Menginjak Roro kira-kira kelas empat SD sekitar umur sepuluh tahun an ular bermahkota itu tak pernah menampakkan perhelatannya di kancah dunia manusia.
Yang ku rasa keberadaannya dekat denganku. Tapi aku tak mempunyai cukup ilmu untuk melihat, hanya gerakannya saja bisa ku rasakan sangat jelas.
Itu titisan Mbah kakungku, entah mengapa Mbah kakungku memberikan penjagaan yang ekstra untuk aku oleh makhluk ghaib.
Mbah Kakung tidak pernah bilang, katanya "suatu saat nanti kamu akan tau sendiri". Mbah Kakung sangat gemathi (sayang) padaku.
...----------------...
Saat pernikahan putrinya bude di desa Sidomukti yang disana belum ada listrik di jalan-jalan desa. Bahkan yang punya listrik yang punya gawe mantu aja itu pun pake diesel kuno.
Penerangan di jalan juga sangat minim, bahkan lebih cenderung gelap. Walaupun ada dimar atau lampu ublik yang ditaruh di tembok-tembok jalan.
Karena saking banyaknya keluarga bude dan keluarga ibuku, yang tidur di rumah Mbah Kakung, akhirnya tidurku dan embakku yang bernama Yu Sri diungsikan ke rumah Bude Mi yang dekat dengan sungai. Sedang rumah Mbah Kung penuh dengan tamu.
Kami harus berjalan menyusuri tiga rumah tetangga, sebuah pos kamling, pohon bambu yang panjang konon katanya ada kuntilanaknya dan kebun randu juga ada dedemitnya. Ihhh amit-amit hidup di desa, pingin pulang ke rumah sendiri umpatku dalam hati.
Hiiiii....dalam hati bergidik merinding jalanpun aku tak berani tolah toleh, tapi bersama Yu Sri yang pintar ngaji aku jadi tenang.
Suasana malam pukul sepuluh hanya bunyi jengkerik dan kodok serta desiran angin di pohon bambu itu membuat suasana malam meresahkan. Dasar aku penakut. Jalan sambil berpegangan erat di tangan embakku.
Di keheningan malam itu terdengar suara gamelan gong dari rumah embah yang buat hajatan orang jaman dulu.
Aku terus melangkah bersama Yu Sri sambil membawa obor di tangan kita. Ku rasakan ada bayangan ular bermahkota mengikuti kita di sepanjang jalan desa ini. Aku cuma diam tak berani bilang ke Yu Sri.
Seolah dia menjaga aku dari godaan mbak kunthi yang bermain ayunan di pohon bambu itu. Dan para dedemit yang sedang berpesta seperti pasar malam di kebun randu.
Alhamdulillah setelah sekian setengah kilometer rumah bude Mi sudah kelihatan. Saat aku tiba dirumah bude, tiba-tiba muncul datangnya putri bude yang bernama Yu Yati sedang berjalan terengah-engah membawa klenthing berisi air. Karena pada jaman itu, yang punya sumur hanya Mbah Kakung.
Mbah Kakung dan Mbah Putri sangat disegani oleh warga sekitar. Masih keturunan darah biru katanya. Aku juga Ndak tau, karena darahku juga sama berwarna merah.
"Dik Roro sama dik Sri, ndak papa kan ?"
"Alhamdulillah Ndak papa, Yu Yati."
"Ada apa, yu, kenapa jalannya tersengal-sengal seperti melihat hantu saja ?"
"Airnya pada tumpah Lo, Yu....!!"teriakku. Memang airnya di Klenthing tumpah karena Yu Yati setengah berlari mengejar kita.
"Iya memang melihat kunthilanak dan genderuwo, tadi."
"Hahh.......????" kami kaget setengah mati.
"Tapi, aku sudah terbiasa lihat seperti itu. Ini tadi yang ndak biasa, ada ular bermahkota sedang berjalan mengikuti kalian tadi. Aku pikir kalian kenapa-kenapa, makanya aku susul sambil berlari." Kata Yu Yati yang memang rada sedhengan ini. Sedhengan karena kurang sak ons.
"Terus ularnya kemana, yu ?" tanya Yu Sri tanda tanya.
"Ndak tau. Langsung hilang kemana gitu, begitu kalian sampai rumah ini."
"Ohhhh...." jawabku.
"Tapi kami Ndak merasakan apa-apa itu, yu. Ndak lihat ada kuntilanak dan genderuwo itu ?" jawabku dan Yu Sri juga mengiyakan.
"Wahh....ada yang janggal ini...."batin Yu Yati tak percaya dengan apa yang ia lalui barusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Anik New
semangat kak❤️
2023-09-30
0