BAB 2 KEHILANGAN

Mentari telah menampakkan sinarnya, hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Evan karena ini adalah hari pernikahannya dengan Tina, kekasihnya.

Evan memakai jas berwarna putih yang merupakan baju pernikahannya, Ia memandangi penampilannya di depan cermin.

"Tok.....tok....tok" suara ketukan pintu membuat Evan menoleh ke arah sumber suara.

"Masuk!" Titah Evan memasukkan kedua tangannya disaku celananya. Pintu kamar pun terbuka, Kevin yang merupakan Asisten pribadinya masuk dengan membawa sepucuk surat di tangannya.

"Ada apa Vin, kenapa Kamu disini? Bukannya Aku suruh Kamu jemput Tina di apartemennya?" Tanya Evan sekilas melirik surat yang dipegang Kevin.

"Itu yang jadi permasalahannya Van, tadi Aku pergi ke apartemen Tina tapi Dia gak ada. Aku udah cari dan coba hubungi Dia, tapi gak ada jawaban. Aku cuma Nemu surat ini di apartemennya." Ucap Kevin memberikan surat yang sedari tadi Ia pegang.

Evan menerima surat itu, Ia membuka dan membacanya, seketika wajahnya memerah. Evan benar-benar merasa kesal. Ia meremas surat itu dan melemparkannya ke sembarang arah.

"Sekarang juga Kamu cari Tina sampai ketemu, bawa Dia kesini." Titah Evan.

"Baik Van." Kevin hanya bisa menuruti permintaan Evan, Dia tidak pernah bisa menolak permintaan Evan.

Baru saja akan meninggalkan kamar, Evan kembali memanggil Kevin.

"Kevin, jangan bilang sama siapapun kalau Tina pergi. Termasuk sama keluargaku." Pinta Evan yang tidak mau keluarganya menanggung malu.

"Oke Van, kalo gitu Aku pergi sekarang." Ucap Kevin bergegas meninggalkan kamar sebelum Evan semakin marah.

Kevin yang baru saja keluar dari kamar terkejut ketika melihat penata rias sudah ada di depan pintu kamar, tetapi tidak ada waktu untuknya bertanya saat ini.

"Wah ada berita bagus ini." Ucap perias itu lalu meninggalkan kamar Evan.

"Bruak....." Evan memukul cermin dengan sangat keras hingga menjadi serpihan kaca. Dia bahkan tidak peduli dengan tangannya yang terluka.

"Kenapa, kenapa Kamu malah pergi di hari pernikahan Kita Tina. Sebenarnya apa mau Kamu." Evan kembali memukul cermin berkali-kali.

Di Garasi.

Setelah mendapatkan perintah dari Evan, Kevin bergegas mengumpulkan orang suruhannya di garasi untuk memberikan tugas dari Evan.

"Saya mau memberi tugas buat Kalian, cari Tina sampai ketemu. Bawa Dia kesini dan ingat jangan sampai keluarga Rusdianto tau kalo Tina pergi." perintah Kevin kepada beberapa orang suruhannya.

"Baik Boss." Jawab Mereka kompak. Merekapun pergi meninggalkan garasi. Tidak mau tinggal diam, Kevin pun turun tangan untuk mencari Tina. Ia memasuki mobilnya.

"Bruak....." Kevin terkejut ketika Ia memundurkan mobilnya dan terdengar seperti suara sesuatu yang terjatuh. Dia pun bergegas keluar dari mobil dan melihat ke belakang mobilnya.

Kevin melihat seorang gadis tengah memunguti bunga yang berjatuhan.

"Mbak, gimana sih ngapain dibelakang mobil Saya." protes Kevin yang membuat Fanya kesal.

"Aduhhhh Mas tuh gimana sih, lihat sepeda Saya jatuh gara-gara Mas. Bunga Saya juga jadi rusak kan, lagian Masnya mundur gak lihat belakang." Protes Fanya memarahi Kevin.

"Udah salah malah nyalahin lagi." Protes Kevin.

"Apa? Aku yang salah? Yang salah itu Masnya. Enak aja nyalahin Saya." Fanya tidak terima disalahkan.

