mencarinya.
Dari pepohonan, Amfit menyaksikan banyak manusia yang berkumpul di tepi jalan. Terlihat Furqon ada diantara kerumunan itu.
“Aku terlambat, keadaanya tidak tepat. Aku tidak bisa mengambil kekuatanku jika keadaannya seperti ini. Tapi aku harus dapat mengambilnya kembali sebelum gerbang Nabastala terbuka.” Kata Amfit.
Amfit kembali dan melakukan tugasnya seperti biasanya. Setelah selesai mengurus dan mencatat laporan, Amfit berubah merpati dan mendatangi anak laki-laki yang pernah ditolongnya.
Furqon sedang tidur disebelah ibunya. Terlihat saat itu tangan ibunya merangkul erat-erat tubuh Furqon. Kemudian Amfit berubah menjadi angin agar dia dapat masuk ke rumah Furqon lewat lubang-lubang jendela. Kucing Furqon mengeong sangat keras. Seakan kucing itu melihat sosok Amfit. Mendengar suara kucing yang keras itu ibu Furqon terbangun dan menyuruh kucing itu pergi. Lagi-lagi kucing itu kembali dan terus bersuara karena melihat sosok Amfit. Kali ini Amfit gagal untuk mengambil kekuatannya kembali.
Amfit kembali ke arah laut. Dalam perjalanan, dia berbicara pada dirinya sendiri.
“Kenapa kucing itu dapat melihatku? Apa penyebabnya separuh kekuatanku telah menghilang? Tidak aku sangka efeknya akan seperti ini.” Gumam Amfit.
Hari esok telah datang, Amfit kembali menuju rumah Furqon dan berharap bisa mendapatkan kembali kekuatanya.
Suasana disana hening. Tak ada kucing dan ibu Furqon.
“Ini adalah kesempatan emas!” gumam Amfit.
Furqon selesai mandi waktu itu. Kemudian dia tertidur pulas karena capek. Saat Furqon tertidur, Amfit memulai aksinya.
Dengan mendekatkan wajahnya di hidungnya. Kemudian menghirup kekuatannya untuk diambil. Hirupan pertama dia gagal, kemudian dia mencoba lagi, hingga 20X tapi usahanya tetap gagal.
“Kenapa kekuatanku tidak bisa kembali? Aku ingat betul waktu itu aku memasukkan lewat hidungnya. Tapi saat aku mencoba mengambilnya kembali kenapa tidak bisa? Biar aku coba lagi!” kata batin Amfit.
Amfit mencoba berulang-ulang untuk mengambil kekuatannya kembali. Hingga fajar menjemput dia masih belum berhasil. Karena matahari telah terbit. Amfit segera kembali ke laut untuk melaksanakan tugasnya.
“Bagaimana tidak bisa kuambil? Itukan kekuatanku?” banyak pertanyaan di benak Amfit yang belum ketemu jawabannya.
Tiba-tiba Amaltheia datang dari arah barat menyapa Amfitrite.
“Hei Amfit, jangan lupa nanti bulan purnama datang. Ini adalah laporan kita yang pertama. Jujur.. aku sangat gugup.” Amaltheia menyapa Amfit dari atas laut.
“Iya Mal, kamu benar!” jawab Amfitrite.
“Apa kamu juga gugup?” tanya Amal penasaran.
“Iya aku gugup sekali Mal, bahkan sangat takut.” Jawab Amfit.
“Kenapa harus takut? Kamu ini seperti telah melakukan kesalahan saja. Takut segala. Hahaha...” kata Amal dengan setengah mengejek.
“Baiklah aku pamit dulu Am, masih banyak tugas nih!” kata Amal pamit.
“Nanti malam bulan purnama?” gumam Amfitrite.
Amfittrite tiba-tiba terlintas pikiran tentang apa yang pernah Amaltheia ceritakan waktu lampau. Tentang manusia yang dapat berbincang dengan Amaltheia.
“Tunggu... jangan-jangan... ?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Mitt²🍒⃞⃟🦅
lanjut nanti lagi yaa 🙏🤭
2022-11-18
1
Nia Hellen
lanjut kak,, ceritanya bagus
2022-11-17
0
AdindaRa
Bikin penasaran nih. Lanjut baca. Ceritanya menarik 😍
2022-10-28
2