Terakhir aku merasakan kehadiranmu, saat dia menolong aku dari angin puting beliung di sawah yang sedang ku tanami cabai rawit.
Aku tergapar di sela-sela bedeng tanaman cabai bergelut dengan bedengan yang basah habis diairi air sungai.
Sedang adik keponakanku bergulung-gulung dibawa angin itu hingga ke tepian barisan sawah terakhir di bawah sana.
Ketika itu muncul sekawanan kuntilanak dan pocong dalam gelapnya awan mendung. Hanya keponakanku itu yang bisa melihat. Aku hanya bisa merasakan dari mata batinku.
Terima kasih Pangeran... Kamu selalu menolong, membantu, mengawasi, mengawal dimana saja keberadaanku. Seperti suami tapi bukan suami. Masak iya bersuamikan Pangeran ghaib.
Tampan sih wajahmu dengan mahkota itu, tapi engkau hanya amongku. Among penolong yang dikirim eyang buyutku yang tak lain adalah sunan Lawu.
Amongku Kuwi ULO.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deasy desiant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Titisan Sunan Lawu Komentar