Operator Hati Barata

"Pak Bara kenapa bajunya basah?".

Agatha mengalihkan pembicaraan, entah kenapa Agatha merasa Bara semakin kesini terlihat makin menggodanya.Walapun hanya dalam artian bercanda, namun yang namanya wanita pasti akan ada saatnya terbawa perasaan.

Apa lagi Agatha yang baru saja dicampakan, tidak mungkinkan dia akan terpuruk selamanya. Pasti dia berharap akan ada pria baik yang menggantikan posisi Alvian didalam hidupnya nanti.

"Oh, ini basah gara gara aku siram. Panas soalnya, jadi aku siram kepalaku pakai air mineral."

Agatha hanya bisa menggelengkan kepalanya, bukannya dia sudah bilang jangan membuang buang air minum dengan percuma. Dilokasi yang mereka tempati sulit untuk menemukan sumber air, kecuali harus turun kepemukiman. Mungkin kalau air sungai banyak, bahkan melimpah, tapi apa mau orang orang ini meminum air sungai yang belum tahu kebersihannya walaupun sudah dimasak nanti.

"Air minum kita sudah menipis Pak, kenapa Pak Bara malah membuang percuma."

Bara menatap kearah Agatha yang tengah fokus kearah depan, bahkan saat gadis itu berbicara pun pandangannya terarah pada lokasi yang tengah dia gali. Hingga tanpa sadar satu tangan Bara menyentuh pucuk rambut Agatha.

"Nanti kita beli sekalian dengan pabriknya oke."

Agatha pun menoleh mendengar ucapan Barata, bahkan gadis tangguh itu sedikit tersentak saat Bara membelai lembut pucuk kepalanya.

Apa kalian ingin tahu apa yang sedang Agatha rasakan sekarang? dentuman jantungnya bekerja 3kali lebih cepat dari biasanya. Aliran darahnya berdesir saat jari jari panjang Bara bersentuhan dengan rambut panjang yang dia kucir kuda.

"Maaf,"

Bara menarik kembali tangannya dari atas kepala Agatha saat melihat tatapan tak berekspresi yang Agatha berikan padanya. Bahkan Bara hanya bisa tersenyum kikuk,menemgerutuki tangan lancangnya yang tidak tahu situasi.

"Tapi relflek, ada ulat kecil dirambut kamu jadi aku singkirin."

Oke alasan yang cukup bagus untuk menutupi kegugupannya saat ini. Kalau Bara merasa dia yang paling gugup saat ini, itu adalah salah besar. Agatha bahkan lebih gugup sekarang, dia tidak pernah mendapatkan perlakuan lembut serta seromantis itu bahkan dari Alvian selama mereka menjalin ikatan cinta.

Ya bisa dikatakan kalau perlakuan Barata romantis bukan, perlakukan sederhana seperti itulah yang mampu membuat kaum hawa lebih nyaman berada didekat kaum adam.Tidak perlu berlebihan, cukup buat dia merasa spesial dan dicintai.

"Wah kayaknya kalau berenang disungai siang siang begini seger ya."

Bara kembali mengalihkan situasi mereka yang masih canggung, bahkan Agatha sedari tadi belum mengeluarkan suaranya sedikit pun. Gadis tangguh itu masih terdiam walapun tangan serta kakinya tidak bisa diam.

"Apa kita boleh mandi disungai itu?"

"Bo-boleh."

Bara menganggukan kepalanya, sudut bibirnya sedikit terangkat saat dia bisa kembali mendengar suara Agatha. Walaupun gadis itu hanya menjawab singkat dan sedikit gugup, tapi Bara tidak mempermasalahkannya.

"Oh ya, pacar kamu sudah tahu kalau kamu harus bekerja dilokasi baru dan harus menginap selama beberapa minggu kedepan? apa dia ngizinin kamu?"

Mendengar kata 'pacar' dari mulut Bara, Agatha hanya terdiam. Entah jawaban apa yang harus dia berikan saat ini, memangnya dia masih punya pacar. Mengingat hal yang sudah terjadi beberapa waktu yang lalu membuat Agatha menghela nafasnya kasar.

"Mau diizinkan atau tidak, saya akan tetap ikut kesini. Bahkan saya tidak peduli mau dia tahu atau tidak, bukannya Pak Bara yang memiliki urusan sama dia bukan saya."

Bara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kenapa gadis ini terlihat tidak suka saat dia membicarakan pacarnya itu. Apa ada yang salah dengan pertanyaannya? bukankah hal wajar kalau kita mengetahui kemana pasangan kita akan pergi. Entahlah, Bara hanya menyedikan bahunya tidak peduli, pria itu kembali menatap lurus kearah depan dimana alat pengeruk raksaksa itu tengah mengeruk berlian hitam miliknya.