...Jatuh cinta adalah suatu perasaan gila. Perasaan yang mampu membuat seseorang bahagia sekaligus menyakitkan....
...~JBlack...
...🌴🌴🌴…
"Almeera ikhlas, Ummi."
Jika sudah begini, Ummi Mira tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia hanya mampu menarik nafasnya begitu berat lalu menganggukkan kepalanya.
"Ummi adalah perempuan, Nak. Seikhlas-ikhlasnya perempuan tapi untuk berbagi cinta dan ranjang suaminya, dia tidak akan pernah rela," ujar Ummi Mira dengan terus menatap putranya. "Semoga menantu Ummi benar-benar ikhlas menjalani semua ini."
Bara tak mampu menjawab. Perkataan Umminya membuatnya berpikir tentang kejadian beberapa hari lalu. Dia masih mengingat ketika istrinya itu, mengizinkannya untuk menikah lagi. Almeera saat itu benar-benar serius akan perkataannya.
"Jangan gegabah dalam memutuskan, tapi jika kamu sudah mengambil jalan ini. Maka, Ummi hanya bisa mendoakanmu. Kamu harus bisa adil di antara mereka. Jangan sampai pincang sebelah dan bisa menyakiti salah satunya."
"Apa Anda memberinya izin?" Tanya Darren menatap tak percaya.
Dia tentu mendengar pembicaraan ibu dan anak itu. Sungguh dia tak habis pikir akan apa yang ada di pikiran mereka berdua.
"Bukan seperti…."
"Diam!" Darren menatap Ummi Mira dengan tajam.
Lalu dia berjalan ke arah Bara dan berdiri di depannya.
"Ingat ini! Kalau sampai putriku menderita karenamu. Aku akan bawa dia dan cucuku pergi jauh dari hidupmu," ucap Darren tak main-main. "Mulai sekarang aku anggap kamu, BUKAN MENANTUKU LAGI!"
Setelah mengatakan itu, Darren menarik tangan Tari untuk keluar dari rumah itu. Mereka pergi tanpa mendengar panggilan dari orang tua Bara. Kemarahan yang meliputi hati Darren seakan membuat seluruh kebaikan Bara selama ini, hilang tak berbekas.
"Maafkan aku, Abi, Ummi," kata Bara setelah mobil orang tua Almeera pergi.
"Ini sudah keputusanmu. Lakukan apa yang mau kamu lakukan, dan bersiaplah kehilangan semuanya, jika kamu tak bisa adil dengan pilihanmu ini," kata Abi Hafiz sebelum dia membawa istrinya masuk, dan meninggalkan sang putra sendirian.
——Lanjut plot di bab 2, menjelaskan sikap orang tua protagonis wanita terhadap pernikahan ini, info yang kita dapatkan : protagonis wanita di rumah sangat di sayangi oleh keluarganya, tetapi setelah menikah dia terus menahan diri, keunggulan penulisan seperti ini pembaca bisa lihat perbedaan protagonis wanita sebelum dan sesudah menikah dan ini juga mencerminkan pernikahan protagonis wanita yang menyedihkan, buat pembaca semakin kasihan dengan protagonis wanita.
...🌴🌴🌴...
Akhirnya acara demi acara yang dilakukan hari ini selesai dengan lancar. Semua benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Bara. Pernikahan sederhana dan mengharukan membuatnya begitu bahagia. Dirinya sangat bersyukur karena masih diberikan satu kesempatan lagi untuk bisa bersatu dengan masa lalunya.
Sebelum pergi meninggalkan rumah Narumi. Syakir dan Reno menghampiri sahabatnya itu. Mereka bisa melihat bagaimana wajah Bara saat ini. Sangat berseri dan bersinar yang menandakan bahwa dia benar-benar bahagia.
"Selamat ya. Gue doain semoga Lo sama Narumi selalu bahagia. Terus langgeng sampai kakek nenek." Doa Reno sambil menepuk pundak Bara.
"Thanks, Men."