"Bodo amat siapa yang salah, sekarang Saya mau pergi jadi Mbaknya minggir." Kevin menarik Fanya ketepi menjauh dari mobilnya.

"Ihhhhh Masnya modus ya, ngapain pegang-pegang tangan saya." Protes Fanya.

Kevin pun melihat ke tangannya Ia tidak menyadari masih memegang tangan Fanya. Ia pun melepaskan genggamannya.

"Jangan geer ya, Saya cuma mau Kamu minggir." Kata Kevin lalu meninggalkan Fanya.

"Dasar cowok aneh emang." Teriak Fanya emosi, Ia pun kembali memunguti bunganya yang berjatuhan.

Di Dapur .

Zee sedang menata makanan di dapur, kemudian Dia melihat bunga pesanan yang dipesan oleh mempelai wanita untuk diletakkan di kamar pengantin.

"Loh, ini bukannya bunga pesanan pengantin wanita yang harusnya ditaruh di kamar pengantin ya, kok malah ditaruh di pojok si." Kata Zee.

"Zeeee maaf banget, Aku telat dateng." Ucap Fanya yang baru saja datang dengan nafas yang tak beraturan.

"Ya Ampun Fanya, itu bunga kenapa rusak begitu?" tanya Zee melihat bunga yang dipegang oleh Fanya.

"Aduh maaf ya Zee, tadi ada cowok aneh nabrak sepeda Aku. Jadi bunganya pada jatuh deh." Sesal Fanya.

"Ya Ampun Fanya." Zee menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Terus itu bunga kenapa malah ada di dapur?" Tanya Zee sambil menunjuk bunga di pojokan .

"Hah, Aku lupa taruh di kamar pengantin." Fanya terkejut sambil menutup dua matanya.

"Fanya, Kamu bener-bener ceroboh ya." Ledek Zee.

"Yaudah sini biar Aku taruh di kamar." Tawar Fanya.

"Gausah biar Aku aja." Zee mengambil bunga itu dan membawanya menuju kamar pengantin.

Di Aula .

Semua tamu dan keluarga sedang menikmati jamuan. Nenek Uti yang tidak juga melihat Cucunya pun menanyakan pada Pak Rusdianto.

"Nak .. mana pengantinnya? Ini sudah jam 10 acaranya kan jam 11 kenapa belum kelihatan juga?" Tanya Nek Uti.

"Iya Bu mungkin masih dirias." Jawab Bu Rossa Istri dari Pak Rusdianto.

"Ti, gimana kalo Kita jemput Mereka saja." Ajak Oma Ita pada Nenek Uti yang sudah tidak sabar.

" Iya Kamu benar, Aku kan udah gak sabar." Kata Nek Uti.

Kemudian Mereka berdua pun menuju kamar pengantin .

Di Kamar Pengantin.

Zee tiba di kamar pengantin, Ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar.

"Tok...tok......tok......." Zee mengetuk pintu kamar tetapi tidak ada jawaban dari dalam.

"Kok gak ada jawaban ya, atau mungkin gak ada orangnya ya." Batin Zee yang perlahan membuka pintu kamar.

"Astaghfirullah." Zee terkejut ketika Ia membuka pintu dan melihat Evan yang duduk di bawah ranjang dengan tangan yang bersimbah darah.

"Pak Evan, Bapak kenapa? Tangan Bapak penuh darah gitu." Zee meletakkan bunganya dan menghampiri Evan.

"Siapa Kamu? beraninya masuk kamar Saya." Bentak Evan.

"Maaf Pak Saya cuma mau naruh bunga ini, tapi kenapa Bapak malah terluka gini, Inikan hari pernikahan Bapak." Tanya Zee mencoba meraih tangan Evan.

"Pernikahan? gak ada pernikahan. Keluar Kamu dari sini." Bentak Evan pada Zee.

"Oke, Saya akan pergi." Ucap Zee yang memiliki pemikiran untuk mencari bantuan.

Saat Zee hendak keluar dari kamar, tiba-tiba Evan menahannya. Pandangannya mulai memudar karena kehilangan banyak darah.

