Episode 12

✨ Bunda untuk Daddy 🎎

12

***

JANGAN LUPA FOLLOW 😎

[]

Sinar mentari mulai mengintip dibalik gorden. Stella terlelap pada posisi duduknya. Tak berapa lama dirinya terbangun setelah retinanya menyipit terkena sinar matahari.

Setelah membersihkan diri Stella kembali melanjutkan pekerjaannya, juga meminta Sari yang sudah ada dibutik untuk membuat kan kopi untuknya.

Tok tok

"Masuk"

Sari meletakkan cangkir kopi disamping meja Stella

"mbak ada mas Rega dibawah, dia mencari mbak" ucap Sari seraya mengambil cangkir kopi sisa semalam

"Baiklah, aku akan kebawah"

"Rega" panggil Stella melihat Rega tengah duduk di sofa, sikunya bertumpu pada kedua kakinya yang terbuka

"Hai Ste, apa kabar" Rega menegakkan posisi duduknya

"Baik Ga, ada apa"

"Aku kemarin kerumah, tapi kata art disana kamu sudah beberapa hari tidak pulang, jadi aku memutuskan kesini"

Stella bersender pada sofa, "aku ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda Ga"

"Kau belum sarapan" tebak Rega

"Belum"

"Ikutlah denganku, kita sarapan bersama" ajak Rega

"Tidak Ga, terimakasih"

"Ayolah Ste, aku tidak mau kau sakit" paksa Rega

Stella menatap Rega, berulang kali Stella menolak ajakan Rega, dia menjadi tidak tega.

"Baiklah aku mengambil tasku sebentar"

Rega mengangguk dan tersenyum.

***

Sandy baru saja mengantarkan Aiden kesekolah, dia mengendarai mobilnya sendiri tidak dengan Alvin yang mencakup asisten serta sopirnya.

Sandy membelokkan arahnya hanya ingin melewati butik tempat Stella bekerja, dia sedikit khawatir dengan kondisi wanita itu, terakhir kali melihatnya video call dengan Aiden wajahnya sangat menunjukkan kalau Stella tidak baik-baik saja.

Sandy menepikan mobilnya ketika melihat pemandangan didepan butik Stella, terlihat seorang pria berpakaian formal tengah berjalan beriringan dengan Stella, serta membukakan pintu mobil untuk Stella, tak berapa lama mobil itu pergi.

Apa yang diharapkan Sandy, Stella itu cantik, yang pasti banyak pria yang tertarik dengannya, Sandy merasa sedikit kesal melihat kejadian itu. Entah apa alasan dari kekesalannya. Diapun tidak tahu.

Beberapa hari setelah kejadian melihat Stella dengan pria lain Sandy sedikit pendiam, wajahnya datar. Bahkan ketika Aiden meminta melakukan video call dengan Stella Sandy menolak dengan mengatakan kalau Stella sedang sibuk.

Sementara Stella, sehari sebelum acara dari kliennya dimulai dia memutuskan untuk melihat proses fitting baju beberapa kliennya.

Ya Stella berhasil menyelesaikan desain nya tepat waktu, meskipun dia mengorbankan tubuhnya untuk bekerja siang malam, namun dirinya senang tidak mengecewakan kliennya.

Stella membantu kliennya memakai baju, namun tiba-tiba kepalanya terasa pusing, seluruh penglihatannya terasa berputar-putar. Tak berapa lama tubuhnya luruh dilantai, dia pingsan.

Stella terbangun dari tidurnya, matanya meneliti sekitar, "dimana aku" ucapnya seraya memegang kepalanya yang sangat pusing

"Kau sudah sadar Ste"

"Rega, dimana ini"

"Kau dirumah sakit Ste, kau pingsan tadi, Jery yang membawamu kesini"

"Lalu dimana Jery" tanya Stella yang tidak melihat Jery disekitarnya

"Dia kembali kebutik, menyelesaikan pekerjaannya, dia yang menelepon ku menyuruh ku agar menemanimu" jelas Rega

"Tidurlah Ste, kau buruh istirahat" ujar Rega mengelus kepala Stella

Stella hanya mengangguk dan kembali menutup matanya tak berapa lama Stella sudah terlelap dalam mimpinya.

Rega terus memandangi wajah Stella yang terlelap, dia merasa kasihan pada Stella. Tadi sewaktu meeting Jery mengabari kalau Stella masuk rumah sakit.

Dengan perasaan khawatir, serta meeting yang dia tinggalkan begitu saja, dia bergegas menuju rumah sakit.

Sudah tiga hari Stella terbaring dirumah sakit, Sari yang bertugas menemani nya selama dirumah sakit serta Rega. Sedangkan Jery hanya sesekali mengunjungi karena dia mengambil alih pekerjaan Stella yang tengah sakit dan juga mengurus bayi kecil dirumah.

***

Fara tengah kembali dari acara pemotretan diluar kota, sepulangnya dari luar kota Fara menuju kantor tempat Sandy bekerja. Berniat mengajaknya makan siang.

Awalnya Sandy menolak, namun bukan Fara jika dirinya tidak berhasil membujuk Sandy.

Keduanya kini tengah duduk disalah satu cafetaria di kota Jakarta.

Seperti biasa Fara terus saja menempel pada Sandy, dia sengaja ingin pamer kepada pengunjung cafe, bahkan dia sengaja memilih cafe yang ramai pengunjung agar semua orang tahu bahwa Sandy hanya miliknya.

Pria tampan dengan sejuta kharisma, serta kekayaan yang bahkan tujuh turunan tidak akan habis.

Fara sangat bangga akan statusnya sebagai calon istri dari seorang Sandy. Walaupun Sandy tidak mengatakan akan menikahinya tapi status yang diucapkan Sandy sebagai ibu sambung untuk Aiden membuktikan bahwa Sandy juga menganggap dirinya sebagai calon istri bukan.