"Jadi suami yang bertanggung jawab, adil dan inget sama anak-anak Lo, Bar. Ini bukan pernikahan pertama buat Lo. Okey?"
"Yes. Thank you, Men. Gue bakal inget terus sama kebaikan kalian ini."
"Dalam persahabatan gak ada kata 'thank you.' Gue sama Reno bakalan support Lo terus, sampai kapanpun."
Baik Syakir maupun Reno adalah orang yang tahu bagaimana beratnya beban Bara untuk sampai di titik ini. Perjuangan agar dia bisa kembali pada masa lalunya, disaat dia sudah berdiri di samping wanita yang menemani dirinya sampai ada di titik ini.
Walau keduanya tak setuju akan poligami ini. Namun, keduanya hanya mampu mendoakan semoga apa yang diputuskan oleh sahabatnya itu, tak akan disesali suatu hari nanti. ...🌴🌴🌴...
Setelah mengantar kepergian dua sahabatnya. Bara langsung kembali ke kamar istri keduanya. Dia memasuki sebuah ruangan yang sudah dihias begitu cantik. Kelopak bunga mawar menghiasi lantai dan ranjang pengantin. Beberapa lilin yang hidup, menambah kesan romantis dan tentunya memanjakan mata yang melihat.
Namun, Bara masih merasa kurang. Kemana istrinya itu?
Bara masih mengingat jika Narumi pamit kembali ke kamarnya untuk istirahat. Tapi kenapa sekarang ruangan itu kosong.
"Rumi! Kamu dimana?" Panggil Bara sambil melepas jas yang membalut tubuhnya.
"Aku di kamar mandi," teriak Narumi memberitahu.
Mata Bara berkeliling. Telinganya menangkap suara sang istri dan membuatnya berjalan menuju pintu yang ia yakini jika itu adalah kamar mandi.
"Apakah masih lama?" Kata Bara sambil menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu kamar mandi.
"Sebentar lagi aku keluar."
Tak lama pintu yang tertutup itu, perlahan terbuka. Lalu muncullah sosok yang ia cari sejak tadi.
Narumi, wanita yang beberapa jam lalu sah menjadi istri kedua Bara terlihat begitu seksi. Dia memakai jubah mandi pendek yang menunjukkan pahanya yang mulus dan putih.
Pemandangan seperti ini, tentu membuat sesuatu dalam diri Bara terbangun. Dia sampai meneguk ludahnya paksa dengan mata tak berkedip memandang kecantikan istri keduanya itu.
——antagonis wanita muncul, penulis menggunakan pendeskipsian kecantikkan antagonis wanita mendirikan image antagonis wanita yang memiliki kecantikan yang luar biasa. Dari interaksi protagonis pria dengan antagonis wanita bisa kita ketahui, sikap protagons pria terhadap antagonis wanita dengan protagonis wanita itu jauh berbeda. Settingan perbedaan disini sangat bagus, protagonis pria semakin bahagia dengan antagonis wanita, maka pembaca akan semakin kasihan dengan protagonis wanita, penulis saat mendirikan karakter menggunakan teknik pendeskripsian bahasa, pendeskripsian sikap dan psikologis, jika kita simpulkan penulis dapat belajar teknik pendeskripsian dari penulis ini.
"Sayang."
"Hah!" Bara terperanjat kaget.
Narumi menepuk pundaknya hingga membuat pikirannya berhenti bertraveling.
"Mikirin apa sih?" Kata Narumi dengan tatapan serius.
"Tidak ada." Bara menggeleng.
Lalu entah setan apa yang merasuki pikirannya. Dia menarik tangan Narumi hingga tubuh itu menempel di tubuhnya.
"Kamu belum mandi, ihh," sungut Narumi begitu kesal.
Bara tak memperdulikan ocehan istrinya itu. Dia malah menarik dagu Narumi hingga tatapan keduanya bertemu.
"Kamu cantik," kata Bara dengan tatapan kekaguman.
"Kamu juga tampan. Bahkan sangat tampan."
"I Love You."
