Keesokan harinya acara berlangsung dengan lancar.Keluarga besar Budhe Mar hampor semuanya berkumpul.Bahkan yang dari luar kota seperti Jakarta, Malang,bahkan Palembang meluangkan waktu untuk bisa mengikuti acara hari ini.
Aina sibuk keluar masuk dapur untuk mengecek juga mengisi kalau ada makanan atau minuman yang dihidangkan habis. Untuk acara hari ini Budhe Mar memasak sendiri hidangannya dengan dibantu beberapa tetangga.
Budhe tidak ingin memesan makanan dari luar, karena untuk Budhe kalau untuk keluarga harus masakan rumah.Karena lebih spesial juga istimewa, apalagi hidangannya dipilih hidangan lokal seperti gudeg, brongkos, soto ayam,masih banyak lagi.
"Aduh..."terdengar suara seorang anak kecil yang berteriak karena jatuh.Aina segera meletakkan nampannya lalu berlari kearah anak itu.
"Adik nggak apa-apa?"tanya Aina.Anak kecil itu hanya diam dan terlihat mau menangis.Segera dipeluknya anak kecil itu.
"Namanya siapa?"tanya Aina.
"Adam"jawab Adam pelan.
"Nama yang bagus. Adam duduk sini ya.Kakak ambil obat dulu, deket kok cuma ambil di situ"kata Aina sambil menunjuk kamarnya yang tidak terlalu jauh.Anak kecil itu hanya menganggukkan kepalanya.
Aina lalu berdiri dan berlari ke kamarnya mengambil kotak P3K miliknya. Begitu kembali diobatinya dengan luka lecet pada kaki Adam dengan hati-hati.
"Anak pintar,sudah selesai kakak obati. Lain kali Adam hati-hati ya"pesan Aina sambil mengelus lembut kepala Adam.
"Sayang.. "panggil Ibunya Adam dari kejauhan.
"Bunda"panggil Adam senang begitu melihat ibunya.
"Maaf apa anak saya mengganggu?"tanya ibunya Adam.
"Nggak kok, mbak. tadi Adam jatuh trus saya obati. Adam anak yang kuat karena bisa nahan biar nggak nangis"puji Aina yang dipuji senyam-senyum saja.
"Ya Tuhan, mana yang sakit,nak.Terima kasih, perkenalkan sama Ema ponakannya Tante Mar dari jakarta"ucap Ema lalu mengajak berjabat tangan.
"Saya Aina, mbak. keponakannya Pakdhe Tri dari Lumajang"kata Aina memperkenalkan diri.
"Ya ampun, Aina yang kecil itu"pekik Ema terkejut. Dan obrolan dua orang itupun berlanjut dengan seru. Tanpa mereka sadari ada yang melihat kejadian itu dari kejauhan, tepatnya melihat gadis yang berhijab biru itu.
"Woi.. "sapa Winda membuat Rendi kaget. Ketika Rendi berbalik kearah taman sudah tidak ada lagi orang disana.seolah-olah hilang, lenyap begitu saja.
"Mana tadi?"tanya Rendi kebingungan.
"Siapa?"Winda balik tanya sambil mengikuti tingkah Rendi yang celingukan.
"Cewek yang disana tadi sama anak kecil"terang Rendi.
"Maksud kamu Yuni, Susi apa Tini atau jangan jangan.. "Winda belum selesai bicara sudah di potong Rendi.
"Pakai Hijab, warna biru dari tadi juga bolak-balik kesini kan"tegas Rendi menyatakan kalau dia tidak salah melihat.
"Lha kan emang semuanya pake hijub trus bolak-balik kesini, Ren. emang siapa sih yang elo cari"Winda tidak mau kalah menerangkannya.
Rendi melirik tajam ke arah Winda. Ingin rasanya Rendi marah tapi tidak mungkin ia luapkan saat ini. Rendi pun pergi menjauh dari Winda.
Tak terasa hari sudah sore, satu persatu kerabat Budhe berpamitan pulang. Tak terkecuali keluarga Rendi. Ternyata Rendi masih penasaran dengan sosok gadis yang dia lihat di taman tadi.
"Kamu kenapa,Ren?"tanya Budhe Mar yang jadi penasaran dengan tingkah Rendi.
"Nggak kok, tan. nggak apa-apa."jawab Rendi menutupi.
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Updated 18 Episodes
Comments