EPISODE 4

Sepuluh tahun yang lalu.

Noah berdiri menghimpit kan tubuhnya ke pintu ruang kerja kakeknya, matanya terus mengamati keadaan di dalam. Ares duduk berhadapan dengan kakeknya dengan selembar photo di tangannya. Wajahnya terlihat sangat tidak bersemangat.

“Dia masih 15 tahun.”

“Cobalah dekat dengannya dulu, pertunangan akan di laksanakan saat umurnya sudah 18 tahun.”

“Kakek, bukankah ini terlalu cepat? Aku belum siap untuk menikah.”

“Begitu cepat, bahkan sebelum kalian dilahirkan perjodohan ini sudah direncanakan. Tidak usah terburu-buru. Kalian hanya perlu bertunangan, itu baik untuk kedua belah pihak.”

Ares diam, dia tak ingin berbicara apapun. Mau tidak mau dia harus menerima keputusan itu, untuk keluarga dan perusahaannya.

Usianya kini baru 20 tahun. Namun, sebagai cucu tertua dari keluarga Helios, Ares harus mengemban tanggung jawab keluarga. Dia harus benar-benar menerima semua rencana untuknya, termasuk pernikahan sekalipun.

“Kakek!” Noah yang sejak tadi menguping, menelusup masuk bergabung dengan Ares dan kakeknya. Dia duduk di samping Tn. Helios sekarang.

“Apa kau mendengar semuanya?” Tanya Tn. Helios.

“Hmm,” Noah menggangguk. “Kakek, aku juga ingin menikah, apa aku juga akan menikah dengan gadis pilihanmu seperti kak Ares?”

“Noah kau masih terlalu kecil untuk memikirkan hal itu.” Ungkap Ares.

“Aku tidak mau dijodohkan sepertimu, aku mau menikah dengan Athena saja, tidak mau dengan gadis lain.”

Ares dan Tn. Helios terkejut, mereka saling menatap satu sama lain. Seorang anak berusia 10 tahun baru saja menyampaikan keinginannya menikah dengan seorang gadis di hadapan mereka. Benar-benar hal yang tidak terduga.

“Noah, itu—“

“Kakek, aku tidak bercanda, saat dewasa nanti, gadis yang ingin aku nikahi hanya Athena.” Begitu tegasnya Noah berbicara meyakinkan Kakak sepupu dan Kakeknya tentang keinginannya itu.

Dibalik pintu, ternyata Orion diam-diam menguping pembicaraan mereka.

---

Ares menceritakannya semua yang Noah katakan pada Paman Roberto—Paman Athena—yang bekerja sebagai supir pribadi keluarga Helios. Dia kaget mengetahui keputusan keluarga Helios menanggapi keinginan cucu bungsu mereka.

“Noah sangat keras kepala, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Akan tetapi, ulah Noah yang selalu membuat Noah menangis, mungkin akan berdampak buruk baginya. Di kemudian hari, bisa saja Athena membenci.”

“Aku paham Tuan Muda.”

“Jadi Paman, bisakah kita menjauhkan Noah dan Athena dulu? Aku akan mengatur semuanya, dan pastikan Athena tidak tahu soal perjodohan mendadak ini.”

“Baik Tuan Muda.”

“Paman, maafkan aku melibatkannya seperti ini.”

“Ah, tidak apa-apa Tuan Muda, aku hanya bingung, kenapa keluarga kalian bisa memilih keponakanku untuk menjadi menantu. Kau tahu, aku hanya seorang supir.”

“Karena ini keinginan Noah sendiri. Paman juga tahu, kita semua tidak bisa menolak keinginannya.”

Paman Roberto mengangguk membenarkan.

---

“Huaciiih.”

Sudah beberapa kali Athena bersin. Setelah kejadian tercebur ke laut, keduanya berakhir di sebuah gubuk tua di sisi pantai. Entah milik siapa?! Keadaanya sudah usang, terlihat tidak terawat dan lama di tinggalkan. Beruntung ada tungku api dan kayu yang bisa mereka gunakan untuk menghangatkan diri.

“Salahmu, kenapa mendorongku.” Ucap Noah, dia membuka kemejanya yang basah dan menaruhnya di kursi kayu.

“Kenapa kau menyalahkanku?” Athena duduk di depan tungku dengan kaki yang ia lipat dan peluk.

Sementara Noah membuka kaosnya dan bertelanjang dada. Kemudian duduk di samping Athena. Athena membelalak terkejut, dia sedikit menggeser tubuhnya menjauhi Noah.

“Kenapa kau membuka bajumu?”

“Kenapa? Tentu saja karena aku tidak mau sakit karena memakai baju basah.”

“Tapi ada aku di sini.”

“Memang kenapa? Aku masih menghormatimu, aku masih memakai celanaku, kau tenang saja.”

Athena mendesah, mereka berpisah selama 10 tahun. Namun kenyataan bahwa Noah adalah seseorang yang keras kepala ternyata tidak bisa berubah. Athena memilih diam untuk beberapa saat, fokus menghangatkan tubuhnya.

“Kau yakin tidak akan menjelas padaku kenapa kau pergi?”

“Aku pergi untuk belajar.”

“Itu saja?”

“Apa ada hal lain lagi?”

“Kau, tidak berusaha menjauh dariku?”

Athena tak menjawab, dia mengeratkan pelukan di kakinya. Berusaha menjauh atau tidak, kala itu dirinya memang menjauh dari Noah. Untuk sesat, dalam sepuluh tahun itu hidupnya normal tanpa ada pria kecil yang mengganggunya.

“Aku butuh jawabanmu.”

Athena menoleh kembali pada Noah, “Aku hanya menuruti perintah Pamanku untuk pergi belajar, apa aku punya alasan untuk menolak sementara akupun masih ingin belajar? Apa ini cukup untuk sebuah jawaban yang kau inginkan? Aku tidak punya jawaban lain selain ini.” Tutur Athena.

