Sebuah cinta antara suka dan benci, obsesi dan siksa, akal sehat dan kegilaan yang berjalan bersamaan.
Kepribadian yang terganggu atau penyakit mental tokoh utama yang menambah banyak rintangan pada hubungan tersebut, sehingga keduanya harus berjuang dalam cinta.
Dalam cerita ini, tokoh utama menderita gangguan kepribadian atau penyakit mental, yang tidak hanya membuat jalan cinta mereka dipenuhi dengan duri, tetapi juga membuat hubungan ini penuh dengan daya tarik yang tak terduga, membiarkan pembaca merasa simpati dan penasaran tanpa bisa berhenti.
🌟Highlight/Nilai Jual:
Unsur emosional yang ekstrim. Ketika cinta berhadapan dengan emosi dan perilaku yang tak terkontrol, setiap pelukan bisa disertai dengan kesalahpahaman dan luka, setiap perpisahan bisa menjadi awal dari penebusan.
Unsur emosional yang ekstrim ini adalah kunci untuk menarik perhatian pembaca. Pembaca akan sangat ingin tahu, dalam situasi sulit seperti ini, apakah keduanya dapat menemukan satu sama lain dan bersama keluar dari kegelapan.
🪶Tips Penulisan:
1.Gangguan kepribadian tokoh utama harus didefinisikan dengan jelas, dan bagaimana penyakit itu menambah hambatan pada cinta.
Pertama-tama, pastikan Anda memiliki pemahaman mendalam tentang gangguan kepribadian yang dipilih.
Jangan hanya berhenti pada deskripsi gejala permukaan, tetapi harus mengeksplorasi di baliknya dan bagaimana gangguan tersebut memengaruhi perilaku sehari-hari dan respons emosional protagonis.
Misalnya, ketika menulis tentang karakter yang memiliki keinginan kontrol yang kuat, bisa menunjukkan ketidakamanan dalam dirinya dan ketakutan kehilangan.
Gangguan kepribadian yang umum misalnya:
① Kontrol dan kepemilikan: Satu pihak yang selalu ingin mengontrol berbagai aspek kehidupan pasangannya, termasuk dengan siapa mereka dapat bertemu, bagaimana mereka harus berpakaian, apa yang mereka boleh lakukan. Misalnya, seorang pria yang selalu memeriksa ponsel pasangannya, melarang mereka bertemu dengan teman tanpa kehadirannya.
② Paranoid: Satu pihak sering menunjukkan kecemburuan yang tidak wajar, selalu mencurigai pasangannya berselingkuh atau tidak setia, bahkan tanpa bukti pendukung. Misalnya, setiap kali pasangannya berbicara dengan lawan jenis, dia akan marah besar.
③ Manipulasi emosi: Satu pihak menggunakan manipulasi emosi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan atau membuat pasangannya merasa bersalah. Misalnya, seseorang yang selalu menangis atau mengancam akan menyakiti diri sendiri jika pasangannya tidak mengikuti keinginannya.
④ KDRT: Setiap bentuk kekerasan, baik fisik maupun verbal, adalah tanda hubungan yang tidak baik. Misalnya, seorang pria yang memukuli pasangannya, atau wanita yang selalu menghina dan merendahkan pasangannya secara verbal.
⑤ Ketergantungan berlebihan: Satu pihak sangat bergantung secara emosional pada pasangan lainnya, sehingga tanpa dukungan pasangannya, mereka tidak bisa membuat keputusan sendiri atau merasa tidak berdaya. Misalnya, mereka tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari tanpa persetujuan atau bantuan pasangannya.
⑥ Kurangnya rasa hormat: Kurangnya kepercayaan dan apresiasi dalam hubungan juga merupakan indikator cinta yang beracun. Salah satu pasangan terus-menerus meremehkan atau mendiskreditkan kemampuan dan perasaan pasangannya. Misalnya, seseorang yang selalu merendahkan pencapaian pasangannya atau menganggap pendapat mereka tidak penting.
⑦ Ketidakseimbangan kekuasaan: Sebuah hubungan yang tidak seimbang, di mana satu pasangan sepenuhnya mengontrol pasangan lainnya, baik dalam hal finansial, emosional, maupun dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Misalnya, seorang wanita yang tidak bisa membeli kebutuhan dasar tanpa izin finansial pasangannya.