"I Love You Too."
Entah siapa yang memulai. Perlahan kepala mereka saling berdekatan. Bahkan hembusan nafas keduanya saling menerpa kulit wajah mereka. Namun, semua itu tak dipedulikan oleh keduanya.
Tatapan mereka hanya tertuju pada satu sudut. Ya sudut paling lembut di antara bagian tubuh yang ada di wajah keduanya. Hingga mata keduanya perlahan terpejam dan bersamaan dengan pertemuan kedua benda lunak yang saling menempel.
Mereka saling bergerak. Keduanya saling meresapi bibir masing-masing. Hingga suara jeritan mesra Narumi lolos ketika dia membuka bibirnya. Tak tahan, perempuan yang baru saja menjadi Nyonya Alkahfi itu, mendorong tubuh Bara hingga punggungnya menempel di dinding.
Lalu keduanya semakin bersemangat untuk berkeliling, menggerakkan lidah tak bertulang untuk travelling di rongga yang begitu memabukkan. Hingga kedua tangan mereka saling beradu. Tak ada yang mau mengalah, tak ada yang mundur. Keduanya sudah benar-benar diliputi keinginan yang segera ingin diledakkan.
Sampai saat tangan Narumi mulai mendarat di bagian aset penting negara milik Bara. Pria itu menahan tangan istrinya. Hingga pertemuan bibir itu terlepas dan bersamaan mata Narumi yang terbuka.
"Kenapa berhenti?" Tanya Narumi dengan menuntut.
"Cukup!" Sahut Bara sambil menegakkan tubuhnya.
"Apa maksudmu? Apa kamu tak menginginkanku?" Cerca Narumi dengan mata mulai berkaca-kaca.
"Usst. Bukan seperti itu, Sayang," bujuk Bara dengan lembut.
Dia merapikan rambut istrinya yang berantakan. Lalu memberikan kecupan sayang di dahinya.
"Aku hanya ingin memberikan yang terbaik malam ini."
"Maksudmu?" Tanya Narumi tak mengerti.
"Biarkan aku mandi dulu, Sayang. Setelah itu, aku akan menuruti semua permintaanmu walaupun harus bekerja keras sampai subuh. Okey?"
Narumi mengangguk malu. Dia segera mendorong tubuh suaminya untuk masuk ke kamar mandi sambil melambaikan tangannya.
"Tunggu aku yah!" Goda Bara dengan mengerlingkan sebelah matanya.
"Aku tunggu tapi jangan lama-lama."
"Iya, Sayang."
"Aku buatkan teh madu dulu buat kamu, Mas," pamit Narumi dengan tersenyum.
"Tentu. Cepat kembali yah."
~Bersambung
Harus modal sabar kalau part mereka berdua. Tenang tarik nafas lalu hembuskan.
Jangan lupa klik like, komen dan vote yah biar aku semangat updatenya.
–Contoh di atas adalah pembukaan bab 1-3. Setelah dianalisis secara menyeluruh, kita bisa menemukan bahwa ritme bab ini tidak terlalu cepat, tetapi penulis tetap mempertahankan setidaknya 2 poin informasi di setiap bab untuk mengisi plot, kelebihan terbesar dari teks ini adalah penulis tidak menggunakan deskripsi yang tidak natural untuk membangun karakter, melainkan melalui dorongan berbagai peristiwa, dari karakter, percakapan, perilaku sedikit demi sedikit “membangun” citra protagonis wanita, membuat ibu rumah tangga yang patah hati dan putus asa muncul di depan mata pembaca. Dari deskripsi tidak langsung saja sudah bisa merasakan ketidakberdayaan protagonis wanita, dapat membawa pembaca terhanyut, dapat dengan mudah mendapatkan empati pembaca. Di saat yang sama, penulis menggunakan perselisihan antara protagonis pria dan protagonis wanita dengan pemeran pendukung wanita 2 untuk menciptakan konflik, persilishan dan konflik antara ketiga orang ini membuat orang menantikannya.
