Bagian 5 Mencoba menerima

Winda menyentuh layar dengan tangan gemetar. Diseberang tidak ada suara yang keluar, menunggu Winda menjawabnya.

"Ayah.... "panggil Winda menangis.

Tak berapa lama Pakdhe Tri sudah berada di rumah sakit.Beliau segera mencari Winda,dilihatnya anak perempuan satu-satunya sedang duduk didepan ruang operasi sendiri.

"Win... "panggil Pakdhe Tri pelan.

Winda menengok kearah suara, ia lalu berlari memeluk ayahnya.

Di telepon tadi Winda hanya mengabari keluarga Rendi kecelakaan dan sekarang Winda di rumah sakit. Ditemani Aina juga Mang Bejo, Pakdhe Tri segera ke rumah sakit.

"Ayah, apa ibu tahu? "tanya Winda.

Ayahnya hanya mengelengkan kepala,Aina menggenggam tangan Winda erat. Memberi dukungan yang ia bisa.Entah sudah berapa jam mereka menunggu,akhirnya dokter keluar juga dari ruang operasi.

"Bagaimana dokter?"tanya Pakdeh Tri.

"Apakah anda keluarga korban? "tanya dokter.

Pakdhe Tri mengangguk.

"Operasinya berjalan lancar.Sekarang kita menunggu masa kritisnya lewat, dan kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menghindari hal yang buruk"kata dokter.

"Lalu sepupu saya,dok.bagaimana keadaannya?"tanya Winda.

"Pasien sudah dipindahkan ke ruang rawat, karena lukanya tidak terlalu parah.tapi memerlukan istirahat yang cukup"penjelasan dari dokter.

Terlihat raut wajah yang lega diwajah Winda juga Pakdhe Tri.Segera mereka menuju ruang perawatan.Akan tetapi tidak ada yang berani untuk masuk kedalam.

***********

Selang beberapa hari, Rendi sudah sadar tapi dia masih harus tetap berada di rumah sakit. Kabar kedua orang tuanya Rendi masih belum ada perubahan semenjak selesai operasi hingga sekarang masih koma.

Keluarga Winda bergantian menjaga Rendi begitu juga Aina terkadang ikut menjaganya.

Rendi menatap keluar jendela dengan tatapan kosong, terdengar suara pintu diketuk.

"Mas sudah bangun"tanya Aina. Hari ini giliran Aina menjaga Rendi.

"Kapan aku bisa keluar dari rumah sakit?"tanya Rendi tanpa menoleh kearah Aina.

"Kata Pakdhe 2 hari lagi, ini makanan untuk mas.Yang masak Budhe sendiri"terang Aina lalu meletakan makanan disamping ranjang Rendi.

"Lalu keadaan orang tuaku, bagaimana?"tanya Rendi lagi dengan tertunduk.

"Orangtuanya Mas Rendi, masih sama belum ada perubahan"jawab Aina dengan suara pelan.

"Kenapa bukan aku saja, kenapa harus mama sama papa. Harusnya aku saja"teriak Rendi memukul-mukul dirinya sendiri.

Aina mencoba menghentikannya,tapi tenaga Rendi terlalu kuat dan Aina tidak bisa menahannya Aina pun terjatuh.

"Tinggalkan aku, pergi kamu dari sini"teriak Rendi tiba-tiba mengagetkan Aina.

Aina lalu berdiri akan tetapi ia merasakan nyeri dikakinya. Ketika melihat itu ingin rasanya Rendi menolongnya hanya saja rasa marah lebih menguasai hatinya kini.

Aina keluar kamar dengan menahan rasa sakit. Sesampainya diluar Aina hampir saja ambruk tertolong dengan ditahan oleh tangan seseorang.

"Terima kasih"ucap Aina.

"Kamu nggak apa-apa?"tanya Faisal.Aina hanya meringis kesakitan memegang pergelangan kakinya.

Faisal lalu ikut memegangnya.

"Jangan"pekik Aina.

Faisal mendudukkan Aina di kursi yang berada diluar kamar. Faisal memijat kaki Aina, Aina merasa baikan.

"Kamu kenapa Ai?"tanya Winda melihat Aina dipijat Faisal.

"Kamu antar ke dokter dulu, Win. Biar nggak bengkak kakinya"kata Faisal.

"Kok bisa?kamu jatuh ya?"selidik Winda.

"Nggak apa-apa kok, Win.Makasih,kak.udah bantuin Aina"ucap Aina tulus.

"Iya,sama-sama.Kalau gitu aku masuk dulu"pamit Faisal lalu masuk ke kamar Rendi.

Download

Like this story? Download the app to keep your reading history.
Download

Bonus

New users downloading the APP can read 10 episodes for free

Receive
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download NovelToon APP on App Store and Google Play