“Dari sini ke kampus hanya perlu waktu sekitar sepuluh sampai lima belas menit, jadi tidak usah terburu-buru,” ucap Venus pada Athena yang baru saja selesai mengikat tali ssepatunya.
Athena mengangkat kepalanya dan mengangguk pada Venus.
“Mau ikut denganku?”
Athena menengok ke belakang, didapatinya Hera berdiri tepat di belakang dengan kunci mobil yang ia mainkan di tangan.
“Siapa namamu, semalam aku kembali terlalu larut jadi tidak bisa menyambutmu.”
“Namanya Athena, dia sedikit pemalu, jangan terlalu judes padanya, Kak.”
Hera melotot pada Venus, “Memangnya aku judes? Kau ini seenaknya saja bicara.”
“Kau mungkin tidak menyadarinya, tapi orang lain menyadarinya.”
“Hei!”
“Apa kita bisa berangkat sekarang?” Athena berdiri, membuat Venus dan Hera menoleh padanya.
“Jangan pedulikan ucapan Venus, dia itu sesat," sungut Hera yang lantas berjalan mendahului Venus dan Athena.
“Kak Hera memang begitu, jangan didengar.”
Venus mengaitkan tangannya di lengan Athena, dia berusaha membela diri. Athena enggan menjawab, dalam pikirannya dua-duanya sama saja, sama-sama keras kepala. Yang satu judes sementara yang satu lagi cerewet.
Seperti yang Venus katakan, mereka hanya butuh waktu sekitar sepuluh sampai lima belas menit. Tapi tidak sampai sepuluh menit mereka sudah sampai di kampus.
“Aku ada kelas pagi, jika kalian mau pulang bersamaku hubungi aku saja,” Ucap Hera.
“Terimakasih, Kak.” Hera membulatkan mata mendengar kalimat terimakasih yang Athena ucapkan.
“Venus, apa gadis ini berasal dari planet lain? Dia kaku sekali. Aku khawatir kau seorang alien. Issshh, mengerikan.” Hera menghidupkan badannya sendiri lantas pergi begitu saja meninggalkan Venus dan Athena.
Venus menyenggol lengan Athena, “Bersikaplah lebih terbuka, jangan terlalu canggung. Kita akan tinggal bersama untuk waktu yang lama. Apa lagi dengan Kak Hera. Dia tidak pandai menilai orang, salah-salah kau bisa dia makan karena salah paham.”
“Aku—sudah bersikap dengan sewajarnya.” Ya, Athena sudah terlahir dengan sikaf yang seperti itu, tidak tahu bahwa orang lain akan mempermasalahkannya.
“Huaaahh, mungkin aku bisa memahami karaktermu. Entah bagaimana dengan, Kak Hera.”
“Apa itu mengganggu?”
“Sedikit, sebaiknya kau belajar lebih terbuka lagi terhadap seseorang.”
Athena memutar bola matanya mencoba berfberfikir.
---
“Kapan aku bisa melihatmu semangat menjalani hidup? Arrrgghh, kau terlihat menyedihkan.” Ya, Orion merasa jengah berjalan berdampingan dengan Noah yang selalu terlihat malas.
“Apa kau akan menangis melihatku seperti ini?”
“Ya, kuharap kau mati saja, hidup pun kau terlihat seperti zombie.”
Noah langsung menghentikan langkah, dia masang wajah garang untuk Orion.
“Kau menyumpahiku mati?”
“Kalau kau tidak ingin mati bersikaplah seperti manusia normal. Kau pikir orang suka melihatmu menekuk wajah seharian, makan, tidur dan bermain game, menyia-nyiakan hidup saja. Adikku, lihatlah.” Orion merangkul pundak Noah, dia menunjukkan jari telunjuknya ke arah segerombolan gadis di salah satu sudut koridor. “Kau bisa memilih salah satu dari gadis-gadis itu dan bersenang-senang, nikmati hidup ini dengan baik. Apa kau tidak tergoda dengan kecantikan mereka?”
“Tidak mau!”
Orion menelan ludahnya, dia menundukkan wajah dan mendesah berat.
“Ini sudah sepuluh tahun, kalau kau menyukai dan merasa kehilangan dia, kenapa tidak mencoba mencarinya?” Sungut Orion geram.
“Apa sih? Kau ini bicara apa?”