Di sini saya ingin menambahkan satu hal, banyak penulis tidak akan menggunakan plot bab pembuka dengan jenis tema seperti ini. Pertama-tama, kita harus menangkap apa inti dari jenis teks ini -- plot yang mudah ditebak dan berlebihan, konflik. Menggunakan kedua poin ini untuk menyusun plot dan setting karakter. Konflik di bab pembukaan banyak, agar cepat membuat pembaca terpikat. Kedua, harus membuat pembaca dapat mengambil setting plot dalam sekali lihat. Dengan begini, pembaca tertarik dengan setting dan akan terus membacanya.
Kedua, menjaga teks agar tetap singkat, bukan hanya karakter yang tampil singkat, tetapi juga plotnya. Beberapa penulis selalu ingin menjelaskan poin informasi seluruh cerita di bab pembukaan, ada kisah apakah antara protagonis pria dan selingkuhan, bagaimana hubungan mereka berkembang, bagaimana bertemu, bagaimana saling jatuh cinta, semua poin informasi ingin diutarakan secara langsung. Tetapi buku yang ditulis seperti ini, hasilnya umumnya tidak terlalu bagus, kenapa? Karena tidak meninggalkan ruangan untuk berimajinasi—yaitu mengatur perkembangan plot, menggunakan plot yang menarik sebagai umpan untuk menggantung pembaca. Dalam teks seperti ini yang menggunakan konflik plot yang mudah ditebak dan berlebihan untuk menarik orang dan membuat orang menontonnya, kita dapat memanfaatkan perubahan perselisihan emosional para karakter sebagai pengembangan plot untuk menarik pembaca. Secara sederhana, membuat pembaca menantikan bagaimana perubahan perasaan antara protagonis wanita dan protagonis pria? Akankah protagonis wanita dan protagonis pria berakhir bersama? Membuat pembaca tidak bisa menebak perkembangan plot selanjutnnya, dengan begini bisa menarik pembaca untuk terus membacanya.
1. Faktor penting
Faktor: Poligami
Nilai jual: perselisihan hubungan rumah tangga yang memilki plot yang mudah ditebak dan berlebihan.
2. Citra dari protagonis
Protagonis wanita: tangguh dan mandiri.
Protagonis pria: lembut dan perhatian.
3. Poin konflik
A. Konflik dari protagonis wanita sendiri.
1. Perjalanan pertumbuhan protagonis wanita.
2. Bagaimanakah protagonis wanita menyelesaikan konflik dalam pernikahan.
B. Konflik antara protagonis wanita dan protagonis pria.
1. Interaksi antara protagonis pria dan protagonis wanita.
2. Perubahan perasaan antara protagonis pria dan protagonis wanita.
C. Situasi bahaya yang dihadapi protagonis wanita.
1. Interaksi antara protagonis wanita dan pemeran pendukung wanita
4. Garis utama pengembangan cerita
Dengan membaca bab pembukaan, kita bisa menyimpulkan garis utama pengembangan cerita di novel ini adalah:
Suami berubah pikiran, dia ingin menikahi sahabat dari protagonis wanita. Protagonis wanita sangat sakit hati tapi dia tetap menerimanya demi anaknya. Pernikahan protagonis wanita dalam bahaya, muncul keretakan dalam hubungan pernikahan mereka, serangkaian cerita yang dipicu oleh kemunculan konflik dalam pernikahan.
5. Garis penting cerita
A. Plot diatur dengan jelas, ritme padat. Tiga bab pembuka menjelaskan garis utama cerita, secara keseluruhan berkembang mengelilingi garis utama cerita, menggunakan poin di akhir bab untuk mengatur ketegangan agar menarik pembaca.
B. Karater yang diciptakan sangat baik, kemunculan masing-masing karakter dapat berperan dalam mendorong plot, karakter penuh, dapat membuat pembaca terhanyut.
C. Topik hangat saat ini, sesuai dengan titik kepopuleran, diomongkan oleh banyak orang, sehingga dapat dengan mudah mendapatkan empati pembaca.