Mata Batin Embah

Seketika Mbah kung diam sambil menyeruput kopi dan mengisap rokok lintingan jaman dulu itu. Sesekali beliau memejamkan mata. Aku hanya melihat embah dengan beliau memainkan lintingan rokok itu dengan diputar-putar ke atas dan ke bawah jari telunjuknya.

Ada pikiran Mbah Kakung yang mengganggu batinnya.

"Ada apa Pangeran ular ini keluar ?" Mbah Kakung melihat aku sejenak. Dan kembali terdiam memandangi kopi pahit setengah gula kesukaannya itu.

"Apa iya dia menjaga cucuku ini. Karena selama ini dia tak pernah keluar ke desa ini. Dulu ketika ku tolong dia saat tubuhnya terluka karena dukun jahat desa Kazen itu hampir membunuhnya untuk diambil mahkotanya, ia berjanji akan merawat cucuku ini yang mempunyai keistimewaan tersendiri tidak seperti saudaranya yang lain."

Mbah Kakung kembali menegak kopinya dan menyesap panjang lintingan daun jagung dan tembakau itu.

"Kulonuwun, wahai Pangeran ular bermahkota. Apa kabarmu sekarang ?" mata batin Embah sedang berlayar ke istana ular bermahkota itu.

"Salam hormat, Mbah Kakung yang saya junjung tinggi. Saya baik-baik saja. Ada apa kedatangan Mbah Kakung bertamu di istana saya ?"

"Ahhhh kamu terlalu meninggikan aku. Aku manusia biasa bukan harus dijunjung. Takut jatuh aku. Aku sudah tua. Hihihi..." bisa-bisanya Mbah Kakung berkelakar di dunia bawah sana.

"Mbah Kakung sudah menolong saya, sudah seharusnya saya menjunjung tinggi Mbah Kakung biar tidak jatuh, saya akan selalu melindungi keluarga embah terutama cucu terkecil Mbah Kakung yang mempunyai welas asih yang tinggi."

"Hai, Pangeran ular. Tunjukanlah wujudmu seperti manusia. Aku ingin tau wujud rupawanmu, karena aku takut melihat taring dan matamu yang seperti hendak memangsaku."

"Hah...Mbah Kakung seorang dukun baik bisa saja bercanda. Baiklah jika itu yang Mbah mau."

CLINGGGG.....ular bermahkota itu sudah berubah wujud seperti manusia tampan bermahkota tinggi dan gagah, aduhai rupawan gantengnya. Batin Mbah Kakung. Senyumnya juga terkembang menampakkan dia seperti laki-laki biasa saja. Namun ia tetap bangsa dari ular siluman yang baik.

"Baiklah, mari kita kembali ke pertanyaan. Aku ingin sekali ngobrol dengan kamu, wahai Pangeran Ular."

"Sendiko dhawuh Mbah Kakung. Apapun perkataanmu adalah perintah bagiku." sambil Pangeran Ular itu membungkuk dan mengatupkan dua tangannya ke dadanya sebagai salam hormat untuk Mbah Kakung.

"Ngomong-ngomong apa yang kamu lakukan sekitar satu Minggu ini di desaku. Kata pendudukku kamu sering menampakkan wujud asli sebagai ular bermahkota saat aku sedang punya hajat mantu ?"

"Bukan saya saja loo Mbah, yang menampakkan diri. Ada di macan putih juga menampakkan diri. "

"Betul kah ? Ngeles kamu ditanya in malah ngajak teman...!"

"Hehehe..." Pangeran Ular itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Iya, maksudnya apa kedatangan kalian ? Mau jagong manten?"

"Hahaha embah ini bisa saja." embah hanya tersenyum-senyum.

"Terus maksud kedatangan kalian apa nih ? Wargaku tau keberadaan kalian menakut-nakuti mereka saja."

"Saya tidak menakut-nakuti Mbah. Hanya ingin menjaga cucu embah. Apalagi di rerungkutan pohon bambu itu yang di lewatinya saat ke rumah Bude Mi ada kunthilanak dan genderuwonya."

"O gitu...."

"iya, daripada nanti dia takut. Kami selalu menjaga dan mengawasi bergantian Mbah tiap malam. Ndak papa kan Mbah ?"

"Oiya sudah. Saya pikir kalian mau nakut-nakutin warga kampungku."

"Mana mungkin kita berani melawan embah, Mbah. Mbah kung itu sakti mandraguna. Dengan sekali pukulan tongkat happp....matilah kita."

"Hehehehe....." embah terkekeh-kekeh mendengar bantahan Pangeran tampan itu.

Episodes
Episodes

Updated 48 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!