Sandy sendiri jengah dengan Fara yang terus menempel padanya, dirinya juga tidak suka menjadi pusat perhatian.

Sandy menghela nafas lelah, tak sengaja dirinya melihat dua pria sedang berjalan kearahnya. Sandy terus saja mengamati wajah pria yang memakai jas warna navy. Dan yah dirinya ingat itu adalah pria yang waktu itu bersama Stella.

Sandy terus melihat dua pria yang mengambil duduk dibelakang nya. Walau agak jauh namun tak sedikit Sandy bisa mendengar pembicaraan keduanya.

Samar-samar dia mendengar kata 'Stella' dan 'rumah sakit' yang terucap dari kedua pria dibelakang nya.

***

"Daddy bagaimana kalau kita mampir ketempat Bunda" tanya Aiden setelah duduk didalam mobil

Siang ini Sandy menyempatkan diri untuk menjemput anaknya itu, karena pekerjaan yang tidak terlalu banyak, jadi dia bisa menjemput Aiden.

"Kenapa Aiden" tanya Sandy yang mulai menyalakan mesin

"Aiden kangen sama Bunda, kata Vini Bunda lagi sakit"

Sandy menoleh pada Aiden, "siapa Vini"

"Dia teman Aiden, Daddy, mommy Vini teman nya Bunda"

Sandy berfikir sejenak, Stella sakit?

Kemudian Sandy teringat percakapan dua pria saat dicafe, jangan-jangan yang mereka bicarakan saat itu adalah Stella yang sedang sakit.

"Baiklah jagoan" ucap Sandy mengacak kepala Aiden, membuat Aiden sangat senang

"Tokonya tutup Daddy" ujar Aiden ketika sampai didepan butik Stella

"Mungkin Bunda sedang dirumah" jawab Sandy ragu

"Daddy tahu rumah Bunda" Sandy menggeleng membuat Aiden menunduk lesu

Sandy masih memperhatikan bangunan didepannya, tak berapa lama ada seorang wanita keluar dari butik. Sandy membuka seat belt nya hendak turun menghampiri wanita itu.

"Permisi Nona" ucap Sandy sambil menggendong Aiden

Sari menoleh, ya wanita itu Sari, salah satu pegawai Stella

Sari melihat pria didepannya, dia terus menilai seperti pernah lihat, matanya tertuju pada pria kecil digendongan, dia ingat itu Aiden, kemudian dia teringat pria ini, dia adalah ayah dari Aiden yang dia ketahui bernama Sandy.

"Pak Sandy" tebaknya, Sandy mengangguk

"Stella ada"

"Mbak Stella opname pak, sudah empat hari"

Sandy tersentak, 'empat hari' bathinnya

"Bunda sakit apa tante" tanya Aiden

"Dia kecapekan"

"Kamu mau kerumah sakit" tanya Sandy

"Iya pak"

"Yasudah mari ikut denganku, sekalian saya ingin menjenguk" itu bukan tawaran, melainkan ajakan

"Eh, tidak usah pak" tolak Sari, dia gugup dong semobil dengan pria tampan ini, bisa marathon jantungnya

"Tidak apa, ayo" mau tidak mau Sari mengikuti Sandy yang berjalan kearah mobilnya, lumayan hemat ongkos taxi bathinnya tersenyum

"Stella sakit apa" ulang Sandy ketika sudah dimobil

"Kecapekan pak, mbak Stella beberapa hari tidak sempat istirahat, lembur terus, jarang makan juga"

"Kenapa begitu" ucap Sandy melirik Sari dari kaca spion karena Sari yang duduk dibelakang sedangkan Aiden dikursi samping pengemudi

Sari menghela nafas, "ya ini semua gara-gara perempuan gila yang sengaja menumpahkan kopi diatas desain mbak Stella" geram Sari

"Mbak Stella harus ngulang semuanya dari awal, sedangkan baju-baju itu akan dipakai dua bulan lagi waktu itu, jadi mbak Stella lembur tiap malam, puncaknya lima hari yang lalu saat fitting baju dia pingsan dan dirujuk kerumah sakit" lanjutnya

Sandy tidak tahu kalau akan sampai seperti ini, semua gara-gara Fara, Stella rela lembur tiap hari karena tidak ingin mengecewakan kliennya. Bahkan Stella tidak melakukan apapun saat mengetahui bahwa Fara penyebab semua kerjaan nya hancur. Sandy salut dengan Stella.

Sedangkan Aiden yang mendengar ucapan Sari menunduk sedih, kasihan Bunda Stella.

Ketiganya sampai dikamar inap Stella, terlihat Stella tengah tertidur diatas brangkar.

Aiden segera berlari dan duduk disamping Stella. Mengelus tangan Bunda nya yang tidak terusik sama sekali akan kehadirannya.

Sandy melirik sekitar tidak ada orang disini. "Apa kamu disini sendirian" tanya Sandy

"Iya pak, tapi kalau malam ada mas Rega sama mas Jery"

Sandy menaikkan alisnya 'siapa itu' bathinnya

***

**Hanya satu kalimat

"Semoga readers suka dan gak bosen**" 🙏🏻😊

Hot

Comments

🎎 Lestari Handayani 🌹

🎎 Lestari Handayani 🌹

semangat

2022-10-12

0

Evelyn maya

Evelyn maya

hgtr

2021-12-11

0

Evelyn maya

Evelyn maya

yytr

2021-12-11

0

See all

Download

Like this story? Download the app to keep your reading history.
Download

Bonus

New users downloading the APP can read 10 episodes for free

Receive
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download MangaToon APP on App Store and Google Play