“Han Nari-ssi, kamu lagi sibuk?”
Suara ceria Dohyun membuat Nari menoleh. Ia sedang berdiri di sudut ruang latihan, merapikan sketsa desain untuk kostum comeback LUMINA. Dohyun, si maknae yang selalu penuh energi, tersenyum lebar sambil memegang botol air.
“Tidak juga, kenapa?” jawab Nari dengan sopan.
“Bisa ajarin aku gambar sedikit? Aku lihat kamu hebat banget tadi.” Dohyun mendekat, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.
Nari sedikit terkejut. Biasanya ia jarang dimintai bantuan langsung oleh para member. “Gambar? Hmm… boleh saja. Mau belajar yang mana?”
Dohyun mendudukkan diri di samping Nari, jarak mereka cukup dekat hingga bahu mereka hampir bersentuhan. Ia mencondongkan tubuh untuk melihat sketsa di tangan Nari.
“Wow… ini keren banget. Kau bikin ini dalam sehari?” tanyanya takjub.
Nari terkekeh. “Tidak. Aku butuh beberapa hari. Ada banyak revisi juga.”
Dari seberang ruangan, Jihoon berdiri bersandar pada dinding dengan kedua tangan terlipat di dada. Matanya memperhatikan mereka, dan dadanya terasa sesak melihat cara Dohyun tersenyum pada Nari.
Kenapa dia terlihat begitu nyaman…? pikir Jihoon, rahangnya mengeras.
“Han Nari-ssi!” panggil suara lain. Minjae kini melangkah ke arah mereka, dengan senyum jail seperti biasa. “Kau juga harus ajari aku dong. Biar aku bisa bikin fanart untuk Lumina.”
Nari tertawa kecil. “Minjae-ssi… aku yakin kau lebih berbakat dari yang kau kira.”
“Aku nggak berbakat, tapi kalau gurunya kamu, aku mau belajar,” kata Minjae sambil duduk di sebelah Nari, mengambil kertas kosong dan mulai mencoret-coret. Ia sengaja duduk cukup dekat, hingga aroma parfumnya tercium samar oleh Nari.
Dohyun tertawa. “Hyung, kamu ganggu fokusku.”
“Biar saja,” balas Minjae. “Aku juga mau diperhatikan Nari-ssi.”
Nari hanya bisa tersenyum kikuk, merasa suasana tiba-tiba aneh. Ia bisa merasakan tatapan Jihoon dari jauh, menusuk dan membuat kulitnya merinding.
Jihoon akhirnya melangkah mendekat. Suara sepatunya bergema di lantai kayu, membuat Minjae dan Dohyun spontan berhenti tertawa.
“Han Nari,” panggil Jihoon, suaranya terdengar datar tapi ada nada menekan di dalamnya. “Bisa bicara sebentar?”
Nari mendongak, gugup. “Eh… sekarang?”
“Ya, sekarang.” Jihoon menatap Minjae dan Dohyun sekilas. “Kalian latihan dulu. Jangan ganggu staf.”
“Tenang, Hyung.” Minjae mengangkat tangan, tapi sudut bibirnya masih menyunggingkan senyum penuh arti. “Kami cuma belajar menggambar.”
“Belajar atau cari alasan?” gumam Jihoon pelan, hanya terdengar oleh Nari.
Nari langsung berdiri, menunduk. “Permisi sebentar.”
Jihoon melangkah cepat keluar ruangan, diikuti Nari dengan langkah yang lebih kecil dan hati-hati. Ia bisa merasakan darahnya berdesir kencang. Apa yang terjadi? Kenapa dia terlihat… marah?
---
Ruangan kecil di lantai atas terasa sunyi saat Jihoon membuka pintunya dan mempersilakan Nari masuk.
“Jihoon-ssi, ada apa ya?” tanya Nari hati-hati.
“Kenapa kau begitu nyaman dengan mereka?” tanya Jihoon tiba-tiba. Nada suaranya pelan, tapi setiap katanya terdengar penuh tekanan.
Nari terkejut. “Maksudmu—”
“Minjae… Dohyun… kau tertawa dengan mereka. Tapi denganku? Kau selalu menjaga jarak.”
“Jihoon-ssi, aku staf. Aku harus profesional—”
“Dan kau pikir aku bisa tetap profesional setelah melihatmu tertawa begitu dengan orang lain?” Suara Jihoon meninggi sedikit. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Aku… aku tidak suka melihat itu.”
Nari terdiam. Ada sesuatu di mata Jihoon—bukan sekadar marah. Ada rasa sakit yang ia sembunyikan di balik nada tegasnya.
“Aku tidak bermaksud membuatmu tidak nyaman,” bisik Nari. “Aku hanya—”
“Kau selalu menjaga jarak. Kau pikir aku tidak tahu?” Jihoon melangkah lebih dekat hingga jarak di antara mereka hanya beberapa langkah. “Nari… aku sudah cukup menahan diri. Jangan buat aku berpura-pura lagi.”
“Jihoon-ssi…”
“Berhenti memanggilku begitu.” Suara Jihoon merendah, penuh emosi. “Panggil aku… seperti dulu.”
Nari memejamkan mata, dadanya sesak. Ini salah. Tapi kenapa hatiku… terasa begini?
“Kau… kau tidak seharusnya bicara seperti ini padaku,” ucap Nari dengan suara bergetar.
Jihoon menyentuh jemari Nari, sangat pelan, seolah takut membuatnya menjauh. “Dan kau tidak seharusnya membuatku cemburu… tapi kau melakukannya.”
Ruangan itu terasa panas. Nari mundur setapak, tapi Jihoon menahan jemarinya. “Berikan aku kesempatan, Nari.”
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Updated 104 Episodes
Comments
Zhunia Angel
I'm hooked! Can't wait for more from this author.
2025-07-18
1