Episode 11

✨ Bunda untuk Daddy 🎎

11

***

Setelah hampir seminggu dirumah sakit akhirnya hari ini Aiden diperbolehkan pulang. Stella sempat mengantarkan Aiden sampai dikediaman Van Houten. Namun tak berapa lama dirinya pamit untuk pulang, karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.

Selama beberapa hari Stella berkutat dengan kertas-kertas nya, dirinya semakin disibukkan dengan pekerjaannya. Waktunya tidak lama, dirinya harus menyelesaikan pekerjaan itu. Selama itu pula dirinya tidak menemui Aiden.

Sandy, entahlah setelah insiden Stella yang menciumnya secara tidak sengaja itu jadi merindukan wanita itu. Jangan bilang Sandy menyukai wanita itu. Karena dirinya sendiri pun tidak mengerti.

Dengan Fara, dirinya sedikit ragu dengan wanita itu, bahkan ternyata Fara yang sudah menghancurkan kertas desain Stella. Dia mendengar sendiri saat Aiden berbicara dengan Stella.

Namun ketika akan menanyakan kebenarannya, Fara malah pergi keluar kota guna melakukan pemotretan.

Flashback on

Aiden terbangun dari tidurnya saat merasakan ada yang mengelus serta mencium keningnya.

"Bunda"

"Iya sayang, maaf ya bunda telat datang"

Aiden bangkit dari tidurnya dan memeluk leher Stella

"Maafkan Aiden bunda, ini salah Aiden"

"Hei kenapa bicara seperti itu"

Aiden menggeleng dalam pelukannya "Aiden melihat Aunty Fara yang menyiram kertas Bunda, tapi Aiden takut kalau Aiden ngadu nanti aunty Fara marah sama Aiden"

Stella melepaskan pelukan Aiden, mengelus kedua pipi gembul itu "Bunda sudah tahu, Aiden tidak perlu merasa bersalah lagi oke"

Sandy yang tak sengaja mendengar pembicaraan keduanya terkejut, jadi Fara yang melakukannya, Sandy ingin marah pada Fara. Ingatkan Sandy untuk memarahi Fara nantinya.

Stella mengubah posisi duduknya, dengan Aiden bersandar pada dadanya "Aiden dengerin Bunda ya, Aiden gak boleh takut kalau Aiden tidak berbuat salah" ucap Stella mengelus kepala Aiden

"Aiden juga gak boleh bohong, harus jujur oke, kalau Aiden bohong nanti allah marah, kalau allah marah, apapun yang Aiden minta tidak akan dikabulkan"

Aiden duduk tegak melihat wajah Stella "apa benar begitu Bunda"

Stella mengangguk "kalau begitu Aiden gak mau bohong, Aiden mau bicara jujur Bunda, biar doa Aiden dikabulkan sama allah"

Stella tersenyum mencium pipi Aiden "anak pintar" ucapnya mengelus kepala Aiden

"Kalau boleh Bunda tahu apa doa Aiden"

Aiden tersenyum "Aiden berdoa semoga Bunda jadi Bunda sungguhan untuk Aiden, biar bisa tinggal sama Aiden sama Daddy"

Stella tersentak, sedangkan Sandy yang masih pada posisi tidur pura-puranya tersenyum, tiba-tiba saja bathinnya mengamini doa Aiden.

Flashback off

Setiap harinya Stella masih saja berkutat dengan kertas-kertas dimeja kerjanya. Jarang tidur menyebabkan mata pandanya semakin menghitam. Jarang pulang kerumah, sehari-hari dia habiskan di butiknya. Bahkan pola makannya sudah sangat tidak teratur.

Stella merenggangkan otot-otot nya, menatap beberapa desain yang sudah selesai dibuat, menyeruput kopi disampingnya.

Melirik jam di dinding, sudah saatnya makan siang, dirinya berpikir kapan terakhir kali makan siang tepat waktu, karena biasanya makan siang terlewat sampai malam, dan makan malam terlewat sampai pagi atau siang.

Stella mengambil ponselnya guna menelepon Jery untuk bertemu.

"Halo Jer"

"..."

"Bisa kita bertemu, aku ingin menyerahkan beberapa desainku yang sudah jadi"

"..."