Sesaat Noah terdiam. Jawaban Athena tak bisa dia elak, namun dirinya masih belum puas menerima alasan kepergian Athena.

“Kenapa tidak memberiku kabar?”

“Apa kita cukup dekat? Aku bukan orang yang suka berbasa-basi menuliskan surat untuk seseorang agar dia tahu keadaanku.”

“Apa kau tidak merindukanku?”

“Apa kau berharap aku akan merindukan seseorang yang hampir setiap hari membuatku menangis? Bukankah itu konyol?”

Noah menelan salivanya. Tak satupun jawaban dari Athena membuatnya senang, sekalipun itu hanya ungkapan penyesalan karena tidak mengiriminya kabar. Noah hanya bisa menatap gadis yang kini merebahkan kepalanya di atas kedua kakinya yang ia tekuk itu.

---

Venus menatap lepas ke arah lapangan basket luar kampusnya, salah satu sosok tinggi tegap menyita perhatiannya saat bermain basket. Teriakan para mahasiswi yang memanggil namanya membuat jengah, tapi apa yang bisa dia perbuat kecuali duduk di salah satu kursi penonton dan diam memperhatikannya.

Orion, pemuda itulah yang membuat gadis seceria Venus berdiam diri seperti ini, dia mengaguminya sejak mereka baru masuk ke kampus. Mereka satu jurusan tapi tak pernah saling menyapa sekalipun, Venus memakluminya, sebagai Tuan Muda ke dua keluarga Helios, Orion cukup populer dan berhati-hati untuk berteman. Hanya saja ia selalu merasa sesak ketika ingat bahwa dirinya hanya bisa mengagumi tanpa bisa memiliki. Terlebih ketika tahu dua Tuan Muda lainnya sudah memiliki calon istri terpilih oleh keluarga mereka, dalam pikirnya sudah jelas Orion pun akan bernasib sama seperti kedua saudaranya.

“Hesshh, apa yang kuharapkan?” Dengan lemas, Venus mengangkat tubuhnya dan berjalan pergi.

Hera memperhatikan dari jauh tingkah Venus yang berbeda dari biasanya, dia bergegas mendekatinya.

“Kau baik-baik saja?” Tanya Hera yang kini mengiringinya berjalan.

“Oh, kakak. Kau datang ke kampus juga hari ini?”

“Hei, aku bertanya apa kau baik-baik saja?”

“Hmm, tentu saja. Memang kenapa?”

“Aku melihatmu tidak bersemangat, kupikir kau sakit. Ayo ke kantin, pagi tadi Ibu Ares membuatkan makanan untukku, tidak akan habis jika kumakan sendiri.”

Venus menatap wajah Hera saat mereka sudah berada di kantin dan membongkar makanan untuk di makan bersama. Gadis berusia 25 tahun itu sungguh terlihat sempurna dengan wajahnya, tubuhnya pun sangat tinggi dan langsing, sangat cocok bersanding dengan Presdir muda keluarga Helios.

“Kakak, kenapa kau mengambil S2?”

Hera terlihat berpikir sesaat, “Kenapa? Apa aku harus berdiam diri di rumah dengan kebosanan? Mengambil S2 bukankah lebih baik, masih banyak hal yang ingin kupelajari.”

“Aku selalu memujimu untuk banyak hal. Kenapa kau selalu terlihat sempurna, pasti itu yang membuatmu terpilih menjadi calon menantu keluarga Helios.” Lagi-lagi Venus terlihat tidak bersemangat.

Hera menaruh sendok yang dia gunakan untuk makan di meja. Dia menghela nafas sebelum memulai berbicara.

“Sebenarnya, aku mengambil S2 karena terlalu lelah menunggu.”

“Hmm, menunggu? Menunggu apa?”

“Kau tahu, aku bertunangan sudah 7 tahun dengan Ares, tapi sekalipun dia tidak pernah membicarakan soal pernikahan denganku. Kadang-kadang aku berpikir untuk apa dia bertunangan denganku jika tidak menikahiku. Apa dia menjadikanku sebagai pajangan saja? Akan lebih baik mungkin jika aku bukanlah tunangannya, mungkin saja sekarang aku sudah menikah dengan pria lain.”

Venus tercengang mendengar penuturan Hera. Jauh sekali dari bayangannya tentang betapa bahagianya menjadi tunangan Tuan Muda keluarga Helios. Ternyata Hera malah cukup tertekan karena hal itu.

“Lupakan lah, di mana gadis itu, apa dia tidak masuk? Ini hari keduanya.”

“Ah, aku tidak melihatnya saat bangun, sepertinya dia tidak kembali semalam.”

“Woaaahh, apa mereka melakukan wik-wik setelah lama tidak bertemu?”

“Hah? Kakak, bisakah kau menjaga bicaramu? Apa otakmu semesum itu?”

“Kenapa? Apa aku salah? Pria dan wanita tidak kembali semalaman apa lagi yang bisa mereka lakukan?”

“Hey, aku yakin Athena bukan gadis seperti itu.”

“Siapa yang tahu?!” Hera mengendikan bahunya. Venus mendesis kesal, baru saja dia berempati pada gadis di hadapannya, dia terlihat terintimidasi karena statusnya sebagai tunangan Ares. Namun cara bicaranya membuat Venus akhirnya berpikir lain, mungkin itu salah satu sebabnya kenapa dia tidak kunjung dinikahi oleh tunangannya sendiri.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Eca Ayunie

Eca Ayunie

wik wik katanya

2020-03-29

1

kiki rizki

kiki rizki

hera frontal banget klo ngomong.. wkwkwk

2020-03-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!