Orion mengepal tangan, entah sengaja atau tidak, rasanya Noah sedang mempermainkannya. Orion dibuat kesal sendiri oleh Noah.
“Orion, Noah!” Dari arah berlawanan, Hera mendekati mereka. “Siapa di antara kalian yang akan menikah?” Pertanyaan Hera membuat Orion dan Noah saling menatap satu sama lain.
“Kak, kau pagi-pagi makan obat apa?! Kenapa tiba-tiba bertanya hal seperti itu?” Tukas Orion.
“Apa kau sudah tidak sabar menikah dengan Kak Ares? Apa ingin tidur satu ranjang dengannya? Kau ingin melakukan 'itu' ?”
“Aish, bodoh!” Orion mengangkat tinjunya, ingin sekali dia layangkan ke arah Noah karena pertanyaan-pertanyaan bodohnya.
“Di tempatku ada seorang junior baru dan Ares bilang itu adalah calon adik iparnya.”
Orion melebarkan matanya, dia tahu siapa yang Hera maksud. Sementara Noah menggaruk kepalanya dan menatap Orion.
“Siapa sih?”
“Ah, Kak. Aku melupakan sesuatu, ada yang ingin kusampaikan padamu.” Orion dengan cepat menarik Hera menjauhi Noah.
“Hei, apa sih? Aku benar-benar tidak mengerti.” Orion dan Hera mengacuhkan Noah. Mereka berbisik-bisik menjauh darinya.
“Apa yang kalian bicarakan? Kalian mau main rahasia-rahasiaan denganku?” Lagi-lagi Noah diacuhkan. “Hei, arrrhh—menyebalkan.” Noah memutuskan pergi meninggalkan mereka.
“Kakak, apa gadis itu bernama Athena?”
“Hmm, benar. Apa dia calon istrimu? Dari caranya berpakaian sepertinya dia bukan—“
“Memang bukan, tapi sudah direncanakan sebelumnya.”
“Benarkah? Bukankah ini hal yang tidak wajar? Keluarga Helios mencari menantu dari kalangan biasa? Dan kau menerimanya?”
“Kau salah paham, itu bukan aku?”
“Lalu?” Orion menatap punggung Noah yang pergi menjauh.
---
Setelah menyelesaikan proses pindahnya, Athena memutuskan untuk pergi membaca buku di perpustakaan kampus. Lagi pula tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan, tak ada orang lain selain Venus dan Hera yang dia kenal.
Buku bersampul biru dengan judul Mantra Neptunus tak pernah ketinggalan dia bawa, kali ini dia menaruhnya di meja dan membaca buku lain yang sebelumnya ia ambil dari salah satu rak buku perpustakaan.
Seorang mahasiswa dengan wajah malas lewat di hadapan Athena, lantas menarik salah satu tempat duduk di dekat Athena. Dia merebahkan kepalanya di meja dengan tangan kanan yang ia gunakan sebagai alas. Gurat wajah kesal terpampang di wajahnya.
“Menikah apanya? Siapa yang akan menikah? Berani-beraninya mereka bermain rahasia di belakangku. Menyebalkan!” Gerutunya. Ya, mahasiswa itu adalah Noah, dia lari ke tempat tenang seperti perpustakaan untuk tidur di sana, juga berusaha melenyapkan kekesalannya pada Hera dan Orion yang mengacuhkannya.
Athena meliriknya sesaat. Noah sama sekali tidak peduli dengan keberadaannya. Bahkan dengan santai memejamkan mata tak tahu ulahnya tadi mengganggu seseorang.
“Athena!” Athena menoleh pada Venus yang datang mencarinya.
Bersamaan dengan itu, Noah mengangkat wajahnya. Dia membelalak melihat satu dari dua orang gadis yang saling melempar senyum itu.
“Athena aku mencarimu, ternyata kau di sini.”
Noah menunduk tak percaya, “Tidak mungkin!”
Ekor matanya menemukan sesuatu, sesuatu yang memastikan jelas bahwa apa yang ia pikirkan itu benar. Buku bersampul biru berjudul 'Mantra Neptunus' yang tergeletak di meja memastikan bahwa Athena yang ada di hadapannya adalah Athena yang dia kenal.
Noah berdiri dengan cepat dan menimbulkan suara hingga Venus dan Athena menoleh padanya. Terlebih ketika Noah mengambil bukunya, Athena pun angkat bicara.
