Episode 14

**✨ Bunda untuk Daddy 🎎

14**

***

Dua hari sudah berlalu, acara camping sudah selesai, beberapa murid dijemput mobil mereka masing-masing.

Stella yang sudah dikabari Laras, agar dirinya membawa Aiden singgah di villa pribadinya pun menuju villa menggunakan taxi.

Laras bilang, pak Udin yang akan menjemputnya disana, karena kalau menunggu ditempat camping akan lama, jadi Laras menyarankan agar menunggu di villa saja.

Villa milik keluarga Van Houten tidak terlalu jauh dari lokasi Aiden camping.

Sandy yang kebetulan baru pulang dari luar kota bermaksud menghubungi Laras menanyakan keberadaan Aiden.

Sandy mengetahui bahwa Aiden hari ini jadwal pulang dari acara campingnya, dia bermaksud menjemput.

"Halo ma, Aiden dimana"

"Aiden masih dipuncak, kenapa San"

"Biar Sandy yang jemput"

"Pak Udin sudah jalan San"

"Suruh pak Udin putar balik ma"

"Yasudah biar mama telepon pak Udin"

"Oh ya, Aiden menunggu di villa San"

"Iya ma"

Sesampainya di villa hari sudah malam, Sandy berkendara sendiri, tidak bersama Alvin.

Ketika mobil sudah sampai di depan villa, Sandy langsung masuk kedalam dan mencari Aiden, dia melihat sekitar, beberapa lampu sudah dimatikan, mungkin sudah tidur bathinnya.

Sandy melangkah menuju kamar yang biasa dipakai dirinya tidur dengan Aiden.

Sandy melangkah mendekati anaknya yang tengah tertidur, dia mencium kening Aiden, mengalihkan kepada wanita disamping Aiden, Sandy terkejut melihat Stella disini, bersama Aiden.

Dia tidak sempat melihat tadi, karena lampu kamar sudah dimatikan hanya menyisakan lampu tidur kecil yang minim penerangan.

Sandy beralih kesisi lainnya memandangi wajah Stella yang terlelap damai, tak terasa sudut bibirnya terangkat, Sandy menaikkan selimut sampai batas leher Stella.

Stella yang merasakan pergerakan pun membuka matanya, dia terkejut melihat bayangan orang di depannya bahkan sangat dekat, yang ada dipikirannya adalah maling.

Stella bangun dan mengambil bantal segera memukul-mukul pria itu.

"Maling... Ma - hemp" ucapannya terhenti ketika mulutnya dibungkam sebuah tangan.

Sandy menarik pinggang Stella dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanan membekap mulut Stella agar tidak berteriak.

"Husstt ini aku Sandy Ste" ucap Sandy tepat didepan wajah Stella

Stella terkejut, mata yang awalnya melotot melihat maling pun, semakin melebar kala Sandy yang berada didepannya. Stella menatap manik mata Sandy begitupula Sandy dengan tangan yang masih menutup mulut Stella.

Jarak keduanya sangat dekat, hanya tersekat oleh kedua tangan Stella yang berada diantara dada keduanya, tangan kiri Sandy masih memeluk pinggang Stella.

Cukup lama keduanya dalam posisi itu, manik mata yang saling menatap, serta getaran dalam dada yang semakin meningkat. Perlahan Sandy melepaskan tangan yang membekap mulut Stella, meneliti setiap inci wajah Stella yang terlihat sangat cantik jika dilihat sedekat ini.

Stella tersadar dan memundurkan tubuhnya, dia menunduk malu, wajahnya terasa terbakar, untung cahaya lampu tidak begitu terang sehingga rona merah di pipinya tidak akan terlihat oleh Sandy.

"Maaf" cicitnya

Sandy berdehem menetralkan kegugupannya, "ya"

***

Keduanya kini duduk di sofa dengan tv yang menyala didepannya. Tidak ada pembicaraan dari keduanya, keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Sampai  suara Sandy memecah keheningan

"Aku kira Aiden camping dengan mama"

Stella menoleh kearah Sandy, "mama tidak bilang kalau kamu yang menemani Aiden"

Stella tersenyum, "iya Aiden yang memintaku"

"Pasti dia memaksa mu" Sandy tersenyum menoleh kearah Stella

"Iya" jawab Stella ikut tersenyum

Sandy menatap Stella, "Apa kamu keberatan kalau kita pulang besok pagi, jujur aku sangat lelah, sepulang dari luar kota aku langsung kesini"

"Aku kira mama yang menemani Aiden, jadi aku memutuskan untuk istirahat dulu disini, besok baru kembali ke Jakarta"

"Ternyata kamu yang nemenin Aiden disini"

Stella menatap Sandy, memang sangat terlihat Sandy sangat kelelahan, dia mengangguk, "iya gapapa aku gak keberatan"

***

"Daddy... Daddy ..."

Duk duk duk

Pagi-pagi sekali Aiden menggedor pintu kamar Sandy guna membangunkannya.

Tak ada sahutan, Aiden langsung membuka pintu dan menghampiri ayahnya yang masih terlelap dibalik selimut.

Aiden mengguncang tubuh ayahnya, menarik-narik tangannya, "Daddy wake up, Daddy, wake up Daddy"

Sandy terbangun membuka sedikit retina matanya, "five minutes oke"

Aiden menggeleng, "no Daddy"

"Daddy lelah Aiden" ucap Sandy parau

"Bundaa Daddy tidak mau bangun" adu Aiden menghampiri Stella didapur

"Yasudah biarkan dulu Daddy istirahat, Aiden sarapan sama Bunda saja ya" tawar Stella diangguki Aiden

Sudah setengah jam berlalu tapi Sandy tak juga keluar dari kamarnya, bahkan Stella dan Aiden sudah menyelesaikan sarapannya.

