Sampai dirumah, suasana beku. Mata melotot mama udah murka, membidik mangsanya.
"Mamah bilang juga apa? kamu tuh ya gak mempan dibilangin, kalau kayak gini bisa malu mamah."
Thubi terdiam, tak mengeluarkan kata sepatahpun.
"Kamu harus usaha minta maaf sama Lubi, Mamah gak enak sama Tante Mala. Makanya jangan asal nolak aja, kalau kayak gini gimana coba. Kamu udah dewasa belajar tanggung jawab."
Mamah ninggalin Thubi yang merenung di sofa.
Mbak Tira menggendong bayinya, sambil mendekati Thubi.
"Telpon minta maaf langsung sama Lubi, atau kirim bunga kesukaannya."
Thubi menatap Mbaknya sesaat.
"Tapi Mbak..."
"Udah deh, ikutin aja. Kalau emang kamu gak suka perjodohan itu gak seharusnya ngomong di depan orang rame, cewek itukan punya perasaannya juga."
Thubi menatap layar ponselnya, di mobil tadi Mamah sudah mengetikkan no ponsel Lubi ke kontak ponsel Thubi.
"Nunggu apa lagi?"
Mbak Tira rada kesel juga dengan sikap Thubi.
Thubi bangun dari sofa dan naik tangga kelantai atas menuju kamarnya.
Entahlah, kata-kata itu meluncur juga. Seandainya dan seandainya. Sesal Thubi menatap nomor ponsel Lubi yang tersusun rapi dikontak ponselnya sekarang.
"Bismillah...."
Jemari Thubi menekan panggilan untuk menelpon Lubi.
Tak lupa ia mengunci kamarnya. Dan melepaskan kacamatanya.
Kali ini ia rebahan di tempat tidur.
Tak ada respon dari seberang sana. Untuk sekedar menjawab panggilan Thubi yang mulai risau dari tadi kalo Lubi mengangkatnya. Kata pertama apa yang akan Thubi omongin.
Sungguh beberapa panggilan yang Thubi lakukan sama sekali tak ada respon. Thubi mengulang berkali-kali hingga akhirnya ia terlelap di bantal empuknya.
.......
Akhirnya dengan keberanian yang ia kumpulkan, Thubi mendatangi rumah Lubi namun hanya ketemu Tante Mala. Lubi sudah pagi-pagi betul keluar rumah alasannya ada meeting dadakan.
Dengan info yang Thubi dapatkan dari Tante Mala.
Thubi sudah mengantongi seluruh alamat rumah sahabat Lubi, tempat-tempat yang dikunjungi Lubi sampai-sampai jadwal nonton, shopping, kunjungan ke panti asuhan dan yang berhubungan kegiatan sehari-hari Lubi.
Thubi sudah membelikan satu buket mawar putih yang ia beli di toko bunga langganan Lubi. Tak lupa ia menuliskan sesuatu disecarik kertas.
Ia menyuruh orang untuk meletakkan buket mawar putih. Hingga tepat sekali dugaannya. Lubi membuka hordeng dan menatap Thubi yang menunggunya dari dalam mobil.
Namun hanya sampai di situ saja. Detak jantung Thubi bertambah kacau saat ada mobil hitam yang baru tiba parkir di depan rumah Shiren
"Siapa laki-laki muda itu?"
Bisik Thubi mengamati dari dalam mobil.
Nampak di sana Shiren bersama Lubi keluar dari rumah.
Sungguh muncul praduga yang bertanya-tanya di kepala Thubi. Siapa laki-laki itu sebenarnya yang dari tadi curi-curi pandang ke arah Lubi. Dengan salah tingkah ia memberika buket mawar putih yang ukurannya lebih besar dari pada buket mawar Thubi, dan ada kotak kecil berpita emas.
Nampak Shiren tersenyum dengan kedatangan laki-laki tersebut, dengan tanpa basa-basi mengajak laki-laki itu masuk ke rumahnya.
Thubi memukul setirnya kali ini, rona wajahnya memanas. Entah mengapa perasaan cemburu itu mulai muncul pelan-pelan hingga deringan ponsel dari kantornya ia abaikan. Thubi ingin berlari masuk ke dalam tak tahan dengan apa yang dilihatnya, namun ia harus menahan segala gejolak yang ada di dadanya. Menahan dengan hembusan nafas yang naik turun tak menentu.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Siti Asmaulhusna
😁😈😈
2020-05-24
1
Susan San
mksh thor👍
2020-03-11
1
tebar info
cemburu... cinta pertama sihhh
2020-03-05
1