"Tunggu dulu, jangan bilang sama siapapun tentang apa yang terjadi sama Aku atau Kamu juga Aku buat seperti ini." Ancam Evan.

"Disaat seperti ini, Bapak masih bisa ancam Saya." Protes Zee.

Tiba-tiba saja Evan kehilangan kesadarannya, dengan sigap Zee menangkapnya.

"Pak, Bapak pingsan? "Tanya Zee yang berusaha menyadarkan Evan.

"Aduh gimana dong sekarang, Pak bangun Pak. Aku harus cari bantuan." Ucap Zee mencoba memapah Evan menuju ranjang.

Tiba tiba saja pintu kamar terbuka, Nenek Uti dan Oma Ita terkejut melihat darah dimana-mana dan Cucunya yang tidak sadarkan diri.

"Astaghfirullah, apa yang udah Kamu lakukan ke Cucuku?" Nenek Uti menghampiri Evan dan berusaha membangunkannya.

"Saya gak tau, tadi Saya masuk tiba-tiba Dia udah bersimbah darah." Jawab Zee.

"Apa yang udah Kamu lakukan? Kamu punya niat jahat ya pasti." Tuduh Oma Ita.

"Saya gak melakukan apapun, tolong lebih baik sekarang Kita bawa Pak Evan untuk segera ditangani dokter." Jawab Zee membela diri.

"Iya bener Uti, lebih baik Kita bantu Evan dulu. Nanti baru Kita tanya ke Evan." Saran Oma Ita.

"Yaudah Aku panggil dokter Kita dulu deh." Jawab Nenek Uti kemudian keluar dari kamar. Zee yang hendak keluar dari kamar ditahan oleh Oma Ita.

"Kamu diam disini sampai Evan sadar." Perintah Oma Ita.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Oma Ita.

"Saya juga gak tahu kronologinya." Jawab Zee.

Saat keluar dari kamar, Nenek Uti bertemu dengan penata rias. Penata rias itupun menceritakan apa yang Ia dengar.

"Jadi seperti itu, Aku harus cari cara supaya Evan tetap menikah." Batin Nenek Uti.

Nenek Uti kembali bersama dokter yang menangani Evan. Ia sengaja menuduh Zee yang berusaha mencelakai Evan.

"Kamu sengaja mencelakai Cucu Saya kan?" Tanya Nenek Uti.

"Nggak Bu, Saya gak melakukan itu." Zee membela diri.

"Saya akan tuntut WO Kamu, karena kejadian ini." Ancam Nenek Uti.

"Jangan Bu, Saya bener-bener gak ikut campur dengan kejadian ini." Zee meminta agar Nenek Uti tidak melakukan ancamannya.

"Kalau Kamu mau Saya gak menuntut WO Kamu, Kamu harus bersedia menggantikan pengantin wanita. Demi Cucu Saya. Bagaimanapun juga pernikahan gak boleh sampai batal kalau Kamu gak mau maka saya akan menuntut WO Kamu." Ancam Nenek Uti. Pilihan yang sangat berat untuk Zee tentunya.

"Tapi Saya gak bersalah." Zee masih mencoba membela diri.

"Tapi Kamu gak punya bukti, Justru sebaliknya Kamu gak akan bisa membuktikan kalau Kamu benar. WO Kamu akan hancur." Ancam Nenek Uti.

"Aku gak bisa biarin WO Zefa hancur. Terpaksa Aku harus terima permintaan ini." Batin Zee menarik nafas panjang.

"Baik Bu." Jawab Zee akhirnya mengalah.

"Kalo gitu Aku izin untuk menghubungi orangtuaku dulu. Aku harus meminta izin sama Mereka." Pinta Zee.

"Oke, silahkan. Oh iya tolong Kamu dandani Dia." Titah Nenek Uti kepada penata rias.

"Siap Nek." Jawab Penata rias itu.

Bersambung.......

 

Terpopuler

Comments

Shellia Vya

Shellia Vya

Masih nyimak ya

2022-03-08

0

ms huang

ms huang

nice story!!!

2021-07-28

1

Yuliani Safitri

Yuliani Safitri

aq suka...

2021-07-22

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!