Stella melirik jam didinding, "katanya ngajak pulang pagi-pagi lah ini malah belum bangun" Stella bergumam

"Bunda, Daddy panas Bunda" Aiden berlari kearah Stella yang tengah duduk di sofa depan tv

Stella segera bangun dari duduknya dan berjalan menuju kamar Sandy sambil menggandeng Aiden.

Stella meletakkan punggung tangan didahi Sandy, "panas sekali" gumamnya

Stella berjalan ke dapur mengambil baskom mengisinya dengan air dingin serta mengambil sapu tangan.

Stella duduk disisi ranjang dan mengompres Sandy, Sandy sempat terbangun merasakan benda basah menempel didahinya.

"Tidurlah, kau sedikit demam" ucap Stella, Sandy pun meneruskan memejamkan matanya

"Aiden bisa bantu Bunda" Stella beralih melihat Aiden yang duduk diatas kasur disamping Sandy

"Ya Bunda"

"Aiden kompres Daddy seperti ini ya, nanti kalau terasa panas celup lagi disini, diperes dulu terus taruh di dahinya Daddy" Stella menjelaskan cara mengompres pada anak berumur lima tahun itu

"Bunda kedapur dulu buatin Daddy bubur"

"Iya Bunda"

Tak berapa lama Stella ke kamar dengan membawa nampan ditangannya.

"San, Sandy" Stella mengguncang lengan Sandy pelan

Sandy terbangun, "sarapan dulu"

Sandy mengangguk, kemudian bangun menyenderkan kepalanya pada kepala ranjang.

Tidak ada adegan disuapi, Sandy memakan buburnya sendiri, "kamu dan Aiden sudah makan" tanyanya

"Sudah tadi, Aiden mengantuk ya" Stella beralih melihat Aiden yang beberapa kali menguap

"Iya bunda"

"Aiden tidur disini saja disamping Daddy" Sandy berucap sambil mengelus kepala anaknya

Aidenpun berbaring dan mulai memejamkan matanya.

"Sepertinya dia kelelahan" Sandy menoleh kearah Stella

"Sepertinya kau juga"

***

Stella tertidur disebelah Sandy, posisinya duduk dilantai dengan kepala ditumpukan pada kedua lengannya.

Sandy merasakan benda jatuh dari dahinya, dia terbangun melihat sapu tangan kompresan yang ternyata terjatuh.

Kemudian dia melihat Stella yang tertidur, dia tersenyum, Stella memang wanita yang luar biasa baik, dia rela merawat nya yang bukan siapa-siapa nya. Kemudian Sandy melirik kearah Aiden yang tertidur disampingnya.

Sandy merasa dirinya mempunyai keluarga yang utuh, ada dirinya, Aiden dan juga Stella.

Sandy melihat Stella yang akan terbangun, dia menutup matanya kembali, pura-pura tidur.

Stella mengucek matanya, melihat kompresan Sandy yang jatuh, Stella bangun dan merendamnya kedalam baskom. Kemudian membungkuk guna memasang kan kompresan didahi Sandy.

Saat akan beranjak tiba-tiba Sandy memegang tangan Stella, kemudian dia membuka matanya.

Stella terkejut melihat Sandy terbangun, lebih lagi posisinya begitu dekat dengan Sandy, bahkan nafas hangat Sandy mengenai wajahnya. Membuat gelenyar aneh ditubuhnya. Mendadak jantungnya bergedup kencang melihat kedua manik mata itu menatapnya.

Sandy tahu saat ini Stella tengah gugup, dia menahan tawanya ketika mendengar degup jantung Stella yang begitu cepat.

"Terimakasih Stella" Sandy berucap tepat didepan wajah Stella yang masih pada posisi menunduk

"I-iya" jawab Stella gugup

Sandy melepaskan tangan Stella, segera Stella berjalan keluar dari kamar Sandy.

Sandy tersenyum melihat tingkah Stella, bahkan dia melihat rona merah diwajah Stella, seperti remaja saja pikirnya. "Kenapa kau sangat menggemaskan Stella" gumamnya sambil tersenyum

Stella bersender pada pintu kamar setelah menutup nya, dia memegang dadanya yang bergemuruh, menarik nafas dalam dan membuangnya perlahan. 'perasaan apa ini, kenapa aku bisa seperti ini' bathinnya

***

.

.

.

**Iam kambek 😊

Author sangat berterima kasih jika para reader mau memberikan vote Serta memberikannya komentar nya.

Biar author semangat ngetiknya hehehe ✌️😁**

Hot

Comments

🎎 Lestari Handayani 🌹

🎎 Lestari Handayani 🌹

💪💪

2022-10-14

0

Podss Lame

Podss Lame

jangankan Sandy, gue aja sebagai reader mau kok dpt cewe kaya Stella.. biar aja dia janda, yg ptg tau urusan rumah tangga...

2020-09-08

2

Erwin Sri Handayani

Erwin Sri Handayani

Ayo san tembak stella, keburu diambil org lohh, demi cow kecilnya jg yg membutuhkan sosok seorg ibu yg menyayanginya dg tulus

2020-08-02

0

See all

Download

Like this story? Download the app to keep your reading history.
Download

Bonus

New users downloading the APP can read 10 episodes for free

Receive
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download MangaToon APP on App Store and Google Play