2.Gunakan ciri-ciri gangguan kepribadian untuk merancang serangkaian konflik dan hambatan, membuat jalan cinta dipenuhi dengan duri. Namun ingat, konflik ada untuk mendorong pengembangan cerita, tidak hanya untuk kekejaman saja.
Konflik berlanjut sampai klimaks, setiap konflik setelah itu terus mendorong perkembangan plot, bukan hanya berakhir setelah konflik itu terjadi, bisa menjadi landasan untuk konflik berikutnya, atau membuat emosi karakter berkembang, misalnya setelah protagonis wanita disakiti oleh protagonis pria, dia meninggalkan rumah yang menyebabkan kesalahpahaman yang lebih besar.
3.Seimbangkan antara cinta dan rasa sakit. Saat menampilkan penderitaan dan perjuangan, jangan lupa untuk menambakan cinta.
Melalui penggambaran emosi yang halus, perlu menulis tentang kontradiksi dalam diri protagonis, yang penuh kasih tapi tidak bisa diungkapkan, atau melalui perilaku patologis seperti kekerasan, keinginan kontrol, atau korban yang karena cinta tidak bisa memutuskan untuk meninggalkan pelaku, membuat kedua orang saling mencinta dan membenci, membuat pembaca merasa iba dan bingung tanpa bisa berhenti.
✨Contoh Plot:
1. Protagonis pria dan protagonis wanita adalah sepasang kekasih, tetapi protagonis pria tiba-tiba memutuskan untuk menikahi wanita lain.
Protagonis wanita menjadi marah, mengancam pria itu dan keluarganya, protagonis pria terpaksa poligami.
Protagonis wanita menikah dengan protagonis pria menjadi semakin cemburu, bahkan tidak bisa menerima protagonis pria untuk berbicara dengan istri kedua tersebut.
Protagonis wanita mengontrol protagonis pria agar tidak memiliki kesempatan bersamanya bahkan tidak segan menyakiti hidup istri kedua secara diam-diam.
Pada akhirnya protagonis pria menemukan segalanya, memutuskan hubungan dengan protagonis wanita secara tegas, setelah serangkaian konflik, protagonis wanita akhirnya menyadari kesalahannya dan bunuh diri di pelukan protagonis pria dengan cinta.
2. Protagonis pria memiliki keinginan kontrol yang kuat, cemburu yang kuat, membatasi semua aktivitas protagonis wanita, termasuk persahabatan, karier, bahkan hubungan protagonis wanita dengan keluarganya.
Ketika protagonis wanita mencoba membebaskan diri tetapi gagal dan akhirnya ditemukan oleh protagonis pria, konflik antara keduanya menjadi semakin memburuk.
Tak lama kemudian protagonis wanita bertemu dengan pria pendukung, seorang pria yang penuh cinta dan dukungan, membantunya menyembuhkan trauma emosional, tetapi protagonis pria terus mengejarnya.
3. Protagonis wanita memiliki paranoid yang parah, selalu mencurigai pacarnya berselingkuh. Suatu kali secara tidak sengaja, dia menemukan foto protagonis prianya dengan mantan pacarnya, kesalahpahaman semakin dalam, hubungan mereka menjadi sangat dingin.
Protagonis wanita mulai mengikuti protagonis pria, bahkan mengintip ponselnya, terlalu cemburu, mengkritik segala hal yang dilakukan pacarnya, bahkan menggunakan manipulasi emosi untuk membuatnya tetap di sisinya.
Pacarnya mulai menderita dan keduanya sering bertengkar, sampai dia bertemu dengan rekan kerja wanita pendukung yang selalu mengagumi dan mendukungnya.
Dengan bantuan wanita pendukung, protagonis pria menyadari betapa tosiknya hubungannya dengan protagonis wanita.
Setelah mengalami berbagai konflik dan ketakutan, protagonis pria akhirnya mengumpulkan keberanian untuk meninggalkan protagonis wanita, memulai kehidupan baru.
Namun, melepaskan diri dari seseorang seperti protagonis wanita tidaklah mudah.
Keamanan protagonis pria sering kali terancam, harus mencari perlindungan dari polisi, bahkan harus berkonsultasi dengan psikolog untuk memulihkan kesehatan mental.