"Baiklah aku akan berangkat segera"

Tut

***

"Apa yang terjadi denganmu Ste"

"Apa, aku kenapa"

"Kau seperti mummy, lihat kantong matamu sangat besar, bahkan kau terlihat lebih kurus sekarang" Jery memperhatikan tampilan Stella

"Aku bekerja untuk ini Jer, jangan berlebihan" Stella menyerahkan beberapa lembar keatas meja setelah mendudukkan bokongnya pada kursi cafe

Jery mengambil kertasnya "hanya segini Ste, bukankah kemarin kau bilang kurang dua saja"

Stella menghela nafas lelah "ada masalah dengan desainku yang dulu, terpaksa aku buat ulang"

"Whattt"

"Apa maksudmu Ste"

"Waktunya sangat mepet Ste, kau yakin"

"Aku yakin Jer, sebelum acara dimulai aku pastikan semua sudah beres, kau mulailah mencari bahan dan kau awasi proses penjahitan nya"

"Aku tidak yakin bisa mengawasi semuanya" sesal Stella menyeruput minumannya yang sudah dipesankan oleh Jery

"Apa yang terjadi Ste" tanya Jery penasaran

"Desainku tersiram kopi Jer" ucapnya lesu

Jery melotot "itu sama sekali bukan kau Ste" tuduh Jery

"Sudahlah kau bisa membantuku kan"

"Aku pasti membantumu Stella"

Stella tersenyum "terimakasih Jery"

Jery hanya mengangguk, menatap Stella prihatin. Sudah hampir lima tahun mereka bekerja sama. Jery bahkan mengetahui saat-saat terpuruk Stella yang kehilangan suami serta anaknya.

"Jaga kesehatan mu Ste" ucap Jery mengelus kepala Stella saat keduanya tengah keluar dari cafe

Stella mengangguk "pasti Jer"

"Aku pergi dulu, dahh" pamit Stella meninggalkan Jery yang masih berdiri ditempatnya

Jery menghela nafas ketika melihat mobil Stella semakin menjauh "andai kau menerima nya menjadi suamimu, pasti kau tidak akan seperti ini Ste"

***

"Daddy" panggil Aiden memasuki ruang kerja ayahnya

Sandy yang berkutat didepan laptop serta kacamata yang bertengger di hidungnya mendongak menatap kehadiran anaknya.

"Ada apa Aiden"

Aiden mengaitkan jari-jarinya gugup, "Daddy, Aiden boleh menelepon Bunda"

"Aiden kangen sama Bunda Stella" cicitnya

Sandy melepas kacamatanya, berjalan menghampiri anaknya, menuntun agar duduk disofa.

"Aiden kangen sama Bunda Stella" tanya Sandy

Aiden mengangguk antusias. Kemudian Sandy mengeluarkan ponselnya "mau menelepon atau video call sama Bunda"

"Video call Daddy" jawabnya sumringah

"Baiklah"

Tuuttt tuttt tuuttt

Stella yang masih berkutat dengan kertas serta tinta mengentikan pekerjaan nya ketika ponselnya berdering.

Tertera nama Sandy, Stella menyernyit bingung ada apa Sandy mengajaknya video call, dengan kacamata yang masih bertengger di hidungnya Stella menggeser tombol hijaunya.

"Hallo Bunda" teriak Aiden

"Oh hai sayang"

Sandy sedikit melirik kearah layar ponsel memperlihatkan wajah Stella yang menggunakan kacamata, 'cantik' hanya itu yang terucap dikepalanya. Entahlah sepertinya Stella selalu cantik dimatanya.

"Bunda apa kabar, Aiden kangen sama Bunda"

"Bunda baik sayang, Aiden sendiri bagaimana, sudah mulai sekolah belum"

"Aiden baik Bunda, Aiden juga sudah masuk sekolah, teman-teman Aiden bilang mereka kangen sama Aiden"

"Oh ya, berarti teman-teman Aiden sayang sama Aiden"

"Iya Bunda"

"Bunda, kenapa Bunda jarang kerumah Aiden"

Terlihat Stella melepas kacamatanya "Bunda lagi sibuk sayang, maafkan Bunda ya"

Sandy tersentak melihat kantung mata Stella yang sangat besar, terlihat wajahnya sangat kelelahan, dan mengantuk.

Setelah bercerita cukup lama Sandy berinisiatif mengakhiri sambungan telepon antara Stella dan anaknya, dia tidak tega melihat wajah Stella yang terlihat sangat letih, dan beberapa kali menguap menahan kantuk.

"Aiden sudah teleponnya, biarkan Bunda istirahat, Bunda kelihatan capek" ucap Sandy

Otomatis, Stella terkejut mendengar suara Sandy, berarti sedari dari Sandy melihatnya, pasti Sandy disana, kenapa dirinya bisa bodoh, sudah jelas yang menelepon tadi adalah Sandy.

"Bunda, Aiden tutup ya teleponnya, dah Bunda"

"Jaga kesehatan Ste" ucap Sandy menampakkan diri dilayar ponsel

"Iya, terimakasih" balas Stella

***

Hot

Comments

🎎 Lestari Handayani 🌹

🎎 Lestari Handayani 🌹

💪💪👣👣

2022-10-11

0

Elizabeth Heda

Elizabeth Heda

put in english please

2020-08-24

2

Grazzia Alvieq

Grazzia Alvieq

Mskdku nanti saya ingatka sandy untuk memarahi fara...wkwkwkw

2020-07-06

1

See all

Download

Like this story? Download the app to keep your reading history.
Download

Bonus

New users downloading the APP can read 10 episodes for free

Receive
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download MangaToon APP on App Store and Google Play