“Itu milikku.”
Jelas Noah semakin yakin dengannya.
“Jadi benar, kau—“ Untuk sesaat Noah tak bisa melanjutkan ucapannya. Dia melirik Venus yang tidak mengerti dengan keadaan apa sebenarnya ini. Noah berputar melewati meja, dia meraih pergelangan tangan Athena dan mengajaknya berjalan pergi.
“Kita bicara.”
“Eh tunggu, kau siapa?”
Venus mematung, tangannya spontan menunjuk tanpa arah. “Bu—bukankanh itu Noah?” Venus memutar tubuh melihat Noah yang menarik Athena pergi, dia memastikan bahwa yang menarik Athena adalah benar Noah. Tidak masuk akal, Noah adalah tuan muda ke-3 keluarga Helios, banyak sekali gadis yang mengejarnya tapi tak pernah ada reaksi apapun yang dia tunjukan, kesehariannya sebagai mahasiswa tidak dia jalankan dengan benar. Hanya sesekali saja masuk kelas untuk mengikuti mata kuliah, selebihnya dia hilang dari keramaian untuk mencari tempat tenang menyendiri dan tidur. Tapi hari ini Venus melihat Noah menarik Athena, padahal dengan kepribadian Athena, Venus sangat yakin Athena bukan orang yang akan tergoda dengan seorang pemuda hanya karena tampangnya yang tampan.
“Arrgghh... aku tidak bisa diam, ini mencurigakan.” Venus berlari mengikuti mereka sampai ke belakang kampus. Dia memilih untuk bersembunyi di balik tembok salah satu ruang kelas.
“Kau ini siapa? Kenapa menarikku sampai kemari?”
“Kau—tidak ingat siapa aku?” Noah berbicara dengan suara rendah.
“Aku baru saja masuk hari ini, selain teman satu asramaku, aku tidak mengenal orang lain lagi.”
“Benar?”
Athena mendesah, kesal. “Senior, aku tidak ingin berdebat, bisa kau kembalikan bukuku?”
Noah mengangkat buku milik Athena di tangannya. “Buku ini? Kau yakin kau tidak mengingat siapa aku?”
“Kau siapa? Kenapa tidak mengatakan namamu?”
“Ch, Athena, kau jahat sekali, sudah meninggalkanku tanpa kabar selama 10 tahun sekarang kembali dan melupakanku? Kau tahu tidak?! Karena kau pergi aku jadi tidak punya teman bermain, kau harus bertanggung jawab?”
“A—Apa?”
“Aish, kau masih tidak ingat siapa aku? Apa aku harus memukulkan buku ini ke kepalamu agar kau ingat?” Noah mengangkat kembali buku Athena.
“NOAH!” Orion datang, dia merebut buku milik Athena dari tangan Noah.
“Kembalikan bukunya.”
“Ka—kalian?”
“Sudah 10 tahun, seseorang akan banyak berubah terlebih lagi fisiknya. Athena, ambil bukumu.” Athena meraih buku yang Orion sodorkan.
“Kak, Kak Orion.”
Orion tersenyum, “Kau tahu aku?”
“Kau lihat, dia mengenalmu tapi tidak mengenalku, arrrgghh... Athena bodoh, kenapa dari dulu kau selalu menyebalkan.” Dengan sengaja Noah menabrak pundak Orion saat berputar pergi membawa kekesalannya.
“Astaga, kapan dia dewasa?" ucap Orion.
Athena berdiri mematung dengan berbagai pikiran, setelah sepuluh tahun lamanya akhirnya dia bertemu lagi dengan orang yang dulu sering membuatnya menangis, tidak pernah terpikir akan seperti ini. Dunia begitu luas tapi terasa sangat sempit.
Sementara Venus yang diam-diam mengintip, menutup mulutnya yang membulat, gadis pendiam yang kemarin dia kenal, ternyata mengenal dua orang yang menjadi idola kampusnya.
“Woaaahh, dia luar biasa.” Gumamnya.
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Chino kafu
novelnya bagus like semua episodenya aku bantu
2020-05-12
1
Dimarta
Halo kak Oliv!!
mampir juga di karya ku yah
JURANG SARANG
Hatur nuhunn 🙏🙏
2020-04-14
1
👑 ᴀʟɪᴀ💣
anyeonganseo
2020-04-12
2